* US *
-
-
-
-
-
NEO CITY
2044
Jaejoong kembali dari perjalanannya ke Dire City begitu tiba
ia mendapat kabar bahwa Hendery terluka dari Komisaris Song. Usai menjemput
Jaejoong distasiun pria paruh baya itu segera mengantarkan Jaejoong menuju
rumah sakit untuk menjenguk Hendery.
Begitu sampai keduanya justru melihat Hendery kini sedang di
interogasi oleh beberapa tim penyidik dari pusat keamanan, Jaejoong segera
masuk sambil mendorong pintu kuat-kuat ia tak perduli jika beberapa orang
didalam terkejut bahkan termasuk Hendery yang berjengit kaget karena begitu
kuatnya hentakan pintu yang dibuka oleh Kim Jaejoong.
"Komisaris Kim.."
"Komisaris Song.."
Beberapa tim penyidik itu membungkuk hormat pada keduanya
"Apa yang kalian lakukan disini? Bukankah seharusnya kalian mencari siapa
yang menyusup kedalam pusat keamanan?" Komisaris Song menunjuk para
penyidik itu dengan raut kesal, padahal ia sudah membawa Hendery keluar dengan
alasan mengobati luka ditubuhnya. Namun tetap saja mereka mencari anak ini
seolah-olah dia adalah otak dari penyusupan yang terjadi, apa mereka tidak
waras lagi?
"Kalian datang menjenguk Hendery? Atau kalian datang
untuk menganggu orang yang sedang sakit?" sambar Jaejoong dengan penekanan
disetiap ucapannya.
"Pergi..."
"Tapi saat ini kami sedang.."
"Pergi kataku, apa kalian tidak mendengar kalimat yang
kuucapkan?" Jaejoong mengeluarkan pistol dari balik saku pinggangnya, dan
tanpa basa basi menembak lantai tepat didepan kaki para penyidik tersebut dan
membuat mereka segera berjengit terkejut dan mundur beberapa langkah kebelakang.
Jangkan mereka, bahkan Komisaris Song dan Henderypun terkejut karena ulah
Jaejoong.
"Komisaris Kim! Kau ingin kami menjeratmu
dengan..."
"Ah kalian akan menjeratku? " Ia terkekeh pelan
namun kembali menatap beberapa penyidik tersebut dengan wajah dingin khas
miliknya "Baiklah, anggaplah barusan diriku melakukan pembelaan atas
perilaku kurang menyenangkan yang kalian lakukan, maka dari itu pergi dari
hadapanku.." selanya, ia menggerakkan pistolnya kearah pintu agar mereka
cepat pergi "... Pergi, atau peluru selanjutnya bukan hanya melubangi
lantai yang kalian pijak."
Dengan menahan kesal mereka pun akhirnya pergi setelah
memberikan tatapan tajam pada Hendery ataupun Jaejoong, sedangkan Komisaris
Song tengah mendumal seperti seorang bapak-bapak kebanyakan karena menganggu
jam istirahat Hendery, dan tentu saja karena menganggu siang harinya.
"Kau baik-baik saja?"
Hendery segera mengangkat kedua tangannya kemudian memperlihatkan
kedua telapak tangannya pada Jaejoong lalu ia menyingkap selimut yang menutupi
setengah tubuhnya untuk memperlihatkan bahwa kedua kakinya yang masih utuh dan lengkap
"Diriku amat sangat baik Paman, tapi mengapa Komisaris Song memaksaku
untuk tetap berada di rumah sakit? Diriku hanya terluka gores di leher dan
lebam di bagian tubuhku hanya itu.." Hendery bahkan sampai menunjuk luka
di lehernya yang sudah di tutupi oleh perban kecil dan plaster berwarna
cokelat.
"Dasar bodoh..." Komisaris Song menepuk belakang
kepala Hendery tanpa dosa, ia tidak perduli bahwa anak itu mengaduh karena
pukulannya "Jika saat ini kau masih berada disana apa menurutmu mereka
akan menanyaimu di depan kamar asramamu? Mereka pasti akan membawamu keruang
interogasi tanpa ragu."
Hendery hanya bisa mengaduh karena kepalanya dipukul begitu
saja, ia menghela nafas saat sadar bahwa apa yang dikatakan oleh Komisaris Song
memang ada benarnya. Tapi.. Memasukkannya kerumah sakit hingga berada di ruang
VIP hanya karena luka gores terasa amat sangat berlebihan baginya.
"Apa saja yang mereka tanyakan?"
"Hanya pertanyaan standart namun memojokan.." Ia
kembali bersandar untuk duduk di bangsalnya dan menatap Jaejoong yang bertanya
padanya.
"Mereka menanyakan kemana penyusup itu membawaku,
bagaimana rupanya, apa yang dia lakukan dan yang terakhir mengapa diriku
selamat.." ia mendengus kesal "Jadi apa mereka ingin diriku mati saja
begitu?"
"Tapi kau tidak mengatakan apa-apa bukan?"
"Aku? Aku mengatakannya.."
"Yakk bisa-bisanya kau.." Komisaris Song hampir
kembali menepuk kepala Hendery karena pertanyaannya dijawab sangat santai oleh
anak ini, sedangkan Jaejoong mengerutkan keningnya.
"Yaa, aku bisa bodoh jika kau terus memukul kepalaku
Komisaris Song.." dengan menggunakan tangannya Hendery melindungi kepala
tersayangnya dan merajuk pada pria tua itu.
"Mengapa kau menjawabnya? Apa dia yang memintamu untuk
menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan padamu?"
"Apa ada yang seperti itu?" Komisaris Song menatap
Jaejoong bahkan sampai menggaruk keningnya karena pertanyaan Jaejoong pada
Hendery, ia sama sekali tak paham dengan taktik seperti itu.
Hendery segera menganggukkan kepalanya "Dia berkata
bahwa diriku tak perlu berpura-pura tak tahu, katakan saja apa yang diriku
lihat, apa yang dia ambil dan bagaimana rupanya, dia berkata itu akan menyelamatkanku
walau mereka curiga padaku sekalipun."
"Jika diriku
berhasil lolos dirimu pasti akan dicecar dengan rentetan pertanyaan.."
