myCatalog

Minggu, 06 September 2020

US - THIRTY FIVE





* US *

-

-

-

-

-







NEO CITY

2044

Jaejoong kembali dari perjalanannya ke Dire City begitu tiba ia mendapat kabar bahwa Hendery terluka dari Komisaris Song. Usai menjemput Jaejoong distasiun pria paruh baya itu segera mengantarkan Jaejoong menuju rumah sakit untuk menjenguk Hendery.

Begitu sampai keduanya justru melihat Hendery kini sedang di interogasi oleh beberapa tim penyidik dari pusat keamanan, Jaejoong segera masuk sambil mendorong pintu kuat-kuat ia tak perduli jika beberapa orang didalam terkejut bahkan termasuk Hendery yang berjengit kaget karena begitu kuatnya hentakan pintu yang dibuka oleh Kim Jaejoong.

"Komisaris Kim.."

"Komisaris Song.."

Beberapa tim penyidik itu membungkuk hormat pada keduanya "Apa yang kalian lakukan disini? Bukankah seharusnya kalian mencari siapa yang menyusup kedalam pusat keamanan?" Komisaris Song menunjuk para penyidik itu dengan raut kesal, padahal ia sudah membawa Hendery keluar dengan alasan mengobati luka ditubuhnya. Namun tetap saja mereka mencari anak ini seolah-olah dia adalah otak dari penyusupan yang terjadi, apa mereka tidak waras lagi?

"Kalian datang menjenguk Hendery? Atau kalian datang untuk menganggu orang yang sedang sakit?" sambar Jaejoong dengan penekanan disetiap ucapannya.

"Pergi..."

"Tapi saat ini kami sedang.."

"Pergi kataku, apa kalian tidak mendengar kalimat yang kuucapkan?" Jaejoong mengeluarkan pistol dari balik saku pinggangnya, dan tanpa basa basi menembak lantai tepat didepan kaki para penyidik tersebut dan membuat mereka segera berjengit terkejut dan mundur beberapa langkah kebelakang. Jangkan mereka, bahkan Komisaris Song dan Henderypun terkejut karena ulah Jaejoong.

"Komisaris Kim! Kau ingin kami menjeratmu dengan..."

"Ah kalian akan menjeratku? " Ia terkekeh pelan namun kembali menatap beberapa penyidik tersebut dengan wajah dingin khas miliknya "Baiklah, anggaplah barusan diriku melakukan pembelaan atas perilaku kurang menyenangkan yang kalian lakukan, maka dari itu pergi dari hadapanku.." selanya, ia menggerakkan pistolnya kearah pintu agar mereka cepat pergi "... Pergi, atau peluru selanjutnya bukan hanya melubangi lantai yang kalian pijak."

Dengan menahan kesal mereka pun akhirnya pergi setelah memberikan tatapan tajam pada Hendery ataupun Jaejoong, sedangkan Komisaris Song tengah mendumal seperti seorang bapak-bapak kebanyakan karena menganggu jam istirahat Hendery, dan tentu saja karena menganggu siang harinya.

"Kau baik-baik saja?"

Hendery segera mengangkat kedua tangannya kemudian memperlihatkan kedua telapak tangannya pada Jaejoong lalu ia menyingkap selimut yang menutupi setengah tubuhnya untuk memperlihatkan bahwa kedua kakinya yang masih utuh dan lengkap "Diriku amat sangat baik Paman, tapi mengapa Komisaris Song memaksaku untuk tetap berada di rumah sakit? Diriku hanya terluka gores di leher dan lebam di bagian tubuhku hanya itu.." Hendery bahkan sampai menunjuk luka di lehernya yang sudah di tutupi oleh perban kecil dan plaster berwarna cokelat.

"Dasar bodoh..." Komisaris Song menepuk belakang kepala Hendery tanpa dosa, ia tidak perduli bahwa anak itu mengaduh karena pukulannya "Jika saat ini kau masih berada disana apa menurutmu mereka akan menanyaimu di depan kamar asramamu? Mereka pasti akan membawamu keruang interogasi tanpa ragu."

Hendery hanya bisa mengaduh karena kepalanya dipukul begitu saja, ia menghela nafas saat sadar bahwa apa yang dikatakan oleh Komisaris Song memang ada benarnya. Tapi.. Memasukkannya kerumah sakit hingga berada di ruang VIP hanya karena luka gores terasa amat sangat berlebihan baginya.

"Apa saja yang mereka tanyakan?"

"Hanya pertanyaan standart namun memojokan.." Ia kembali bersandar untuk duduk di bangsalnya dan menatap Jaejoong yang bertanya padanya.

"Mereka menanyakan kemana penyusup itu membawaku, bagaimana rupanya, apa yang dia lakukan dan yang terakhir mengapa diriku selamat.." ia mendengus kesal "Jadi apa mereka ingin diriku mati saja begitu?"

"Tapi kau tidak mengatakan apa-apa bukan?"

"Aku? Aku mengatakannya.."

"Yakk bisa-bisanya kau.." Komisaris Song hampir kembali menepuk kepala Hendery karena pertanyaannya dijawab sangat santai oleh anak ini, sedangkan Jaejoong mengerutkan keningnya.

"Yaa, aku bisa bodoh jika kau terus memukul kepalaku Komisaris Song.." dengan menggunakan tangannya Hendery melindungi kepala tersayangnya dan merajuk pada pria tua itu.

"Mengapa kau menjawabnya? Apa dia yang memintamu untuk menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan padamu?"

"Apa ada yang seperti itu?" Komisaris Song menatap Jaejoong bahkan sampai menggaruk keningnya karena pertanyaan Jaejoong pada Hendery, ia sama sekali tak paham dengan taktik seperti itu.

Hendery segera menganggukkan kepalanya "Dia berkata bahwa diriku tak perlu berpura-pura tak tahu, katakan saja apa yang diriku lihat, apa yang dia ambil dan bagaimana rupanya, dia berkata itu akan menyelamatkanku walau mereka curiga padaku sekalipun."

"Jika diriku berhasil lolos dirimu pasti akan dicecar dengan rentetan pertanyaan.." Ujar Winwin sembari menatap sekeliling atap matanya tetap awas seolah-olah tengah memperhitungkan sesuatu, namun ia tetap berbicara pada Hendery yang mengikutinya dari belakang "Jadi jika saat itu tiba, jawab saja seluruh pertanyaannya tanpa perlu menutup-nutupi apapun.."

"Maksudmu kau memintaku untuk berbicara jujur begitu?"

"Jika mereka menanyakan kemana diriku dan apa yang diriku ambil katakan saja yang sejujurnya katakanlah sedetail mungkin, dan itu akan melepaskanmu dari kecurigaan."

Hendery mengerutkan keningnya tanda tak paham dengan ucapan Winwin. Baiklah, bukan tak paham secara sesungguhnya, namun bagi dirinya hal itu sedikit tidak masuk akal, sejak kapan ada seorang penyusup yang membiarkan jati dirinya terungkap.

"Kau yakin dengan ini?"

"Tentu, Yunho-ssi yang mengajarkannya. Lagipula sejak awal diriku menginjakkan kakiku ditempat ini wajahku sudah terekspose, terlebih karena keributan yang kuciptakan tadi jadi jawab saja yang sejujurnya. Merekapun tak akan dengan mudah bisa menangkapku dan kau akan selamat dari kecurigaan, dua keuntungan bukan?" Winwin menarik senyum miring dari sudut bibirnya saat melihat Hendery akhirnya menganggukkan kepala tanda setuju dengan kesepakatan mereka.

Jaejoong terkekeh, entah bagaimana ia yakin ini adalah ide Yunho. "Bagus kalau begitu, cepatlah bangun kau sudah sembuh dirikupun sudah kembali ayo pulang."

"T-tapi.. Bagaimana nanti kalau.."

"Tenang saja Komisaris Song, mereka tak akan pernah berani menyentuh Hendery jika diriku ada disini."

Disaat Komisaris Song masih merasa khawatir justru Hendery segera melompat bangkit dari bangsalnya betapa bahagia dirinya akan segera pulang, ia pun segera beranjak mendekati sudut kamar untuk mencari pakaiannya lalu berlari masuk kedalam kamar mandi guna berganti pakaian.

"Apa ini benar tak apa-apa? Membiarkan Hendery pulang?"

"Kurasa iya, aku akan menjaganya kau tidak perlu khawatir Komisaris Song. Lagipula kita hanya perlu berpura-pura bergabung saja dengan mereka seperti rencana semula, wanita itu mungkin saat ini sedang panik memikirkan apa yang baru saja terjadi karena penyusup itu.."

Keduanya hening, mereka memikirkan tentang reaksi Taeyeon saat ini. Penyusup yang berhasil membuat heboh seluruh markas hari ini bahkan berhasil mencuri dokumen yang disimpan oleh Yunho didalam brankasnya, dia pasti penasaran akan hal itu. Berkas apa itu, dan apakah itu penting bagi Negara? Ataukah ada hubungannya dengan dirinya, pasti hal itu sekarang berputar-putar dalam benaknya.

"Ah.. Komisaris Kim.."

"Ya?"

"Aku sudah menyelidiki tentang sirkus dan berita yang berisi tuduhan pada Komisaris Utama Jung dan Johnny serta anak buahnya.. Menurut penuturan saksi yang kutemui sirkus tersebut selalu diisi dengan kegiatan yang hampir tidak lazim untuk dilakukan oleh manusia pada umumnya maka dari itu sirkus tersebut ramai didatangi oleh pengunjung setiap harinya, seperti memang bukan manusia yang menjalankannya.. segala hal yang terjadi didalamnya begitu menakjubkan."

"...freak..."

"Ya itu maksudku, tak mungkin bukan jika freak menyerang freak? Hal itu benar-benar tidak masuk akal bagaimanapun caraku memikirkannya, lagipula hanya ada korban manusia disana dan sudah dipastikan bahwa mereka yang tewas lebih banyak pengunjung dan pasukan bahkan sama sekali tidak ada freak ataupun anggota sirkus yang tewas didalam sana..."

Jaejoong terdiam, ia mencoba untuk mengingat-ingat apa yang diucapkan Yunho padanya ketika pria itu salah paham pada dirinya malam itu "Bisa kau temukan siapa saja yang berada didalam sirkus tersebut, penghuni sebenarnya sirkus tersebut, acara apa saja yang berada disirkus tersebut, pengunjung tetap dan tentu saja korban yang meninggal malam itu?"

Melihat Komisaris Song mengangguk Jaejoong menghela nafas lega, disaat kepalanya terasa penuh dengan segala permasalahan yang ada justru pria tua ini masih mau dengan suka hati membantunya "Bisakah kau serahkan laporannya padaku secepatnya."

"Aku akan mencarinya.." Komisaris Song hampir keluar namun ia menahan langkahnya "..ah soal berita mengenai mereka semua, bagaimanapun caraku menganalisa artikel tersebut segalanya terasa janggal bagiku, mereka semua, dari saksi yang kutanya mereka semua tidak pernah melihat Johnny, Komisaris Jung, Jayden Lee ataupun Lucas. Lagipula setelah kutelusuri Lucas Wong adalah pewaris tunggal Wong enterprise, jadi rasanya dia tidak perlu bekerja sama dengan freak untuk melakukan penyerangan terhadap manusia, karena pada dasarnya dia bisa saja menggunakan uang dan kekuasan serta teknologi milik keluarganya untuk melakukan hal itu seorang diri."

Jaejoong terdiam, lagi-lagi sebuah nama muncul didalam kepalanya. Iapun menghela nafas dan menatap Komisaris Song "Diriku sudah memikirkan seseorang dalam benakku tapi, tolong carilah lagi yang kuminta tadi.."

Tak lama Hendery keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian dengan pakaian yang digunakannya tadi, ia bahkan menggunakan jas dokternya dengan bangga "Ayo kita pulang, diriku benar-benar tidak suka berlama-lama disini.."

Ketiganya pun beranjak bersama pergi dari kamar tersebut setelah Komisaris Song meminta Hendery untuk menetap dikediamannya sementara waktu agar istrinya bisa mengurus kepulihan Hendery tanpa gangguan dari tim penyidik dan Jaejoongpun mendukung rencana Komisaris Song, mau tak mau Hendery terpaksa mengikuti kemauan kedua orang tua tersebut.

Lagipula sejujurnya ia malas jika harus bertemu dengan penyidik berwajah tak bersahabat tadi yang pasti akan menganggu hari-harinya sejak hari ini. Jadi bermalam ditempat Komisaris Song yang nyaman dan mendapat makanan nikmat malam ini rasanya tidak masalah baginya.

Tinggalkan Hendery bersama penyembuhannya serta Jaejoong dan Komisaris Song dengan penyelidikan yang akan mereka lakukan seorang diri. Saat ini laboratorium tempat dimana Ten bernaung tengah dihebohkan dengan selebaran yang saat ini beredar diluar sana sejak kemarin ketika penyusup datang memasuki gedung keamanan dan membuat kehebohan luar biasa.

Entah darimana dan sejak kapan selebaran tersebut mulai bertebaran dan dimiliki hampir setiap orang yang beraktivitas di tengah kota. Beberapa freak yang berada dalam fasilitas tersebut tentu saja menganggap selebaran tersebut adalah sebuah gerakan pemberontakan yang sudah lama mereka nantikan.

Sedangkan bagi tenaga medis yang bekerja secara suka rela ataupun terpaksa disana tentu saja menganggap hal tersebut bagai malapetaka, terlebih membaca tulisan-tulisan yang tertera disana. Bagaimana bisa mereka menatap masyarakat jika nyatanya memang terkadang para peneliti dan pemerintah selama ini benar-benar pernah membunuh para freak hanya untuk sebuah penelitian belaka.

"Kau sudah lihat selebaran tersebut? Sejak kemarin pagi selebaran tersebut sudah bertebaran di jalanan seperti sebuah peringatan."

"Bukankah itu menyeramkan? Bagaimana jika mereka para freak memutuskan untuk menyerang kita semua yang bekerja di pemerintahan?"

Pembicaraan kedua kepala tim medis tersebut membuat Xiaojun merotasi kedua matanya, bukankah kini dirinya seperti sedang melihat refleksi para freak yang dahulu juga selalu merasa takut bahwa bisa saja mereka akan menjadi target selanjutnya dari uji coba pemerintah yang tidak ada akhirnya.

Mereka harus menutup mulut dan melupakan jati diri mereka sebagai seorang freak jika memang ingin tetap hidup dengan tenang tanpa gangguan. Kasarnya adalah mereka harus berpura-pura tak mengerti apa itu freak, mereka harus berpura-pura tak memiliki kekuatan apapun didalam diri mereka padahal belum tentu seluruh freak seperti dirinya yang hanya memiliki kekuatan tak terlihat, bagimana yang terlihat dengan jelas? "Apa kali ini kalian takut?" Xiaojun terkekeh dengan remeh sembari melirik pada kedua pria berjas putih tersebut, dan jelas saja itu mengundang perhatian Hyukjae dan Ten yang berada tak jauh dari sana dan berada di ruangan yang sama dengan Xiaojun.
Kedua pria berjas putih itu menoleh pada Xiaojun, raut wajah mereka terlihat begitu bertanya-tanya akan maksud dari pria itu terkekeh, apa freak ini tengah mentertawakan rasa takut mereka?

"Ya.. Kalian takut. Nikmatilah rasa takut kalian, agar kalian tahu bagaimana rasanya menjadi seperti kami.."

"Apa kau mau mati eoh!!"

Salah satu dari mereka berniat untuk mendekat dan memberi pelajaran pada Xiaojun namun tubuhnya di tahan oleh rekan kerjanya "Dia dibutuhkan, luka segaris saja mungkin kita yang akan mati."

"Cih, kau selamat kali ini.."

Pria itu pergi dengan kesal sembari menendang benda apapun yang menghalangi jalannya sedangkan pria yang menahan si pemarah tadi menghela nafasnya, ucapan Xiaojun memang ada benar adanya. Mereka saat ini tengah merasakan ketakutan yang luar biasa, seolah-olah mereka akan diincar sebentar lagi atau bahkan bisa saja nyawa mereka melayang setelah ini atau kapan saja "Dengar, kami hanya melakukan tugas kami. Kami tak bermaksud membuat kaummu terluka, jadi penyebaran selembaran itu tentu saja meresahkan bagi kami yang hanya seorang pekerja."

Xiaojun hanya menatap tanpa minat dirinya bahkan kembali terkekeh pelan, "Apa diriku terlihat ingin mendengar ceritamu? Tidak."

"Xiaojun-ah.. sudah hentikan.."

Panggilan Hyukjae membuat pria itu mau tak mau menghela nafas kasar dan memalingkan wajahnya kearah lain, selama ini Hyukjae yang berhasil menenangkannya selain Hendery. Akhirnya Dokter itupun pergi dari sana usai menundukkan kepalanya pada Hyukjae, ia sadar bahwa menjelaskan apapun pada subjek tersebut sama dengan berbicara pada tembok dingin. Dia tidak akan pernah mendengarkan, karena pasalnya memang mereka sudah mengerti apa yang saat ini manusia rasakan, sedangkan Ten ia menoleh pada kaca tebal yang berada didekat bangsalnya, ia melihat sebuah kertas yang terbang sembarang arah tertiup angin diluar sana, namun kertas tersebut segera di sambar oleh penjaga dan diremas dengan kuat.

"Kurasa.. Mereka sudah bergerak Hyung.." ucap Ten sedikit ragu, karena jujur saja selebaran apapun tak pernah ada dalam rencana yang dahulu mereka susun.

Apakah mungkin mereka membuat rencana baru? Berjaga-jaga jika saja ingatannya berhasil dikorek dan mengacaukan rencana yang sudah mereka susun dengan baik.




Selebaran tersebut berterbangan hampir diseluruh sisi kota, mereka para manusia yang bersedia membantu freak memakai hoodie hitam dan masker berlarian dijalan kemudian melemparkan dan membagikan selebaran tersebut.

Sesungguhnya kemarin pagi  Jaemin dan Renjun hanya membagi sekitar 1000-3000 lembar saja namun mereka yang menyadari keberadaan freak dan mengetahui bahwa freak tak pernah menganggu mereka, bahkan tak bersalah atas tuduhan ledakan hebat di sirkus, justru mencetak ulang selebaran tersebut dan menyebarkannya kembali, membuat kegaduhan bahkan orasi menuntut kesetaraan karena mereka para masyarakat lebih memilih untuk berada bersama dengan freak secara terang-terangan seperti Emerald City.

Dan seluruh hal ini terjadi dalam waktu kurang dari 48 jam.

Dan terang saja hal tersebut membuat Kim Taeyeon merasa kesal saat ini, ia melihat beberapa selebaran yang kini tergeletak dimeja kerjanya, karena keributan dikotai serta penyusupan yang terjadi ia sudah ditegur dan disalahkan oleh pemerintahan pusat atas keteledorannya yang membangkitkan amarah kaum freak dan justru membuat negeri ini berada dalam dua kubu panas, yang pro dan kontra dengan para freak.

Rencana mulus dari Kun ternyata membawa kedudukan freak lebih tinggi daripada mereka yang masih percaya dan mendukung pemerintah, karena pada nyatanya begitu banyak masyarakat yang sudah lelah dengan pemerintahan mereka dan iri dengan kemajuan Emerald City.

Kim Taeyeon baru saja mendapat kabar bahwa Dire City mendeklarasikan secara terang-terangan kota tersebut akan membantu para freak dimanapun para freak berada. Ditambah lagi keadaan Detroit City saat ini pun juga tidak jauh berbeda dengan keadaan Neo City, masyarakat dan freak yang selama ini hanya diam dan bersembunyi sebagai penonton kini perlahan keluar bersama para manusia untuk melakukan protes dijalan.

Hanya satu hal yang mereka tuntut, KESAMARATAAN UNTUK FREAK.

'BRAAK!'

"APA PEMERINTAH MENGGAJI KALIAN HANYA UNTUK DUDUK DAN MENGAMATI?" Taeyeon memukul meja kerjanya dengan keras, ia benar-benar tengah meluapkan segala emosinya saat ini, bagaimana bisa hanya dengan selembar kertas tak berharga bisa merusak tatanan sebuah kota yang sudah dibangun dengan baik selama lebih dari 20 tahun lamanya.

Ia semakin membenci Youngwoon dan teman-teman freaknya yang membuat kekacauan seperti ini terjadi. Bahkan saat ia tengah mengamuk pun para komisaris saat ini hanya bisa menunduk tanpa memberikan solusi atas keadaan yang tengah terjadi sedangkan Youngwoon dan para freak sudah maju selangkah didepan mereka.

"Cari dan temukan siapa yang menyebarkan ini!!! Aku ingin kepala mereka ada di atas mejaku, eksekusi mereka dihadapan para warga sebagai efek jera karena berani bermain-main dengan pemerintah!!"

Disaat Taeyeon tengah menjerit kesal dan para Komisaris tak tahu harus melakukan apa pintu ruangan Taeyeon terbuka, Jaejoong dan Komisaris Song terlihat baru datang lebih tepatnya mereka terlihat tidak memperdulikan panggilan Taeyeon 30 menit lalu untuk berkumpul.

"Ah, kau sudah memutuskan untuk berada di sisi mana rupanya... Mengapa kau terlambat apa kau tak tahu kekacauan macam apa yang sudah diciptakan oleh sahabatmu itu?!"

Jaejoong hanya menghela nafasnya "Tidak.. Diriku sibuk mengurus Hendery, anak asuhku itu terluka, kuingatkan jika kau lupa akan hal itu. Kau terlihat tak terlalu sibuk, apa kedua anakmu sudah tak perlu lagi kau perhatikan, noona?"

"Apa kau kemari untuk mengguruiku?"

"Diriku tidak keberatan, namun sepertinya dirimu sama sekali tak berminat mendengar kuliahku.. Jadi lanjutkan saja pidatomu.." Ujar Jaejoong sembari melangkah menuju sudut dan duduk di sofa yang berada disana berbeda dengan komisaris yang lainya, berdiri dan menunduk takut pada Taeyeon yang tengah murka saat ini.

Mereka berdiri sembari menunduk menerima cacian dan makian dari Taeyeon. Namun wanita beranak 2 itu menghela nafasnya melihat Jaejoong justru duduk saja disana tanpa memperdulikan ucapan Taeyeon sama sekali.

"Kalian keluarlah, aku ingin hasil saat nanti diriku memanggil kalian kembali.."

Para Komisaris itu segera beranjak pergi setelah membungkuk pada Taeyeon, meninggalkan wanita itu bersama adik iparnya serta Komisaris Song didalam sana yang berdiri di sisi Jaejoong yang duduk di single sofa yang berada di sudut ruangan.

"Kenapa kau masih disini? Keluar."

"Dia bersamaku, Komisaris Song adalah orang pribadiku. Kau tidak berhak memerintahnya.." Jaejoong kembali berdiri dan menahan Komisaris Song yang akan beranjak pergi, bibirnya memang terkadang kasar pada pria tua ini namun hanya pria tua ini yang selalu mendukung dan percaya padanya bahkan disaat sahabat dan hyungnya tidak pernah mempercayai dirinya karena sebuah fitnah kecil.

"Aku berniat membicarakan tentang rencanaku untuk menghancurkan Hyungmu dan Sahabatmu, apa dia harus ikut mendengarkan?"

".....tidak, Komisaris Song tidak harus mendengarkan kalimat apapun yang akan kau katakan, karena diriku juga tidak berminat untuk mendengarkan apapun rencana yang keluar dari dalam mulut busukmu itu.." Jaejoong sempat terdiam sesaat sebelum menjawab Taeyeon dengan kalimat tersebut.

"Tujuan utamaku bergabung adalah agar Xiaojun kau kembalikan, begitu bukan kesepakatannya? Jadi kembalikan Xiaojun padaku makan akan kuserahkan seluruh pasukanku, dan diriku sama sekali tidak perduli dengan rencana-rencanamu tersebut."

"..cih.." Taeyeon tertawa pelan, semakin lama tawanya semakin kencang. "Apa kau sedang bermain-main denganku?"

Jaejoong mendekati Taeyeon sembari menarik pistol dari balik saku belakangnya dan tanpa ragu menempelkannya pada pelipis Taeyeon "Kau pikir diriku bisa bermain-main setelah apa yang terjadi? Setelah semua hal buruk yang terjadi eoh?" Ia menekan ujung pistol tersebut agar semakin menempel pada kening Taeyeon yang terlihat sama sekali tak gentar dengan apa yang dilakukan oleh adik iparnya tersebut.

"Kembalikan Xiaojun dan jangan pernah membahas tentang rencana busukmu itu padaku, sialan.."

Hening.

Bahkan dibalik sikap istirahat yang dilakukan Komisaris Song ia pun tengah meremat jemarinya sendiri karena ketegangan yang berada dihadapannya, bagaimanapun mereka saat ini berdiri di kandang musuh jika sampai Jaejoong melubangi kepala Taeyeon habis sudah, mereka mungkin akan di eksekusi saat ini juga karena melakukan tindak kejahatan pada wanita ular itu.

Setelah ketegangan beberapa saat akhirnya Taeyeon bersuara "Baiklah.. Kalian tunggu di lobby aku akan mengembalikan Xiaojun pada kalian."

Jaejoongpun menarik pistolnya dari pelipis Taeyeon dan kembali menyimpannya, "Jika kulihat kau membuatnya lecet segorespun akan kulubangi kepalamu ingat itu." Dirinyapun segera beranjak keluar dari ruangan tersebut menuju lobby gedung keamanan, Komisaris Song segera menyusul dan menyamakan langkahnya dengan Jaejoong meninggalkan Taeyeon yang sejujurnya terdiam seorang diri dan mencoba untuk tetap terlihat kuat diantara kejadian-kejadian berat yang terjadi padanya.

"Kau tahu aku hampir mati berdiri disana saat kau mengacungkan pistolmu padanya." Omel Komisaris Song ketika mereka memasuki lift.

Disaat melihat Komisaris Song yang masih terkejut justru Jaejoong terkekeh pelan "Yang dia butuhkan hanya pasukanku, mereka akan bergerak atas namaku, bukankah itu yang dirinya butuhkan untuk membuat Hyungku dan Yunho semakin membenciku?"

Sejenak Komisaris Song berpikir, benar juga yang diucapkan Jaejoong, mengapa dirinya tak paham sampai kesana? Namun tetap saja, apa perlu menodongkan senjata pada wanita itu? "Lalu setelah Xiaojun diserahkan apa yang akan kau lakukan?"

"Lihat saja nanti, kau sebaiknya pulang dan menyiapkan segalanya, aku akan menunggu Xiaojun di lobby bersama dengan Hendery."

"Apa tak apa-apa jika kau kutinggalkan?"

Jaejoong terkekeh "Tak apa, lagipula diriku sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada.." Ia tersenyum miring pada Komisaris Song, namun hanya menghasilkan kerutan di kening pria tua itu. Jauh dalam lubuk hatinya ia tidak pernah habis pikir pria ini sangat suka bermain dengan api.

Us
Seorang dokter dan 3 pengawal pribadi melangkah melewati koridor laboratorium sekaligus tempat dimana mereka menyekap beberapa freak untuk di jadikan bahan uji coba.

Ketiganya melangkah beriringan menuju bangsal berderet dimana Ten, Xiaojun dan Hyukjae berada, dokter tersebut menyibak pembatas plastik berwarna putih susu dan mempersilahkan ketiga pengawal tersebut masuk kedalam. Mereka segera menghampiri Xiaojun tanpa ragu "Ikut dengan kami, kami akan mengembalikanmu pada Jaejoong-ssi.."

Xiaojun segera menoleh pada Hyukjae dan Ten, "Bagaimana dengan mereka?"

"Kami hanya diminta untuk membawamu.."

Tanpa menunggu Xiaojun bersedia untuk dibawa atau tidak para pengawal itu segera menarik pria beralis tebal itu untuk turun dari bangsalnya dan pergi dari sana, namun Xiaojun menepis tangan mereka dengan kasar bahkan memberikan tatapan tidak suka kalau dirinya disentuh dengan sembarangan, jangan lupakan emosinya yang meledak-ledak saat ini. Jadi tidak mencari gara-gara dengan Xiaojun adalah memang hal terbaik yang bisa dilakukan oleh mereka.

"Apa kalian pikir diriku tidak memiliki kaki, aku bisa jalan sendiri." Ia membenahi pakaian pasiennya sembari menatap tidak suka pada ketiga pengawal tersebut, semenjak Hendery tak merawatnya emosinya yang memang sudah jelek kini semakin mudah meledak-ledak, rasa lembut dan takutnya perlahan runtuh menjadi emosional dan sering menyinggung orang lain tanpa perduli perasaan mereka bagaimana.

"Minggir.."

Xiaojun sempat menoleh pada Ten dan Hyukjae, ia menundukkan kepalanya kemudian menatap Ten kemudian tersenyum pada pria itu setelah mendapat anggukan dari Ten.

Sepeninggal Xiaojun dan ketiga pengawal itu tidak lama 2 orang dokter masuk ketempat dimana Ten dan Hyukjae berada, dan diikuti oleh seorang perawat yang kemarin berbincang dengan Ten tentang keadaan freak dan rencana mereka saat ini, keduanya saling melempar tatapan sejenak sebelum Ten yang memutus tatapan tersebut saat salah satu dokter menghampirinya dengan sebuah suntikan digenggamannya, perawat itu menarik plastik berwarna putih susu itu agar ruangan tersebut kembali tertutup dan tidak ada yang tahu apa yang terjadi di balik ruangan ini.

Mereka akan di suntik untuk kembali tidur kemudian isi memori mereka akan dicuri secara paksa, beruntung sejauh ini ia berhasil menahannya walau akan beresiko baginya suatu saat nanti jika keadaan terus seperti ini.

Namun tiba-tiba sebelum jarum itu mendekatinya tangan Ten bergerak untuk menahan gerakan dokter tersebut "Bagaimana jika kali ini dirimu yang mencobanya?"

"Apa?"

Dengan sekali tarikan Ten menarik dokter tersebut mendekat dan memelintir tangannya kemudian menusukkan jarum dalam genggaman dokter tersebut pada leher pria itu dan Ten segera menekan seluruh cairan tersebut agar mengalir menuju tubuh pria tersebut sebelum dokter itu berteriak memanggil bantuan beruntung Ten berhasil melumpuhkan dokter menyebalkan yang selama ini menyuntikkannya obat padanya tersebut dalam sekali serangan.

"Hei!! Apa yang kau..."

Dan hal yang sama terjadi pada dokter satunya karena ulah dari perawat wanita yang sejak tadi hanya berdiri dibelakang dalam diam.

Gadis berambut pendek hitam itu sedari tadi juga sudah menyimpan sebuah suntikan dengan dosis yang sama seperti yang selalu mereka berikan pada para freak untuk melumpuhkan dokter pria dihadapannya, dan hasilnya dokter itu terjatuh di atas bangsal Hyukjae dan menimpa kaki pria itu.
Hyukjae sampai menahan nafasnya saat melihat apa yang terjadi barusan dihadapannya, ia hanya takut rencana yang dijalankan Ten dan Xiaojun serta perawat wanita ini akan gagal. Dirinya di tuntun untuk bangkit turun dari bangsal dan berdiri oleh perawat tersebut "Segera ganti pakaianmu dengannya." Perintah gadis itu dengan berbisik.

Dua orang penjaga melangkah mendekat pada ruangan Ten dan Hyukjae yang hanya tertutup dengan plastik berwarna putih susu, mereka merasa heran karena kali ini dokter berada didalam untuk waktu yang lebih lama dari biasanya.

"Hei! Mengapa lama sekali!!"

Tak ada jawaban.

Ia menoleh pada rekannya dan mereka bersama-sama menyibak plastik pembatas memasuki ruang rawat. Dan mendapati kedua dokter tersebut tengah memunggungi mereka sembari memasang alat pada tubuh subjek di bangsalnya masing-masing.

"Apa yang kalian lakukan?" Omel gadis tersebut bersurai pendek tersebut, kedua penjaga tersebut segera meminta maaf dan menutup kembali plastik pembatas kemudian menjauh, meninggalkan si gadis dan kedua dokter tersebut yang tidak lain adalah Ten serta Hyukjae yang tengah menyamar, keduanya menghela nafas lega.

Beruntung warna rambut mereka dan dokter yang mereka bius sama jadi penyamaran ini akan berhasil "Pakai ini.."

Keduanya mengambil masker yang diberikan oleh gadis tersebut kemudian ketiganya segera beranjak keluar, Hyukjae melangkah lebih dahulu untuk menghampiri penjaga tadi "Jangan ada yang masuk kedalam selama kami melakukan pekerjaan kami, mengerti? Kami tidak ingin hasilnya tidak maksimal."

"B-baik."

Hyukjae menganggukkan kepalanya kemudian kembali menghampiri Ten dan perawat tersebut "Kau membuatku takut Hyung.."

"Kuhabiskan setengah hidupku di laboratorium, diriku sudah hafal dengan kalimat seperti itu."

Kini gantian gadis itu yang memimpin jalan mereka menuju ruang dimana mereka menyimpan hasil penelitian para freak, disaat dokter lainnya sedang sibuk dengan pengecekan darah ia menyuruh Ten mengcopy hasil sampel darah dan data para freak yang berada di laboratorium kemudian menyalin seluruh data freak yang dimiliki oleh pemerintah.

"Apa perlu setelah menyalinnya kau juga menghapusnya?" Tanya Hyukjae, walau setengah wajahnya tertutup oleh masker tapi Ten tahu dengan jelas bahwa pria yang lebih tua darinya itu tengah tersenyum lebar seolah-olah ide tersebut adalah ide paling brilliant yang dikeluarkan oleh bibirnya.

"Kenapa tidak? Menghapus ini akan membuat mereka harus memulai segalanya dari awal bukan."

Usai menyalin apa yang diperintahkan Ten segera menghapus segera hasil kerja keras para dokter disini dibawah tekanan Kim Taeyeon, bahu keduanya ditepuk oleh perawat tadi dan mereka diajak untuk segera keluar melalui pintu belakang laboratorium. Ten pun segera menarik flashdisk yang diberikan oleh gadis itu tadi kemudian menyimpannya dalam saku celana yang digunakan olehnya.

"Pergilah, aku hanya bisa mengantar sampai disini.." Ucap gadis itu dan hampir beranjak kembali masuk kedalam namun dengan segera ditahan oleh Ten dan Hyukjae.

"Kau ingin kembali kedalam? Apa kau sudah gila? Keluargamu sudah aman seperti perjanjian, bukankah seharusnya kau bisa pergi dari sana saat ini."

"Kami menghapus seluruh database milik laboratorium, jika kau kembali mungkin kau tidak akan bisa keluar lagi selamanya."

Gadis itu menatap kedua pria dihadapannya, lalu berbalik menatap koridor menuju laboratorium, ia kemudian menatap halaman belakang yang langsung menuju gerbang keluar dan menoleh sekali lagi kebelakang dimana gedung pusat keamanan berada. Dirinya bimbang dan ragu antara ingin ikut atau tidak.

"Ikutlah dengan kami.."

Penjaga didalam laboratorium menoleh kearah ruang yang dijaganya entah mengapa ada rasa penasaran yang hebat didalam dirinya, biasanya subjek akan di cek selama 10 menit sekali tetapi dari tadi tak ada yang mengecek mereka. Langkahnya dengan ragu mendekati ruangan milik Ten dan Hyukjae.

Langkah Ten dan Hyukjae terlihat berlari dengan cepat dibelakang perawat tersebut, mereka sudah melepaskan jas dokter yang mereka gunakan, karena tak perlu khawatir ada kamera CCTV yang akan merekam mereka. Karena tempat ini rahasia maka sengaja mereka tak menambahkan CCTV agar tidak ada bukti nyata tentang apa yang sedang mereka lakukan terhadap para subjek hal aman dan terbodoh yang pernah mereka lakukan, karena tidak akan ada yang tahu kalau saat ini ada 2 subjek tengah melarikan diri.

Sedangkan Xiaojun kini tengah melangkah dengan santai diatas tatanan marmer berkilau yang terpasang di lantai dalam gedung keamanan berserta dengan pengawalan 3 orang di belakangnya, walau kedua tangannya terborgol didepan dirinya tetap saja dijaga dengan ketat. Netra tajamnya sudah melihat keberadaan Jaejoong dan Hendery didepan sana yang segera berdiri begitu melihat kedatangannya.

Setiap langkah yang mereka semua ambil semakin dekat dengan tujuannya, termasuk si penjaga yang kini sudah menyentuh plastik pembatas, ia sudah meremas tepi plastik dan berniat untuk menyibaknya, namun penjaga lain segera menepuk bahunya "Bodoh, kau lupa perintah dokter tadi?"

"Ah iya..diriku benar-benar lupa.."

Keduanya pun segera menjauhi ruangan tersebut, sedangkan gadis tadi kini memijakkan kakinya di luar gedung keamanan setelah melompati pagar yang ditumbuhi oleh tumbuhan liar, kemudian disusul oleh Hyukjae yang baru saja melompati pagar dengan bantuan Ten yang lebih terlatih.

"Kita sudah berada diluar.." Hyukjae mengucapkan kalimat itu dengan intonasi tak percaya, ada getar ragu dalam suaranya seolah-olah tidak percaya dirinya benar-benar kembali merasakan keehidupan. Setelah sekian tahun akhirnya ia kembali melihat matahari, dan menghirup udara bebas.

Tap!

Xiaojun berhenti melangkah ketika Hendery berlari menghampirinya dan segera memeluknya dengan erat. "Aku tidak bisa membalas pelukanmu.. Mereka memborgol tanganku."

Hendery segera melepaskan pelukannya dan menunduk melihat kedua tangan Xiaojun yang masih terikat "Kalian benar-benar memborgolnya? Apa kalian pikir dia ini seorang teroris? Buka!"

Mau tak mau salah satu dari 3 pengawal itu membuka borgol yang melingkar di tangan Xiaojun, kemudian beranjak pergi saat suara seorang wanita terdengar "Aku sudah memenuhi janjiku.." Ucap wanita itu, masih berusaha bersikap angkuh padahal sejujurnya ia sudah tak menemukan cara lain lagi untuk menekan Jaejoong.

"Dirikupun sama.." Pria itu mendekat pada wanita tersebut menutupi Hendery dam Xiaojun dengan tubuhnya agar tak didekati oleh Kim Taeyeon "Menjauhlah, jangan mendekati keluargaku, atau diriku tak akan lagi memandangmu sebagai iparku."

Kim Taeyeon terpaksa menarik senyumannya berpura-pura angkuh adalah senjata andalannya saat ini, ia tahu saat ini dirinya hanya berdiri seorang diri. Tak ada lagi keluarga yang berdiri disisinya, hanya keluarga asuhnya yang masih mendukungnya, mungkin karena mereka sama gilanya dengan Kim Taeyeon.

"Perlukah diriku tersanjung atas ucapanmu?"

"Kurasa tak perlu, karena yang kau butuhkan hanyalah cermin." Jaejoong melemparkan tatapan datar pada Taeyeon setelah mengatakan hal tersebut, ia kemudian berbalik badan "Ayo kita pergi.."

Jaejoong memimpin Xiaojun dan Hendery untuk segera beranjak pergi, namun ia terhenti dan mengambil sebuah amplop coklat yang sebelumnya berada di meja yang berhadapan dengan sofa tempatnya dan Hendery duduk menunggu Xiaojun datang.

Ia kemudian memberikannya pada Taeyeon "Lencana milikku dan milik Komisaris Song, seperti kataku bahwa kau bisa memimpin pasukanku, tapi jangan harap diriku berada disana. Urusanku denganmu dan kalian semua sudah berakhir." Namun terpaksa Jaejoong kembali meletakkan amplop coklat besar tersebut kembali keatas meja karena Taeyeon sama sekali tidak terlihat ingin mengambilnya.

Kedua netra milik Taeyeon mengembun ketika melihat Jaejoong melangkah bersama dengan Hendery dan Xiaojun. Keputusan pria itu untuk pergi terlihat bulat karena ia melihat baik Hendery ataupun Jaejoong sama-sama membawa tas milik mereka dan beranjak keluar dari gedung bukan kembali menuju asrama.

Pemandangan itu membuatnya teringat akan kilasan keluarga yang pernah dimilik olehnya yang kini rasanya mulai mengabur dalam ingatannya. Ia menghela nafas dan mencoba untuk tidak terlalu sedih saat mengingat hal tersebut, bahkan Taeyeon mencoba untuk mengatur mimik wajahnya walaupun setetes air mata sudah menetes tanpa bisa ia tahan tadi.

"... Apa kau sudah menemukannya?"

Seorang dokter yang berada dibelakang Taeyeon segera mendekat dan membungkuk "Kami sedang berusaha menghidupkan chip tersebut kembali, tapi.. Jika chip tersebut kembali hidup ini akan menyakitkan untuknya, apa anda tega Nyonya Kim?"

Taeyeon hanya menghela nafas "Apa kau benar-benar mengajukan pertanyaan itu padaku?" Ia berbalik badan dan melangkah kembali menuju bagian belakang gedung dua dengan diikuti oleh beberapa dokter dibelakangnya. "Lakukan, bagaimanapun jika itu berhasil kita akan mendapat dua keuntungan. "

"Chip itu dapat dipasangkan keseluruh freak dan manusia yang memberontak. Kemanapun mereka pergi untuk bersembunyi kita akan segera menemukan mereka dan menghancurkan mereka berkeping-keping.." tambahnya.

Sedangkan diluar sana, Ten memimpin jalan menuju perempatan yang berada tidak jauh dari gedung keamanan, disana sudah ada sebuah mobil berwarna hitam yang terparkir, begitu mereka menghampirinya kaca hitam mobil tersebut turun setengah dan menampilkan wajah seseorang dari samping kursi pengemudi dan menyapa Ten dengan senyuman hangat.

".... Renjun?"

Pria itu tersenyum hangat semakin lebar karena dirinya kembali melihat Ten kembali "Hyung.. Masuklah, kita pergi dari sini."

Ten segera membuka pintu belakang dan meminta perawat tadi serta Hyukjae masuk kedalam baru dirinyapun ikut masuk dan seketika itu juga mobil segera melesat dengan cepat meninggalkan kawasan gedung keamanan serta menjauh meninggalkan kota.

Ketiganya berhenti melangkah saat melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam sudah berhenti di depan ketiganya, Hendery membukakan pintu untuk Jaejoong masuk dan tentu saja untuk Xiaojun, namun pria beralis tebal itu justru menatap kearah luar dan menyunggingkan senyum dari bibirnya.

"Kau tak ingin masuk Xiaojun-ah?"

"Sebentar.." Ia menutup kedua matanya dan senyum miring benar-benar terukir di bibirnya, Xiaojun kemudian menunduk untuk menatap Jaejoong didalam sana.

"Mereka sudah keluar paman.."

Jaejoong menghela nafas lega "Baguslah, cepatlah kau naik kita akan segera pergi dari tempat ini sebelum mereka sadar bahwa mereka kehilangan kedua subjek lainnya."

Menurut, keduanya segera masuk kedalam mobil. Xiaojun duduk bersama Jaejoong dibelakang sedangkan Hendery duduk bersamaan dengan supir pribadi milik Jaejoong siapalagi kalau bukan Komisaris Song yang segera melesat kembali setelah usai dengan urusan keluarganya.

Keluarga Komisaris Song sudah ia kirim pergi menjauh keluar negeri dengan identitas palsu sedangkan dirinya akan tetap berada disini dimanapun Jaejoong berada. "Lalu, akan kemana kita sekarang?"

Pertanyaan dari Komisaris Song membuat Jaejoong berpikir, ia menatap layar ponsel beningnya kemudian memikirkan satu nama yang terlintas dalam benaknya. Tanpa ragu ibu jarinya kemudian mencoba untuk menghubungi nomor yang baru didapatkannya kemarin malam dari Hendery.

Ketika tersambung, kalimat Jaejoong berhasil membuat Komisaris Song tercengang sedangkan Hendery tersenyum lebar "...mereka sudah keluar, tugasku sudah selesai, jika kau ijinkan, aku akan kesana sekarang.."

..........

"Baiklah.. Tunggu kedatanganku.. Yunho-ya."

Sedangkan di mobil lain yang sudah memasuki jalur cepat menuju perbatasan Hyukjaepun akhirnya mengajukan pertanyaan pertamanya setelah mereka semua terdiam dalam ketegangan karena masih berada di dalam kota "Siapa dia Renjun-ah?"

Sesungguhnya banyak hal yang ingin ditanyakannya akan keadaan Renjun namun bibirnya terlalu kelu hingga ia hanya bisa menanyakan siapa pria yang kini tengah membawa mobil, orang yang bersedia menjemput dan membawa mereka pergi sejauh ini.

Hingga rasanya Hyukjae akan mabuk darat karena ini kali pertama ia berada di mobil lagi setelah sekian tahun lamanya. "...dia?" Renjun menoleh kebelakang sebentar kemudian menatap pengemudi disebelahnya. "Dia orang yang pernah diriku dan Jaemin kenal dahulu.."

"Perkenalkan.." Pria sipit itu menatap spion didalam mobil dan menatap penumpangnya satu per satu sambil tersenyum hingga kedua matanya menghilang saat tersenyum ramah "Hwang Hyunjin."

Hyukjae tersenyum membalas sapaan ramah sang pengemudi dan mencoba untuk memulai perbincangan agar ia melupakan fase mabuk daratnya. Sedangkan Ten ia melirik pada gadis yang sedari tadi hanya diam menatap jendela, posisinya dan gadis itu terpisah dengan keberadaan Hyukjae diantara keduanya.

"Selama ini diriku mengenalmu tapi aku tak tahu namamu, bahkan kalian semua tidak memakai nametag di jas kalian."

"Kau ingin tahu namaku?"

Ten menganggukkan kepalanya "Ya.. diriku harus mengenal siapa yang membantuku hari ini."

Gadis tersebut tersenyum hangat pada Ten, karena ini kali pertama ada yang menanyai namanya usai dirinya dibawa dengan paksa ketempat ini.

".... Lisa, namaku Lisa."



To Be Continued

Lisa, adalah seorang perawat senior diusia muda, ia berasal dari Detroit. Kota tersebut sudah cukup menyusahkannya hingga dirinya dengan tiba-tiba dibawa menuju Neo City dan bekerja di laboratorium.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar