|
|
|
|
Selamat datang disekolah elite nomor satu di Korea Selatan, ChoiShin High School. Sekolah yang rata-rata diisi oleh anak-anak pejabat tinggi negara, konglomerat dan keluarga terkenal serta terpandang diseluruh Korea Selatan.
ChoiShin High School adalah salah satu dari sekian banyak yayasan yang dimiliki oleh Choi HK Grup, yang bergerak dalam berbagai bidang jasa. Dan tentu saja adalah salah satu konglomerat terpandang di Korea, ditambah dengan kerajaan bisnisnya yang hampir merajai seluruh bidang.
Dari segala bidang yang mereka tekuni, Choi HK Grup pun memutuskan untuk membangun sebuah yayasan pendidikan, sekolah ini bisa dikatakan memiliki fasilitas terlengkap daripada sekolah elite lainnya, berdiri dilahan seluas 10 hektar dan memiliki hampir 8 gedung yang dikelilingi taman serta danau yang cukup besar dibelakang gedung utama membuat sekolah tersbeut termasuk sekolah dengan lahan terluas di Korea Selatan.
Gedung utama adalah tempat dimana seluruh murid hampir melakukan seluruh kegiatan belajar mengajar, lantai 1 diisi dengan ratusan bahkan ribuan deret loker yang digunakan oleh para pelajar, termasuk ruang ganti, dan juga loker khusus untuk guru dan ruangan lainnya yang digunakan sebagai kegiatan ekstrakulikuler, menjorok kedalam maka akan ditemukan jalan menuju kantin sekolah yang sangat lebar dengan dinding bercat tembaga serta lantai keramik yang terbuat dari marmer, meja dan kursinya pun di pahat dengan kayu jati berbahan terbaik yang pernah ada, bahkan tempat ini lebih bisa disebut restoran bintang 5 daripada kantin sekolah pada umumnya.
Lantai 2 hingga 4 diisi dengan kelas yang akan digunakan oleh para murid untuk kegiatan belajar. Mereka akan diberikan 3 mata pelajaran utama dan 5 mata pelajaran pilihan dari 15 mata pelajaran yang ada.
Gedung lainnya terdiri dari gedung kesenian, laboratorium, perpustakaan dan tentu saja gedung olahraga yang berbeda dengan ruangan ekstrakulikuler yang terdapat di gedung utama dan tentu saja tempat-tempat tersebut terbagi menjadi di beberapa gedung, dan tersisa gudang yang cukup jarang digunakan.
Hanya satu hal yang membuat sekolah ini tampak kurang dimata pemiliknya, ia sangat ingin bukan hanya orang kaya yang bisa menikmati fasilitas dan pendidikan ditempat ini. Oleh karena itu pemilik ChoiShin HK Grup memutuskan untuk membuka jalur beasiswa bagi para pelajar kurang mampu agar bisa menempuh pendidikan di sekolah elite mereka. Walau terjadi pro dan kontra di tahun pertama namun program tersebut tetap berjalan tanpa perduli bagaimana pendapat beberapa para wali murid yang tidak begitu setuju jika mereka harus mengeluarkan uang untuk berdonasi dengan bentuk beasiswa.
Ketentuan sekolah sudah berjalan selama 5 tahun lamanya namun tidak seluruhnya berjalan sesuai keinginan pemilik sekolah. Terbiasa berkumpul dengan sesama anak orang terpandang dan tentu saja dengan sederajatnya membuat para murid memandang rendah para murid yang datang dari bantuan dana beasiswa.
Menganggap mereka parasit yang hidup dan menumpang sekolah dengan iuran bulanan yang dibayarkan oleh orangtua mereka membuat mereka si kaya bisa bertindak semena-mena pada si miskin karena merasa bahwa merekalah yang berjasa membuat si miskin masuk kedalam sekolah mereka.
Ya bisa dikatakan Bully, tapi ini lebih terdengar seperti mereka akan meminta para penerima beasiswa menjadi bawahan mereka tanpa perduli kalau mereka pun juga adalah manusia yang perlu di perlakukan layaknya manusia pada umumnya.
"Kalian harus bersyukur."
Itulah yang selalu mereka katakan usai membully seseorang hingga orang tersebut memutuskan pergi dari sekolah elite mereka karena sudah tidak tahan berada disana lebih lama lagi, atau bahkan mereka akan tetap bertahan namun dengan menorehkan luka di tubuh mereka sendiri hanya demi menahan rasa sakit di hati mereka.
Salah satu dari para elite adalah pria bernama Lee Jeno, pria tinggi dengan wajah putih pucat dan senyuman manis serta tampan disaat bersamaan ditambah mata bulan sabitnya yang indah saat tertawa. Ia menyukai segala hal yang terjadi dalam hidupnya bahkan ia adalah anak yang sangat manja dan sangat penurut pada ayah ibunya serta Hyungnya. Namun disekolah, kelakuannya sama dengan pembully yang lain, tak ada beda.
Satu hal yang selalu menganggunya adalah, dana bantuan yang keluarganya berikan sebagai beasiswa pada seorang murid bernama Na Jaemin, kenapa keluarganya harus repot-repot melakukan hal itu? Jika dipikir-pikir memang kedua orang tuanya adalah orang yang baik tidaks seperti orang tua elite lainnya yang memberikan beasiswa namun menggerutu dibelakang karena tidak suka uang mereka di habiskan dengan percuma untuk kepintaran anak orang lain.
Merasa memiliki hak atas hidup seorang Jaemin maka Jeno akan selalu datang menganggu pria itu dan memperlakukannya sesukanya, ia tidak pernah berpikir dua kali untuk menganggu seorang Na Jaemin. Terlebih jika pria itu selalu memberikan perlawanan, selalu tampak ingin lebih kuat dari Jeno yang menindasnya dan pria itu sama sekali tidak suka jika dirinya dibantah sedikitpun.
"Yak!!" Jeno menendang kursi yang ada dihadapannya, mengundang perhatian dari beberapa murid lain yang tengah makan didalam kantin nan mewah tersebut.
"Aku lapar, ambilkan makananku."
Jaemin yang baru saja berniat memasukkan suapan terakhirnya kedalam mulut terhenti, ini kesekian kalinya ia terus diganggu oleh Jeno dan rasanya ia sudah sangat bosan. ia batal menyendokkan suapan terakhirnya kedalam mulut kemudian menyentakkan sendoknya keatas piring yang ia yakin harganya lebih mahal daripada gajinya perbulan saat part time."Apa kau buta?" Jaemin bertanya sambil berdiri berhadapan dengan Jeno "Kau tidak lihat jika diriku sedang menghabiskan makananku?"
"Apa kau tuli?"
"Lee Jeno-ssi, apa kau tidak memiliki tangan dan kaki?"
"Bukankah itu tugasmu?"
Bertambah alasan Jeno semakin kesal dengan Jaemin, karena pria itu tidak pernah mendengar dan menuruti ucapannya. Dan tentu saja bertambah pula kebencian Jaemin pada Lee Jeno karena pria itu selalu memperlakukan dirinya begitu rendahnya.
"Ambillah sendiri dan jangan ganggu aku." Jaemin kembali duduk, ia tersenyum kikuk pada teman sekaligus senior yang duduk dihadapannya dan tengah makan bersama dengannya.
"Yak! Kau benar-benar tuli Na Jaemin?" Jeno kembali menendang kursi yang diduduki Jaemin.
Dengan menahan kesal Jaemin mengepalkan tangannya, ia hampir berniat untuk kembali berdiri namun sentuhan lembut diatas telapak tangannya membuat Jaemin teralihkan, ia menatap seniornya tersebut.
Pria itu tersenyum ramah pada Jaemin memamerkan lesung pipi yang dalam dan manis kemudian menepuk-nepuk tangan Jaemin, agar pria itu lebih tenang dan mengendalikan emosinya "Kami sudah selesai makan, jika kau ingin makan maka ambilah sendiri, kulihat kedua kaki dan tanganmu begitu lengkap. Bukankah itu menandakan bahwa dirimu bukan orang cacat Lee Jeno-ssi." Pria itu bangkit berdiri sambil menarik Jaemin untuk ikut bangkit menyusulnya "Jaemin ada urusan denganku."
Pria berlesung pipit yang statusnya adalah anak baru itu segera menarik Jaemin tanpa basa basi beranjak dari meja tempat mereka makan melewati Jeno begitu saja yang tengah menahan rasa kesalnya tentu karena ulah Jaemin dan si anak baru tersebut yang dengan berani beradu kata dengannya.
Si anak baru itu berjalan dengan cepat agar mereka segera keluar dari kantin namun langkahnya terhenti saat ia hampir menabrak seseorang yang baru saja membuka pintu berniat untuk masuk kedalam kantin "Maaf.."
"Tak apa-apa Yixing-ssi."
Seseorang itu menggeser tubuhnya agar si anak baru bernama Yixing itu bisa melangkah keluar dari pintu kantin yang terhalang oleh tubuhnya, namun diam-diam dirinya mencuri pandang pada wajah Yixing yang lewat dihadapannya dan sekilas melihat genggaman tangan Yixing pada Jaemin yang mengekorinya dari belakang.
"Kau melamun?"
Pria itu tersadar dari lamunannya dan tersenyum ketika muncul pria lain dari pintu masuk menuju kantin, ia menggeleng mengelak kenyataan bahwa dirinya memang tengah melamun memikirkan Yixing yang baru saja melewatinya tadi.
"Aku tidak melamun Hyung, apa kau ingin makan bersama?"
"Tentu, aku bosan makan sendiri." Pria yang baru datang itu mengiyakan ajakan makan tersebut ia sudah merangkul pria tadi dan mengajaknya untuk masuk kedalam kantin untuk makan bersama, namun langkah mereka tertahan saat mendengar sebuah panggilan.
"Junmyeon-ah."
Pria bernama Junmyeon itu menoleh "O, Hyukjae Hyung?" Sapanya ramah.
"Ini laporan bulan ini dan, ini rundown untuk siaran siang ini." Pria bernama Hyukjae itu menyerahkan beberapa tumpukan kertas pada Junmyeon.
"Baiklah Hyung, kau ingin makan bersama? Akan sepi rasanya jika hanya makan berdua saja dengan Donghae Hyung."
Hyukjae melirik Donghae yang baru saja memalingkan wajahnya "Tidak perlu, masih ada yang harus kukerjakan."
Tanpa bisa JunMyeon tahan lagi Hyukjae sudah melangkah pergi secepat kilat menyisakan Donghae yang terdiam melamun "Kau baik-baik saja Hyung? Kenapa bergantian melamun? Apa kau tidak berniat memperbaiki keadaan dengannya?"
Donghae si pria yang baru datang dan menyapa JunMyeon tadi itu tersadar kemudian ia menggeleng "Tidak ada yang harus diperbaiki Junmyeon-ah." Daripada melayani pertanyaan yang tidak masuk akal dari Junmyeon, Donghae memutuskan untuk melangkah terlebih dahulu kemudian menghampiri Jeno adiknya yang berdiri seorang diri didepan meja yang sudah kosong.
"Apa yang kau lakukan disini? Kenapa diam saja? Ayo makan."
Namun Jeno sama sekali tidak beranjak wajahnya benar-benar terlihat tengah menahan rasa kesal yang tak tertahankan lagi andai Hyungnya tak datang untuk menyapanya "Ck, si anak baru itu. Apa dia saat ini berniat menolong Jaemin setiap saat? Aku tidak akan menerima perlakuannya begitu saja."
"Arrggg ini semua karena beasiswa sialan itu!"
Donghae terkekeh geli, ini kali pertama ia melihat Jeno sangat kesal pada orang lain, apa dia benar-benar membenci Jaemin sampai sebegininya? "Aku tidak mengerti mengapa sekolah ini harus menerima mereka para penerima beasiswa yang hanya bisa merengek meminta sumbangan dana dari orangtua kita? Mereka hanya sampah yang mengais keuntungan dari murid-murid disekolah ini."
"Ck, aku akan membuat Na Jaemin menyesal menerima dana bantuan itu dalam hidupnya." Jeno akhirnya beranjak melangkah mendekati Junmyeon yang memberikan kode untuk mengambil makanan bersama tanpa menyadari Donghae yang kini terpaku.
Senyum yang ada diwajahnya perlahan menghilang seiring dengan apa yang ia dengar dari bibir adiknya itu, ucapan itu seperti mengingat kepura-puraan yang dilakukannya dahulu. Kesalahannya karena menganggap si penerima dana tidak layak dan membuatnya kini justru kehilangan Lee Hyukjae.
"Hyung? Kau tidak ikut?" Junmyeon kembali memanggil Donghae.
"O, iya aku datang."
Bagaimana cara Donghae memperbaiki kesalahannya dimasa lampau dan mendapatkan Hyukjae kembali?
Bagaimana JunMyeon bisa menjelaskan ketertarikan singkatnya pada Zhang Yixing si murid baru itu?
Dan Bagaimana cara Jeno mengusir Jaemin dari sekolah ini tanpa melakukan kesalahan yang sama seperti Donghae?
To Be Continued
|
|
|
Eits...
Ini bukanlah sebuah awalan..
Hal buruk ini hanya akan terjadi jika Jeno tidak pernah membantu Jaemin disekolah...
Kebisuan ini hanya akan terjadi jika Junmyeon hanya diam saja dihadapan Yixing..
Dan ini hanya akan terjadi Jika Donghae tidak pernah mengejar Hyukjae kembali demi sebuah kata maaf.
Mari kita mulai ulang dari...
3 bulan lalu..
Dipagi hari yang indah...
Choishin Highschool...
▶ To Be Continued ◀
Tidak ada komentar:
Posting Komentar