Ujar Winwin sembari menatap sekeliling atap matanya tetap awas seolah-olah
tengah memperhitungkan sesuatu, namun ia tetap berbicara pada Hendery yang
mengikutinya dari belakang "Jadi jika saat itu tiba, jawab saja seluruh
pertanyaannya tanpa perlu menutup-nutupi apapun.."
"Maksudmu kau
memintaku untuk berbicara jujur begitu?"
"Jika mereka
menanyakan kemana diriku dan apa yang diriku ambil katakan saja yang sejujurnya
katakanlah sedetail mungkin, dan itu akan melepaskanmu dari kecurigaan."
Hendery mengerutkan
keningnya tanda tak paham dengan ucapan Winwin. Baiklah, bukan tak paham secara
sesungguhnya, namun bagi dirinya hal itu sedikit tidak masuk akal, sejak kapan
ada seorang penyusup yang membiarkan jati dirinya terungkap.
"Kau yakin dengan
ini?"
"Tentu, Yunho-ssi
yang mengajarkannya. Lagipula sejak awal diriku menginjakkan kakiku ditempat
ini wajahku sudah terekspose, terlebih karena keributan yang kuciptakan tadi
jadi jawab saja yang sejujurnya. Merekapun tak akan dengan mudah bisa
menangkapku dan kau akan selamat dari kecurigaan, dua keuntungan bukan?"
Winwin menarik senyum miring dari sudut bibirnya saat melihat Hendery akhirnya
menganggukkan kepala tanda setuju dengan kesepakatan mereka.
Jaejoong terkekeh, entah bagaimana ia yakin ini adalah ide
Yunho. "Bagus kalau begitu, cepatlah bangun kau sudah sembuh dirikupun
sudah kembali ayo pulang."
"T-tapi.. Bagaimana nanti kalau.."
"Tenang saja Komisaris Song, mereka tak akan pernah
berani menyentuh Hendery jika diriku ada disini."
Disaat Komisaris Song masih merasa khawatir justru Hendery
segera melompat bangkit dari bangsalnya betapa bahagia dirinya akan segera
pulang, ia pun segera beranjak mendekati sudut kamar untuk mencari pakaiannya
lalu berlari masuk kedalam kamar mandi guna berganti pakaian.
"Apa ini benar tak apa-apa? Membiarkan Hendery pulang?"
"Kurasa iya, aku akan menjaganya kau tidak perlu
khawatir Komisaris Song. Lagipula kita hanya perlu berpura-pura bergabung saja
dengan mereka seperti rencana semula, wanita itu mungkin saat ini sedang panik
memikirkan apa yang baru saja terjadi karena penyusup itu.."
Keduanya hening, mereka memikirkan tentang reaksi Taeyeon saat
ini. Penyusup yang berhasil membuat heboh seluruh markas hari ini bahkan
berhasil mencuri dokumen yang disimpan oleh Yunho didalam brankasnya, dia pasti
penasaran akan hal itu. Berkas apa itu, dan apakah itu penting bagi Negara?
Ataukah ada hubungannya dengan dirinya, pasti hal itu sekarang berputar-putar
dalam benaknya.
"Ah.. Komisaris Kim.."
"Ya?"
"Aku sudah menyelidiki tentang sirkus dan berita yang
berisi tuduhan pada Komisaris Utama Jung dan Johnny serta anak buahnya..
Menurut penuturan saksi yang kutemui sirkus tersebut selalu diisi dengan
kegiatan yang hampir tidak lazim untuk dilakukan oleh manusia pada umumnya maka
dari itu sirkus tersebut ramai didatangi oleh pengunjung setiap harinya,
seperti memang bukan manusia yang menjalankannya.. segala hal yang terjadi
didalamnya begitu menakjubkan."
"...freak..."
"Ya itu maksudku, tak mungkin bukan jika freak menyerang freak? Hal itu benar-benar tidak masuk akal bagaimanapun caraku
memikirkannya, lagipula hanya ada korban manusia disana dan sudah dipastikan
bahwa mereka yang tewas lebih banyak pengunjung dan pasukan bahkan sama sekali
tidak ada freak ataupun anggota
sirkus yang tewas didalam sana..."
Jaejoong terdiam, ia mencoba untuk mengingat-ingat apa yang
diucapkan Yunho padanya ketika pria itu salah paham pada dirinya malam itu
"Bisa kau temukan siapa saja yang berada didalam sirkus tersebut, penghuni
sebenarnya sirkus tersebut, acara apa saja yang berada disirkus tersebut, pengunjung
tetap dan tentu saja korban yang meninggal malam itu?"
Melihat Komisaris Song mengangguk Jaejoong menghela nafas
lega, disaat kepalanya terasa penuh dengan segala permasalahan yang ada justru
pria tua ini masih mau dengan suka hati membantunya "Bisakah kau serahkan laporannya
padaku secepatnya."
"Aku akan mencarinya.." Komisaris Song hampir
keluar namun ia menahan langkahnya "..ah soal berita mengenai mereka
semua, bagaimanapun caraku menganalisa artikel tersebut segalanya terasa
janggal bagiku, mereka semua, dari saksi yang kutanya mereka semua tidak pernah
melihat Johnny, Komisaris Jung, Jayden Lee ataupun Lucas. Lagipula setelah
kutelusuri Lucas Wong adalah pewaris tunggal Wong enterprise, jadi rasanya dia
tidak perlu bekerja sama dengan freak
untuk melakukan penyerangan terhadap manusia, karena pada dasarnya dia bisa saja
menggunakan uang dan kekuasan serta teknologi milik keluarganya untuk melakukan
hal itu seorang diri."
Jaejoong terdiam, lagi-lagi sebuah nama muncul didalam
kepalanya. Iapun menghela nafas dan menatap Komisaris Song "Diriku sudah
memikirkan seseorang dalam benakku tapi, tolong carilah lagi yang kuminta
tadi.."
Tak lama Hendery keluar dari kamar mandi dan sudah berganti
pakaian dengan pakaian yang digunakannya tadi, ia bahkan menggunakan jas
dokternya dengan bangga "Ayo kita pulang, diriku benar-benar tidak suka
berlama-lama disini.."
Ketiganya pun beranjak bersama pergi dari kamar tersebut
setelah Komisaris Song meminta Hendery untuk menetap dikediamannya sementara waktu
agar istrinya bisa mengurus kepulihan Hendery tanpa gangguan dari tim penyidik
dan Jaejoongpun mendukung rencana Komisaris Song, mau tak mau Hendery terpaksa
mengikuti kemauan kedua orang tua tersebut.
Lagipula sejujurnya ia malas jika harus bertemu dengan
penyidik berwajah tak bersahabat tadi yang pasti akan menganggu hari-harinya
sejak hari ini. Jadi bermalam ditempat Komisaris Song yang nyaman dan mendapat
makanan nikmat malam ini rasanya tidak masalah baginya.
Tinggalkan Hendery bersama penyembuhannya serta Jaejoong dan
Komisaris Song dengan penyelidikan yang akan mereka lakukan seorang diri. Saat
ini laboratorium tempat dimana Ten bernaung tengah dihebohkan dengan selebaran
yang saat ini beredar diluar sana sejak kemarin ketika penyusup datang memasuki
gedung keamanan dan membuat kehebohan luar biasa.
Entah darimana dan sejak kapan selebaran tersebut mulai
bertebaran dan dimiliki hampir setiap orang yang beraktivitas di tengah kota.
Beberapa freak yang berada dalam
fasilitas tersebut tentu saja menganggap selebaran tersebut adalah sebuah
gerakan pemberontakan yang sudah lama mereka nantikan.
Sedangkan bagi tenaga medis yang bekerja secara suka rela
ataupun terpaksa disana tentu saja menganggap hal tersebut bagai malapetaka,
terlebih membaca tulisan-tulisan yang tertera disana. Bagaimana bisa mereka
menatap masyarakat jika nyatanya memang terkadang para peneliti dan pemerintah
selama ini benar-benar pernah membunuh para freak
hanya untuk sebuah penelitian belaka.
"Kau sudah lihat selebaran tersebut? Sejak kemarin pagi
selebaran tersebut sudah bertebaran di jalanan seperti sebuah peringatan."
"Bukankah itu menyeramkan? Bagaimana jika
mereka para freak memutuskan
untuk menyerang kita semua yang bekerja di pemerintahan?"
Pembicaraan kedua kepala tim medis tersebut membuat Xiaojun
merotasi kedua matanya, bukankah kini dirinya seperti sedang melihat refleksi
para freak yang dahulu juga selalu
merasa takut bahwa bisa saja mereka akan menjadi target selanjutnya dari uji
coba pemerintah yang tidak ada akhirnya.
Mereka harus menutup mulut dan melupakan jati diri mereka
sebagai seorang freak jika memang
ingin tetap hidup dengan tenang tanpa gangguan. Kasarnya adalah mereka harus
berpura-pura tak mengerti apa itu freak,
mereka harus berpura-pura tak memiliki kekuatan apapun didalam diri mereka
padahal belum tentu seluruh freak seperti
dirinya yang hanya memiliki kekuatan tak terlihat, bagimana yang terlihat
dengan jelas? "Apa kali ini kalian takut?" Xiaojun terkekeh dengan
remeh sembari melirik pada kedua pria berjas putih tersebut, dan jelas saja itu
mengundang perhatian Hyukjae dan Ten yang berada tak jauh dari sana dan berada
di ruangan yang sama dengan Xiaojun.
Kedua pria berjas putih itu menoleh pada Xiaojun, raut wajah
mereka terlihat begitu bertanya-tanya akan maksud dari pria itu terkekeh, apa freak ini tengah mentertawakan rasa
takut mereka?
"Ya.. Kalian takut. Nikmatilah rasa takut kalian, agar
kalian tahu bagaimana rasanya menjadi seperti kami.."
"Apa kau mau mati eoh!!"
Salah satu dari mereka berniat untuk mendekat dan memberi
pelajaran pada Xiaojun namun tubuhnya di tahan oleh rekan kerjanya "Dia
dibutuhkan, luka segaris saja mungkin kita yang akan mati."
"Cih, kau selamat kali ini.."
Pria itu pergi dengan kesal sembari menendang benda apapun
yang menghalangi jalannya sedangkan pria yang menahan si pemarah tadi menghela
nafasnya, ucapan Xiaojun memang ada benar adanya. Mereka saat ini tengah
merasakan ketakutan yang luar biasa, seolah-olah mereka akan diincar sebentar
lagi atau bahkan bisa saja nyawa mereka melayang setelah ini atau kapan saja
"Dengar, kami hanya melakukan tugas kami. Kami tak bermaksud membuat
kaummu terluka, jadi penyebaran selembaran itu tentu saja meresahkan bagi kami
yang hanya seorang pekerja."
Xiaojun hanya menatap tanpa minat dirinya bahkan kembali
terkekeh pelan, "Apa diriku terlihat ingin mendengar ceritamu? Tidak."
"Xiaojun-ah.. sudah hentikan.."
Panggilan Hyukjae membuat pria itu mau tak mau menghela
nafas kasar dan memalingkan wajahnya kearah lain, selama ini Hyukjae yang
berhasil menenangkannya selain Hendery. Akhirnya Dokter itupun pergi dari sana
usai menundukkan kepalanya pada Hyukjae, ia sadar bahwa menjelaskan apapun pada
subjek tersebut sama dengan berbicara pada tembok dingin. Dia tidak akan pernah
mendengarkan, karena pasalnya memang mereka sudah mengerti apa yang saat ini
manusia rasakan, sedangkan Ten ia menoleh pada kaca tebal yang berada didekat
bangsalnya, ia melihat sebuah kertas yang terbang sembarang arah tertiup angin
diluar sana, namun kertas tersebut segera di sambar oleh penjaga dan diremas
dengan kuat.
"Kurasa.. Mereka sudah bergerak Hyung.." ucap Ten
sedikit ragu, karena jujur saja selebaran apapun tak pernah ada dalam rencana
yang dahulu mereka susun.
Apakah mungkin mereka membuat rencana baru? Berjaga-jaga
jika saja ingatannya berhasil dikorek dan mengacaukan rencana yang sudah mereka
susun dengan baik.

Selebaran tersebut berterbangan hampir diseluruh sisi kota,
mereka para manusia yang bersedia membantu freak
memakai hoodie hitam dan masker berlarian dijalan kemudian melemparkan dan
membagikan selebaran tersebut.
Sesungguhnya kemarin pagi Jaemin dan Renjun hanya membagi sekitar
1000-3000 lembar saja namun mereka yang menyadari keberadaan freak dan mengetahui bahwa freak tak pernah menganggu mereka,
bahkan tak bersalah atas tuduhan ledakan hebat di sirkus, justru mencetak ulang
selebaran tersebut dan menyebarkannya kembali, membuat kegaduhan bahkan orasi
menuntut kesetaraan karena mereka para masyarakat lebih memilih untuk berada
bersama dengan freak secara
terang-terangan seperti Emerald City.
Dan seluruh hal ini terjadi dalam waktu kurang dari 48 jam.
Dan terang saja hal tersebut membuat Kim Taeyeon merasa
kesal saat ini, ia melihat beberapa selebaran yang kini tergeletak dimeja
kerjanya, karena keributan dikotai serta penyusupan yang terjadi ia sudah
ditegur dan disalahkan oleh pemerintahan pusat atas keteledorannya yang
membangkitkan amarah kaum freak dan justru
membuat negeri ini berada dalam dua kubu panas, yang pro dan kontra dengan
para freak.
Rencana mulus dari Kun ternyata membawa kedudukan freak lebih tinggi daripada mereka yang
masih percaya dan mendukung pemerintah, karena pada nyatanya begitu banyak
masyarakat yang sudah lelah dengan pemerintahan mereka dan iri dengan kemajuan Emerald City.
Kim Taeyeon baru saja mendapat kabar bahwa Dire City mendeklarasikan secara
terang-terangan kota tersebut akan membantu para freak dimanapun para freak
berada. Ditambah lagi keadaan Detroit
City saat ini pun juga tidak jauh berbeda dengan keadaan Neo City, masyarakat dan freak yang selama ini hanya diam dan
bersembunyi sebagai penonton kini perlahan keluar bersama para manusia untuk melakukan
protes dijalan.
Hanya satu hal yang mereka tuntut, KESAMARATAAN UNTUK FREAK.
'BRAAK!'
"APA PEMERINTAH MENGGAJI KALIAN HANYA UNTUK DUDUK DAN
MENGAMATI?" Taeyeon memukul meja kerjanya dengan keras, ia benar-benar
tengah meluapkan segala emosinya saat ini, bagaimana bisa hanya dengan selembar
kertas tak berharga bisa merusak tatanan sebuah kota yang sudah dibangun dengan
baik selama lebih dari 20 tahun lamanya.
Ia semakin membenci Youngwoon dan teman-teman freaknya yang membuat kekacauan seperti
ini terjadi. Bahkan saat ia tengah mengamuk pun para komisaris saat ini hanya
bisa menunduk tanpa memberikan solusi atas keadaan yang tengah terjadi sedangkan
Youngwoon dan para freak sudah maju
selangkah didepan mereka.
"Cari dan temukan siapa yang menyebarkan ini!!! Aku
ingin kepala mereka ada di atas mejaku, eksekusi mereka dihadapan para warga
sebagai efek jera karena berani bermain-main dengan pemerintah!!"
Disaat Taeyeon tengah menjerit kesal dan para Komisaris tak
tahu harus melakukan apa pintu ruangan Taeyeon terbuka, Jaejoong dan Komisaris
Song terlihat baru datang lebih tepatnya mereka terlihat tidak memperdulikan
panggilan Taeyeon 30 menit lalu untuk berkumpul.
"Ah, kau sudah memutuskan untuk berada di sisi mana
rupanya... Mengapa kau terlambat apa kau tak tahu kekacauan macam apa yang
sudah diciptakan oleh sahabatmu itu?!"
Jaejoong hanya menghela nafasnya "Tidak.. Diriku sibuk
mengurus Hendery, anak asuhku itu terluka, kuingatkan jika kau lupa akan hal
itu. Kau terlihat tak terlalu sibuk, apa kedua anakmu sudah tak perlu lagi kau
perhatikan, noona?"
"Apa kau kemari untuk mengguruiku?"
"Diriku tidak keberatan, namun sepertinya dirimu sama
sekali tak berminat mendengar kuliahku.. Jadi lanjutkan saja pidatomu.."
Ujar Jaejoong sembari melangkah menuju sudut dan duduk di sofa yang berada
disana berbeda dengan komisaris yang lainya, berdiri dan menunduk takut pada
Taeyeon yang tengah murka saat ini.
Mereka berdiri sembari menunduk menerima cacian dan makian
dari Taeyeon. Namun wanita beranak 2 itu menghela nafasnya melihat Jaejoong
justru duduk saja disana tanpa memperdulikan ucapan Taeyeon sama sekali.
"Kalian keluarlah, aku ingin hasil saat nanti diriku
memanggil kalian kembali.."
Para Komisaris itu segera beranjak pergi setelah membungkuk
pada Taeyeon, meninggalkan wanita itu bersama adik iparnya serta Komisaris Song
didalam sana yang berdiri di sisi Jaejoong yang duduk di single sofa yang
berada di sudut ruangan.
"Kenapa kau masih disini? Keluar."
"Dia bersamaku, Komisaris Song adalah orang pribadiku.
Kau tidak berhak memerintahnya.." Jaejoong kembali berdiri dan menahan
Komisaris Song yang akan beranjak pergi, bibirnya memang terkadang kasar pada
pria tua ini namun hanya pria tua ini yang selalu mendukung dan percaya padanya
bahkan disaat sahabat dan hyungnya tidak pernah mempercayai dirinya karena
sebuah fitnah kecil.
"Aku berniat membicarakan tentang rencanaku untuk
menghancurkan Hyungmu dan Sahabatmu, apa dia harus ikut mendengarkan?"
".....tidak, Komisaris Song tidak harus mendengarkan kalimat
apapun yang akan kau katakan, karena diriku juga tidak berminat untuk
mendengarkan apapun rencana yang keluar dari dalam mulut busukmu itu.."
Jaejoong sempat terdiam sesaat sebelum menjawab Taeyeon dengan kalimat
tersebut.
"Tujuan utamaku bergabung adalah agar Xiaojun kau
kembalikan, begitu bukan kesepakatannya? Jadi kembalikan Xiaojun padaku makan
akan kuserahkan seluruh pasukanku, dan diriku sama sekali tidak perduli dengan
rencana-rencanamu tersebut."
"..cih.." Taeyeon tertawa pelan, semakin lama
tawanya semakin kencang. "Apa kau sedang bermain-main denganku?"
Jaejoong mendekati Taeyeon sembari menarik pistol dari balik
saku belakangnya dan tanpa ragu menempelkannya pada pelipis Taeyeon "Kau
pikir diriku bisa bermain-main setelah apa yang terjadi? Setelah semua hal
buruk yang terjadi eoh?" Ia menekan ujung pistol tersebut agar semakin
menempel pada kening Taeyeon yang terlihat sama sekali tak gentar dengan apa
yang dilakukan oleh adik iparnya tersebut.
"Kembalikan Xiaojun dan jangan pernah membahas tentang
rencana busukmu itu padaku, sialan.."
Hening.
Bahkan dibalik sikap istirahat yang dilakukan Komisaris Song
ia pun tengah meremat jemarinya sendiri karena ketegangan yang berada
dihadapannya, bagaimanapun mereka saat ini berdiri di kandang musuh jika sampai
Jaejoong melubangi kepala Taeyeon habis sudah, mereka mungkin akan di eksekusi
saat ini juga karena melakukan tindak kejahatan pada wanita ular itu.
Setelah ketegangan beberapa saat akhirnya Taeyeon bersuara
"Baiklah.. Kalian tunggu di lobby aku akan mengembalikan Xiaojun pada
kalian."
Jaejoongpun menarik pistolnya dari pelipis Taeyeon dan
kembali menyimpannya, "Jika kulihat kau membuatnya lecet segorespun akan
kulubangi kepalamu ingat itu." Dirinyapun segera beranjak keluar dari
ruangan tersebut menuju lobby gedung keamanan, Komisaris Song segera menyusul
dan menyamakan langkahnya dengan Jaejoong meninggalkan Taeyeon yang sejujurnya
terdiam seorang diri dan mencoba untuk tetap terlihat kuat diantara
kejadian-kejadian berat yang terjadi padanya.
"Kau tahu aku hampir mati berdiri disana saat kau
mengacungkan pistolmu padanya." Omel Komisaris Song ketika mereka memasuki
lift.
Disaat melihat Komisaris Song yang masih terkejut justru
Jaejoong terkekeh pelan "Yang dia butuhkan hanya pasukanku, mereka akan
bergerak atas namaku, bukankah itu yang dirinya butuhkan untuk membuat Hyungku
dan Yunho semakin membenciku?"
Sejenak Komisaris Song berpikir, benar juga yang diucapkan
Jaejoong, mengapa dirinya tak paham sampai kesana? Namun tetap saja, apa perlu
menodongkan senjata pada wanita itu? "Lalu setelah Xiaojun diserahkan apa
yang akan kau lakukan?"
"Lihat saja nanti, kau sebaiknya pulang dan menyiapkan
segalanya, aku akan menunggu Xiaojun di lobby bersama dengan Hendery."
"Apa tak apa-apa jika kau kutinggalkan?"
Jaejoong terkekeh "Tak apa, lagipula diriku sudah siap
dengan segala kemungkinan yang ada.." Ia tersenyum miring pada Komisaris
Song, namun hanya menghasilkan kerutan di kening pria tua itu. Jauh dalam lubuk
hatinya ia tidak pernah habis pikir pria ini sangat suka bermain dengan api.
⇨Us
⇦
Seorang dokter dan 3 pengawal pribadi melangkah melewati
koridor laboratorium sekaligus tempat dimana mereka menyekap beberapa freak untuk di jadikan bahan uji coba.
Ketiganya melangkah beriringan menuju bangsal berderet
dimana Ten, Xiaojun dan Hyukjae berada, dokter tersebut menyibak pembatas
plastik berwarna putih susu dan mempersilahkan ketiga pengawal tersebut masuk
kedalam. Mereka segera menghampiri Xiaojun tanpa ragu "Ikut dengan kami, kami
akan mengembalikanmu pada Jaejoong-ssi.."
Xiaojun segera menoleh pada Hyukjae dan Ten, "Bagaimana
dengan mereka?"
"Kami hanya diminta untuk membawamu.."
Tanpa menunggu Xiaojun bersedia untuk dibawa atau tidak para
pengawal itu segera menarik pria beralis tebal itu untuk turun dari bangsalnya
dan pergi dari sana, namun Xiaojun menepis tangan mereka dengan kasar bahkan
memberikan tatapan tidak suka kalau dirinya disentuh dengan sembarangan, jangan
lupakan emosinya yang meledak-ledak saat ini. Jadi tidak mencari gara-gara
dengan Xiaojun adalah memang hal terbaik yang bisa dilakukan oleh mereka.
"Apa kalian pikir diriku tidak memiliki kaki, aku bisa
jalan sendiri." Ia membenahi pakaian pasiennya sembari menatap tidak suka
pada ketiga pengawal tersebut, semenjak Hendery tak merawatnya emosinya yang
memang sudah jelek kini semakin mudah meledak-ledak, rasa lembut dan takutnya
perlahan runtuh menjadi emosional dan sering menyinggung orang lain tanpa
perduli perasaan mereka bagaimana.
"Minggir.."
Xiaojun sempat menoleh pada Ten dan Hyukjae, ia menundukkan
kepalanya kemudian menatap Ten kemudian tersenyum pada pria itu setelah
mendapat anggukan dari Ten.
Sepeninggal Xiaojun dan ketiga pengawal itu tidak lama 2
orang dokter masuk ketempat dimana Ten dan Hyukjae berada, dan diikuti oleh
seorang perawat yang kemarin berbincang dengan Ten tentang keadaan freak dan rencana mereka saat ini,
keduanya saling melempar tatapan sejenak sebelum Ten yang memutus tatapan
tersebut saat salah satu dokter menghampirinya dengan sebuah suntikan
digenggamannya, perawat itu menarik plastik berwarna putih susu itu agar
ruangan tersebut kembali tertutup dan tidak ada yang tahu apa yang terjadi di
balik ruangan ini.
Mereka akan di suntik untuk kembali tidur kemudian isi
memori mereka akan dicuri secara paksa, beruntung sejauh ini ia berhasil
menahannya walau akan beresiko baginya suatu saat nanti jika keadaan terus
seperti ini.
Namun tiba-tiba sebelum jarum itu mendekatinya tangan Ten
bergerak untuk menahan gerakan dokter tersebut "Bagaimana jika kali ini
dirimu yang mencobanya?"
"Apa?"
Dengan sekali tarikan Ten menarik dokter tersebut mendekat
dan memelintir tangannya kemudian menusukkan jarum dalam genggaman dokter
tersebut pada leher pria itu dan Ten segera menekan seluruh cairan tersebut
agar mengalir menuju tubuh pria tersebut sebelum dokter itu berteriak memanggil
bantuan beruntung Ten berhasil melumpuhkan dokter menyebalkan yang selama ini
menyuntikkannya obat padanya tersebut dalam sekali serangan.
"Hei!! Apa yang kau..."
Dan hal yang sama terjadi pada dokter satunya karena ulah
dari perawat wanita yang sejak tadi hanya berdiri dibelakang dalam diam.
Gadis berambut pendek hitam itu sedari tadi juga sudah
menyimpan sebuah suntikan dengan dosis yang sama seperti yang selalu mereka
berikan pada para freak untuk
melumpuhkan dokter pria dihadapannya, dan hasilnya dokter itu terjatuh di atas
bangsal Hyukjae dan menimpa kaki pria itu.
Hyukjae sampai menahan nafasnya saat melihat apa yang
terjadi barusan dihadapannya, ia hanya takut rencana yang dijalankan Ten dan
Xiaojun serta perawat wanita ini akan gagal. Dirinya di tuntun untuk bangkit turun
dari bangsal dan berdiri oleh perawat tersebut "Segera ganti pakaianmu
dengannya." Perintah gadis itu dengan berbisik.
Dua orang penjaga melangkah mendekat pada ruangan Ten dan
Hyukjae yang hanya tertutup dengan plastik berwarna putih susu, mereka merasa
heran karena kali ini dokter berada didalam untuk waktu yang lebih lama dari
biasanya.
"Hei! Mengapa lama sekali!!"
Tak ada jawaban.
Ia menoleh pada rekannya dan mereka bersama-sama menyibak
plastik pembatas memasuki ruang rawat. Dan mendapati kedua dokter tersebut
tengah memunggungi mereka sembari memasang alat pada tubuh subjek di bangsalnya
masing-masing.
"Apa yang kalian lakukan?" Omel gadis tersebut
bersurai pendek tersebut, kedua penjaga tersebut segera meminta maaf dan
menutup kembali plastik pembatas kemudian menjauh, meninggalkan si gadis dan
kedua dokter tersebut yang tidak lain adalah Ten serta Hyukjae yang tengah
menyamar, keduanya menghela nafas lega.
Beruntung warna rambut mereka dan dokter yang mereka bius
sama jadi penyamaran ini akan berhasil "Pakai ini.."
Keduanya mengambil masker yang diberikan oleh gadis tersebut
kemudian ketiganya segera beranjak keluar, Hyukjae melangkah lebih dahulu untuk
menghampiri penjaga tadi "Jangan ada yang masuk kedalam selama kami
melakukan pekerjaan kami, mengerti? Kami tidak ingin hasilnya tidak
maksimal."
"B-baik."
Hyukjae menganggukkan kepalanya kemudian kembali menghampiri
Ten dan perawat tersebut "Kau membuatku takut Hyung.."
"Kuhabiskan setengah hidupku di laboratorium, diriku
sudah hafal dengan kalimat seperti itu."
Kini gantian gadis itu yang memimpin jalan mereka menuju
ruang dimana mereka menyimpan hasil penelitian para freak, disaat dokter lainnya sedang sibuk dengan pengecekan darah
ia menyuruh Ten mengcopy hasil sampel
darah dan data para freak yang berada
di laboratorium kemudian menyalin seluruh data freak yang dimiliki oleh pemerintah.
"Apa perlu setelah menyalinnya kau juga menghapusnya?"
Tanya Hyukjae, walau setengah wajahnya tertutup oleh masker tapi Ten tahu
dengan jelas bahwa pria yang lebih tua darinya itu tengah tersenyum lebar
seolah-olah ide tersebut adalah ide paling brilliant
yang dikeluarkan oleh bibirnya.
"Kenapa tidak? Menghapus ini akan membuat mereka harus
memulai segalanya dari awal bukan."
Usai menyalin apa yang diperintahkan Ten segera menghapus
segera hasil kerja keras para dokter disini dibawah tekanan Kim Taeyeon, bahu
keduanya ditepuk oleh perawat tadi dan mereka diajak untuk segera keluar
melalui pintu belakang laboratorium. Ten pun segera menarik flashdisk yang
diberikan oleh gadis itu tadi kemudian menyimpannya dalam saku celana yang
digunakan olehnya.
"Pergilah, aku hanya bisa mengantar sampai
disini.." Ucap gadis itu dan hampir beranjak kembali masuk kedalam namun
dengan segera ditahan oleh Ten dan Hyukjae.
"Kau ingin kembali kedalam? Apa kau sudah gila?
Keluargamu sudah aman seperti perjanjian, bukankah seharusnya kau bisa pergi
dari sana saat ini."
"Kami menghapus seluruh database milik laboratorium,
jika kau kembali mungkin kau tidak akan bisa keluar lagi selamanya."
Gadis itu menatap kedua pria dihadapannya, lalu berbalik
menatap koridor menuju laboratorium, ia kemudian menatap halaman belakang yang
langsung menuju gerbang keluar dan menoleh sekali lagi kebelakang dimana gedung
pusat keamanan berada. Dirinya bimbang dan ragu antara ingin ikut atau tidak.
"Ikutlah dengan kami.."
Penjaga didalam laboratorium menoleh kearah ruang yang
dijaganya entah mengapa ada rasa penasaran yang hebat didalam dirinya, biasanya
subjek akan di cek selama 10 menit sekali tetapi dari tadi tak ada yang
mengecek mereka. Langkahnya dengan ragu mendekati ruangan milik Ten dan
Hyukjae.
Langkah Ten dan Hyukjae terlihat berlari dengan cepat
dibelakang perawat tersebut, mereka sudah melepaskan jas dokter yang mereka
gunakan, karena tak perlu khawatir ada kamera CCTV yang akan merekam mereka.
Karena tempat ini rahasia maka sengaja mereka tak menambahkan CCTV agar tidak
ada bukti nyata tentang apa yang sedang mereka lakukan terhadap para subjek hal
aman dan terbodoh yang pernah mereka lakukan, karena tidak akan ada yang tahu
kalau saat ini ada 2 subjek tengah melarikan diri.
Sedangkan Xiaojun kini tengah melangkah dengan santai diatas
tatanan marmer berkilau yang terpasang di lantai dalam gedung keamanan berserta
dengan pengawalan 3 orang di belakangnya, walau kedua tangannya terborgol
didepan dirinya tetap saja dijaga dengan ketat. Netra tajamnya sudah melihat keberadaan
Jaejoong dan Hendery didepan sana yang segera berdiri begitu melihat kedatangannya.
Setiap langkah yang mereka semua ambil semakin dekat dengan
tujuannya, termasuk si penjaga yang kini sudah menyentuh plastik pembatas, ia
sudah meremas tepi plastik dan berniat untuk menyibaknya, namun penjaga lain
segera menepuk bahunya "Bodoh, kau lupa perintah dokter tadi?"
"Ah iya..diriku benar-benar lupa.."
Keduanya pun segera menjauhi ruangan tersebut, sedangkan
gadis tadi kini memijakkan kakinya di luar gedung keamanan setelah melompati
pagar yang ditumbuhi oleh tumbuhan liar, kemudian disusul oleh Hyukjae yang baru
saja melompati pagar dengan bantuan Ten yang lebih terlatih.
"Kita sudah berada diluar.." Hyukjae mengucapkan
kalimat itu dengan intonasi tak percaya, ada getar ragu dalam suaranya
seolah-olah tidak percaya dirinya benar-benar kembali merasakan keehidupan.
Setelah sekian tahun akhirnya ia kembali melihat matahari, dan menghirup udara
bebas.
Tap!
Xiaojun berhenti melangkah ketika Hendery berlari
menghampirinya dan segera memeluknya dengan erat. "Aku tidak bisa membalas
pelukanmu.. Mereka memborgol tanganku."
Hendery segera melepaskan pelukannya dan menunduk melihat
kedua tangan Xiaojun yang masih terikat "Kalian benar-benar memborgolnya? Apa
kalian pikir dia ini seorang teroris? Buka!"
Mau tak mau salah satu dari 3 pengawal itu membuka borgol yang
melingkar di tangan Xiaojun, kemudian beranjak pergi saat suara seorang wanita
terdengar "Aku sudah memenuhi janjiku.." Ucap wanita itu, masih
berusaha bersikap angkuh padahal sejujurnya ia sudah tak menemukan cara lain
lagi untuk menekan Jaejoong.
"Dirikupun sama.." Pria itu mendekat pada wanita
tersebut menutupi Hendery dam Xiaojun dengan tubuhnya agar tak didekati oleh
Kim Taeyeon "Menjauhlah, jangan mendekati keluargaku, atau diriku tak akan
lagi memandangmu sebagai iparku."
Kim Taeyeon terpaksa menarik senyumannya berpura-pura angkuh
adalah senjata andalannya saat ini, ia tahu saat ini dirinya hanya berdiri
seorang diri. Tak ada lagi keluarga yang berdiri disisinya, hanya keluarga
asuhnya yang masih mendukungnya, mungkin karena mereka sama gilanya dengan Kim
Taeyeon.
"Perlukah diriku tersanjung atas ucapanmu?"
"Kurasa tak perlu, karena yang kau butuhkan hanyalah
cermin." Jaejoong melemparkan tatapan datar pada Taeyeon setelah
mengatakan hal tersebut, ia kemudian berbalik badan "Ayo kita
pergi.."
Jaejoong memimpin Xiaojun dan Hendery untuk segera beranjak
pergi, namun ia terhenti dan mengambil sebuah amplop coklat yang sebelumnya
berada di meja yang berhadapan dengan sofa tempatnya dan Hendery duduk menunggu
Xiaojun datang.
Ia kemudian memberikannya pada Taeyeon "Lencana milikku
dan milik Komisaris Song, seperti kataku bahwa kau bisa memimpin pasukanku,
tapi jangan harap diriku berada disana. Urusanku denganmu dan kalian semua
sudah berakhir." Namun terpaksa Jaejoong kembali meletakkan amplop coklat
besar tersebut kembali keatas meja karena Taeyeon sama sekali tidak terlihat ingin
mengambilnya.
Kedua netra milik Taeyeon mengembun ketika melihat Jaejoong
melangkah bersama dengan Hendery dan Xiaojun. Keputusan pria itu untuk pergi
terlihat bulat karena ia melihat baik Hendery ataupun Jaejoong sama-sama
membawa tas milik mereka dan beranjak keluar dari gedung bukan kembali menuju
asrama.
Pemandangan itu membuatnya teringat akan kilasan keluarga yang
pernah dimilik olehnya yang kini rasanya mulai mengabur dalam ingatannya. Ia
menghela nafas dan mencoba untuk tidak terlalu sedih saat mengingat hal
tersebut, bahkan Taeyeon mencoba untuk mengatur mimik wajahnya walaupun setetes
air mata sudah menetes tanpa bisa ia tahan tadi.
"... Apa kau sudah menemukannya?"
Seorang dokter yang berada dibelakang Taeyeon segera
mendekat dan membungkuk "Kami sedang berusaha menghidupkan chip tersebut
kembali, tapi.. Jika chip tersebut kembali hidup ini akan menyakitkan untuknya,
apa anda tega Nyonya Kim?"
Taeyeon hanya menghela nafas "Apa kau benar-benar
mengajukan pertanyaan itu padaku?" Ia berbalik badan dan melangkah kembali
menuju bagian belakang gedung dua dengan diikuti oleh beberapa dokter
dibelakangnya. "Lakukan, bagaimanapun jika itu berhasil kita akan mendapat
dua keuntungan. "
"Chip itu dapat dipasangkan keseluruh freak dan manusia
yang memberontak. Kemanapun mereka pergi untuk bersembunyi kita akan segera
menemukan mereka dan menghancurkan mereka berkeping-keping.." tambahnya.
Sedangkan diluar sana, Ten memimpin jalan menuju perempatan
yang berada tidak jauh dari gedung keamanan, disana sudah ada sebuah mobil
berwarna hitam yang terparkir, begitu mereka menghampirinya kaca hitam mobil
tersebut turun setengah dan menampilkan wajah seseorang dari samping kursi
pengemudi dan menyapa Ten dengan senyuman hangat.
".... Renjun?"
Pria itu tersenyum hangat semakin lebar karena dirinya
kembali melihat Ten kembali "Hyung.. Masuklah, kita pergi dari sini."
Ten segera membuka pintu belakang dan meminta perawat tadi
serta Hyukjae masuk kedalam baru dirinyapun ikut masuk dan seketika itu juga
mobil segera melesat dengan cepat meninggalkan kawasan gedung keamanan serta
menjauh meninggalkan kota.
Ketiganya berhenti melangkah saat melihat sebuah mobil sedan
berwarna hitam sudah berhenti di depan ketiganya, Hendery membukakan pintu
untuk Jaejoong masuk dan tentu saja untuk Xiaojun, namun pria beralis tebal itu
justru menatap kearah luar dan menyunggingkan senyum dari bibirnya.
"Kau tak ingin masuk Xiaojun-ah?"
"Sebentar.." Ia menutup kedua matanya dan senyum
miring benar-benar terukir di bibirnya, Xiaojun kemudian menunduk untuk menatap
Jaejoong didalam sana.
"Mereka sudah keluar paman.."
Jaejoong menghela nafas lega "Baguslah, cepatlah kau
naik kita akan segera pergi dari tempat ini sebelum mereka sadar bahwa mereka
kehilangan kedua subjek lainnya."
Menurut, keduanya segera masuk kedalam mobil. Xiaojun duduk
bersama Jaejoong dibelakang sedangkan Hendery duduk bersamaan dengan supir
pribadi milik Jaejoong siapalagi kalau bukan Komisaris Song yang segera melesat
kembali setelah usai dengan urusan keluarganya.
Keluarga Komisaris Song sudah ia kirim pergi menjauh keluar
negeri dengan identitas palsu sedangkan dirinya akan tetap berada disini
dimanapun Jaejoong berada. "Lalu, akan kemana kita sekarang?"
Pertanyaan dari Komisaris Song membuat Jaejoong berpikir, ia
menatap layar ponsel beningnya kemudian memikirkan satu nama yang terlintas
dalam benaknya. Tanpa ragu ibu jarinya kemudian mencoba untuk menghubungi nomor
yang baru didapatkannya kemarin malam dari Hendery.
Ketika tersambung, kalimat Jaejoong berhasil membuat
Komisaris Song tercengang sedangkan Hendery tersenyum lebar "...mereka
sudah keluar, tugasku sudah selesai, jika kau ijinkan, aku akan kesana
sekarang.."
..........
"Baiklah.. Tunggu kedatanganku.. Yunho-ya."
Sedangkan di mobil lain yang sudah memasuki jalur cepat
menuju perbatasan Hyukjaepun akhirnya mengajukan pertanyaan pertamanya setelah
mereka semua terdiam dalam ketegangan karena masih berada di dalam kota "Siapa
dia Renjun-ah?"
Sesungguhnya banyak hal yang ingin ditanyakannya akan
keadaan Renjun namun bibirnya terlalu kelu hingga ia hanya bisa menanyakan
siapa pria yang kini tengah membawa mobil, orang yang bersedia menjemput dan
membawa mereka pergi sejauh ini.
Hingga rasanya Hyukjae akan mabuk darat karena ini kali
pertama ia berada di mobil lagi setelah sekian tahun lamanya. "...dia?"
Renjun menoleh kebelakang sebentar kemudian menatap pengemudi disebelahnya.
"Dia orang yang pernah diriku dan Jaemin kenal dahulu.."
"Perkenalkan.." Pria sipit itu menatap spion
didalam mobil dan menatap penumpangnya satu per satu sambil tersenyum hingga
kedua matanya menghilang saat tersenyum ramah "Hwang Hyunjin."
Hyukjae tersenyum membalas sapaan ramah sang pengemudi dan
mencoba untuk memulai perbincangan agar ia melupakan fase mabuk daratnya.
Sedangkan Ten ia melirik pada gadis yang sedari tadi hanya diam menatap jendela,
posisinya dan gadis itu terpisah dengan keberadaan Hyukjae diantara keduanya.
"Selama ini diriku mengenalmu tapi aku tak tahu namamu,
bahkan kalian semua tidak memakai nametag di jas kalian."
"Kau ingin tahu namaku?"
Ten menganggukkan kepalanya "Ya.. diriku harus mengenal
siapa yang membantuku hari ini."
Gadis tersebut tersenyum hangat pada Ten, karena ini kali
pertama ada yang menanyai namanya usai dirinya dibawa dengan paksa ketempat
ini.
".... Lisa, namaku Lisa."
⇨ To Be Continued ⇦
Lisa, adalah seorang perawat senior diusia muda, ia berasal
dari Detroit. Kota tersebut sudah cukup menyusahkannya hingga dirinya dengan
tiba-tiba dibawa menuju Neo City dan bekerja di laboratorium.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar