KIM JONGDAE
|
|
|
KIM MINSEOK
'Ting... ting... ting..'
Dentingan tuts piano berbunyi nyaring dari piano kayu berukuran besar yang berada di ruang tengah sebuah rumah bergaya klasik. Pria berwajah bulat penuh seperti bakpau dengan jemari lentik dan terlatihnya menekan tuts dan menghasilkan nada yang indah membuat pria lain yang lebih dewasa darinya dan tengah berdiri disisi kiri piano itu mengangguk-anggukan kepalanya, menandakan dirinya puas dengan suara yang di hasilkan dari piano tersebut. Dan itu artinya dirinya tidak menyia-nyiakan waktunya mengajari anak itu.
"Bagaimana Suho-ya??"
Pria dewasa yang di panggil Suho itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan senyum lebar nan ramah "Bagus, semakin hari semakin bagus.." ia menutup buku di tangannya "Aku jauh lebih tua darimu jangan memanggilku dengan nama Suho begitu saja, kau seharusnya memanggilku Junmyeon Hyung, Minseok-ah.."
Baru saja pria berwajah bulat bak bakpao itu merasa senang dengan pujian yang ia dapatkan namun tak berapa lama ia segera mengembungkan pipinya karena mendengar ucapan Suho guru private pianonya tersebut "Kau memang tidak tulus memujiku Hyung.."
"Hanya Yixing yang boleh memanggilku seperti itu.. Sudahlah, sebaiknya kau pulang jam belajarmu sudah selesai.. besok kau datang dan meneruskan lagi latihanmu dan ingat harus tepat waktu.." tak lupa Suho tersenyum pada Minseok.
Minseok mengangguk-anggukan kepalanya dengan patuh sambil mengambil kertas di hadapannya yang berisi coretan nada-nada yang ia ciptakan lalu menyelipkannya kedalam buku musik miliknya "Ah.. andai Jongdae bisa bermain sepertimu.." Minseok segera menoleh ketika mendengar Suho bergumam di dekatnya "Eoh? Siapa?"
"Ah, bukan siapa-siapa... sudah cepatlah kau pulang.."
"Baiklah-baiklah, kau benar-benar sangat suka mengusirku Hyung..." Minseok segera mengambil tas nya yang tergeletak di kaki piano lalu segera beranjak keluar dari ruang tengah rumah besar tersebut sambil melambai pada Suho setelah menyimpan buku musiknya kedalam tas "Aku pulang dulu Hyung..." Suho hanya mengangguk-angguk dan kembali sibuk dengan segala buku-buku yang baru saja ia ambil dari rak di sisi kanan piano.
"Tuan Muda Kim, anda sudah selesai?"
Minseok memberikan cengiran khasnya pada pengawal pribadinya, sebenarnya mereka hanya berbeda beberapa tahun Minseok lebih tua 2 tahun dari sang pengawal, tapi karena sejak kecil keluarga si pengawal sudah mengabdi pada keluarga Kim maka anak merekapun juga turut ingin mengabdi pada keturunan keluarga Kim.
"Ya Kyungsoo-ah aku sudah selesai, ayo kita pulang.."
"Ya tuan muda.." pria bernama Kyungsoo itu mengangguk sekali menuruti perintah Minseok, tetapi langkah mereka terhenti ketika sebuah mobil berhenti tepat didepan keduanya dan tidak lama sesosok pria keluar dari pintu mobil yang di bukakan oleh sesosok pria bertubuh tinggi, sepertinya seorang pengawal pribadi juga.
"Apa dia juga berlatih piano disini? Ah, Suho Hyung akan kaya raya kalau begitu.." gumam Minseok dan hanya di tanggapi gendikan bahu oleh Kyungsoo.
"Biar ku antar tuan muda.." ucap si pria tinggi pada pria yang baru saja turun dari mobil.
"Tidak usah, biarkan aku masuk sendiri Chanyeol-ah.." pria itu melangkah perlahan lurus menatap depan tanpa menoleh kekanan ataupun kiri sama sekali bahkan menghiraukan Minseok dan Kyungsoo yang menatapnya hingga pria itu melewati keduanya dan masuk kedalam rumah milik Suho.
"Dia menghiraukanku Kyungsoo-ah, aku padahal ingin berteman dengannya.." keluh Minseok sedikit kecewa padahal ia sudah memberikan senyuman terbaik miliknya tetapi dihiraukan begitu saja, menyakitkan.
Kyungsoo hanya tersenyum lucu menanggapi majikannya yang tengah merajuk "Pria itu mungkin terburu-buru tuan muda.. Ayo kita sebaiknya lekas kembali, nyonya besar pasti menunggu anda untuk makan malam.." Kyungsoo segera menarik Minseok segera menuju kemobil mereka setelah membungkuk, menyapa kearah pria tinggi yang di panggil Chanyeol tadi.
Esoknya seperti yang dijadwalkan Minseok sampai bersama Kyungsoo dan supir mereka "O.. ada mobil yang kemarin Kyungsoo-ah, apa pria yang kemarin ada disini juga?"
Mau tak mau Kyungsoo menatap keluar jendela mengikuti jejak Minseok dan mendapati pria tinggi yang kemarin pun ada didekat mobil yang di maksud Minseok "Sepertinya begitu, ayo aku akan mengantarmu kedalam Tuan Muda.." Kyungsoo segera beranjak turun terlebih dahulu dari mobil dan segera di susul MinSeok, setelah pengawal pribadinya tersebut membukakan pintu untuknya.
Minseok melangkah masuk dengan senyum lebar di wajahnya, dia selalu bersemangat untuk berlatih piano karena itu adalah satu-satunya kegiatan bermafaat yang bisa dilakukannya diluar rumah. Sedangkan Kyungsoo mengikutinya dari belakang dengan wajah datar khas seorang pengawal pribadi, Minseok membungkukkan tubuhnya pada pria tinggi yang ia temui kemarin ketika pria itu membungkuk padanya dan disusul Kyungsoo di belakangnya "Sepertinya hari ini aku harus menunggu, kau temani aku menunggu disini ya Kyungsoo-ah.." ucap Minseok sembari berjalan mundur menghadap Kyungsoo di belakangnya.
Kyungsoo kembali mengangguk patuh "Baiklah Tuan Muda.. sebaiknya cepat masuk aku tentu akan menemanimu.." Kyungsoo membukakan pintu untuk Minseok masuk, pria berwajah bakpao itu segera berbalik badan kembali lalu masuk kedalam dan menghempaskan pantat bulatnya di sofa ruang tunggu tepat bersebelahan dengan pintu masuk ruang tengah yang terbuat dari kaca, sedangkan Kyungsoo berdiri tepat berhadapan didepan Minseok.
"Ah, lihat.." Minseok menatap kedalam ruang tengah dari balik kaca "Itu memang pria yang kemarin Kyungsoo-ah.."
Berbekal rasa penasaran dan informasi dari bibir sang tuan Kyungsoopun ikut menatap kedalam ruang tengah dari balik kaca "Jangan mengintip dan menguping Tuan Muda, itu tidak baik.." Kyungsoo tersenyum jahil ketika ia melihat Minseok menatapnya jengkel karena mengucapkan kata-kata yang sering di ucapkan almarhum ayah Minseok.
'BRAAAK'
Minseok dan Kyungsoo terhentak kaget keduanya segera kembali menatap kedalam ruang tengah ketika mendengar suara gebrakan bagian atas piano "Ini nada awal Kim Jongdae! Kau masih belum bisa menguasainya?" omel Suho bahkan pria itu mengacak surai gelapnya dengan frustasi.
Pria yang dipanggil Kim Jongdae oleh Suho hanya menundukan kepalanya, jemarinya masih bertengger di atas tuts piano terlihat ragu untuk menekan kembali tuts-tuts berwarna putih dan hitam tersebut "Kau tahu Jongdae-ah, aku berharap padamu Appa berharap padamu, paling tidak kau bisa bermain piano lagi.."
"Maafkan aku Hyung.."
Suho menghela nafas dan menghempaskan catatan balok nada miliknya kelantai dan melangkah pergi bahkan tanpa sengaja menyenggol kotak permen kesayangan Minseok yang Minseok berikan padanya dulu ketika awal Minseok datang di antar oleh Yixing, sebagai salam perkenalan untuk Suho.
Pria itu, Kim Jongdae terdiam mendengar dengan seksama kotak permen tersebut terjatuh dengan isi yang berserakan disekitarnya tak lama ia bangkit dari kursinya dan melangkah perlahan menuju kotak permen milik Minseok. Dirinya berjongkok dan meraba lantai berusaha menemukan sisa permen yang terjatuh dilantai, dan kedua bola mata Minseok yang tengah mengintip dari luar membulat kaget ia segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Kyungsoo.
"Kyungsoo-ah kau lihat? Dia tidak bisa melihat.." Minseok hampir berteriak saat mengucapkan kalimat bahwa Jongdae tidak bisa melihat andai saja ia tidak melihat tatapan tajam dari mata bulat Kyungsoo yang membuatnya justru mengucapkannya sambil bercicit.
Kyungsoo segera menggelengkan kepalanya dan meletakan telunjuknya pada bibirnya sendiri, mengingatkan pada atasannya bahwa hal tersebut tidak sopan "Tuan Muda.."
"Ah, maafkan aku Kyungsoo-ah..." Minseok segera melangkah kembali menghampiri pintu kaca ia kembali melihat Jongdae kini tengah meraba meja mengembalikan toples permen miliknya ke tempat semula, kemudian kembali melangkah perlahan menuju piano besar itu. Pria bernama Kim Jongdae itu menarik perhatian Minseok semenjak kemarin mereka bertemu di depan rumah Suho, ia pikir Jongdae menghiraukannya dan tidak ingin mengenalnya maka dari itu Jongdae mengabaikan senyuman darinya kemarin, ternyata pria itu tidak bisa melihat dirinya sama sekali.
Dengan perlahan Minseok membuka pintu pemisah ruang depan dan ruang tengah, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara apapun, ia melangkah mendekati Jongdae dan menatap punggung pria itu dari belakang.
"Tuan muda.." panggil Kyungsoo berbisik dengan berbisik, ia bahkan ingin menahan Minseok tapi tak memiliki cukup keberanian "Tuan muda ini belum waktunya kau masuk.."
"Sssst..." Minseok segera meminta Kyungsoo diam dan tetap di tempatnya saja. Langkah Minseok semakin pasti mendekati Jongdae, ia bahkan segera mendudukan dirinya tepat disebelah kanan Jongdae yang sama sekali tidak menyadari kedatangannya.
Sepertinya, pria ini tengah melamun.
"Hei, Annyeong.." sapa Minseok dari sisi kanan Jongdae dan reflek membuat pria itu menoleh bingung kesumber suara.
Minseok segera memainkan nada dasar yang Suho maksudkan tadi pada Jongdae, membuat pria itu segera menoleh kearah piano dan kembali membuat senyum di bibirnya yang sedari dulu tidak terlihat tiba-tiba kembali, senyum yang bahkan membuat leher seorang Kim Minseok terhenti pada posisi menoleh menatap Jongdae dari sisi kanan. Bagi Minseok entah kenapa wajah Jongdae dilihat dari spot seperti ini terlihat sangat tampan.
"Terima kasih.."
Bahkan suara Jongdae yang baru saja masuk ketelinganya pun terdengar sangat indah, Minseok akan merekam baik-baik suara itu dalam benak dan ingatannya, ia menyukai suara Jongdae ia suka tulang rahang Jongdae yang tegas yang saat ini ia lihat dari samping "Ya, sama-sama... Aku Kim Minseok..."
"Ah, aku..."
"Jongdae-ah?? Apa itu kau yang memainkan nada dasarnya??" suara langkah terburu-buru milik Suho membuat Minseok segera melangkah secepat mungkin bersembunyi di balik piano milik Suho, ia yakin kalau Suho tidak mungkin menemukannya yang tengah bersembunyi disana.
Jongdae tanpa sadar tersenyum bahkan hampir tertawa geli mendengar langkah gusar milik Minseok dan gumaman gelisah dari bibir pria tersebut sebelum Minseok menemukan tempat persembunyinya "Omoo.. Omoo aku harus bersembunyi.."
"Jong-dae?" Suho bahkan sampai terbata memanggil nama adik laki-lakinya itu karena ini pertama kalinya ia melihat Kim Jongdae kembali tersenyum semenjak kecelakaan mobil yang dialaminya setahun yang lalu.
"Ya Hyung?"
"Ah, T-Tidak.. aku, aku harus menghubungi Appa.." Suho kembali melangkah keluar rasanya ia masih shock antara kaget dan senang melihat perubahan dari adiknya itu bahkan ia sampai mengabaikan Kyungsoo yang membungkuk padanya dari ruang depan.
Minseok segera keluar dari balik piano dan segera menumpukan dagunya diatas piano, tanpa di komando kedua netranya langsung menatap Jongdae yang masih tersenyum entah karena masih mengingat tingkah gaduh Minseok yang masuk ketelinganya atau karena ini pertama kalinya ia mendengar suara piano seindah tadi setelah sekian lama.
"Jadi siapa namamu tadi?"
Jongdae reflek mendongak masih dengan senyum ramah di bibirnya mengikuti asal suara Minseok yang masuk ketelinganya "Jongdae, Kim Jongdae.."
Minseok segera melompat bahkan mengepalkan kedua tangannya keatas udara, rasanya mengetahui siapa nama pria dihadapannya ini adalah hal paling membahagiakan didunianya, bisa saja Minseok akan mlompat kesenangan berjam-jam andai saja ia tidak tiba-tiba limbung dan hampir terjatuh kelantai.
Kyungsoo hampir menghampiri Minseok secepat kilat dengan wajah panik begitu melihat tuannya hampir terjatuh karena terlalu senang berlebihan bahkan sampai melompat berlebihan. Untung saja Minseok segera meraih botol obat yang berada disaku jas sekolahnya dan mengeluarkannya beberapa butir obat tersebut dari botolnya kemudian meminum obatnya tanpa air dan segera menelannya agar rasa limbung dan sakit di kepalanya segera menghilang.
Jongdae mengerutkan kening dan alisnya ia seperti mendengar sesuatu yang aneh terjadi pada Minseok karena tak mendengar suara pria itu lagi "Minseok-ssi, kau tak apa-apa?"
Usai menelan obatnya Minseok bersandar pada piano milik Suho jujur jika bukan karena di hadapannya adalah Jongdae ia pasti sudah melangkah keluar dan meminta segera kembali kerumah bersama dengan Kyungsoo saja daripada tetap berada disini. Kemudian Kyungsoo yang panik pasti akan segera memanggilkan dokter keluarga mereka untuk mengecek keadaannya, dan dirinya akan berada didalam rumah hingga seminggu kedepan.
Ah, Minseok tidak ingin seperti itu "Ya, diriku tak apa-apa.."
"Apa kau memakan sesuatu? Terdengar seperti kau mengunyah sesuatu, apa itu obat?" jangan salahkan pendengaran Jongdae yang sedikit lebih peka, dirinyapun pernah mengunyah obat maka ia tahu bagaimana suaranya ketika obat keras itu beradu dengan gigi.
Minseok segera menghadap Jongdae cukup terkejut "Tidak Jongdae-ssi, ini permen.." Minseok merogoh saku celananya dan mengeluarkan permen dalam kaleng kecilnya "Buka mulutmu jika kau ingin mencobanya.."
Pria itu justru reflek membuka mulutnya dan Minseok segera memasukan sebutir permen kedalam mulut Jongdae.
'DEG!'
Kedua Netra coklatnya segera menatap jemarinya yang baru saja bersentuhan dengan bibir Jongdae yang terasa begitu lembut dan kenyal, ia segera kembali menatap Jongdae bahkan tanpa sadar Minseok tersenyum seperti orang bodoh ketika ia menatap Jongdae dihadapannya. Rasanya seperti ada ratusan Kupu-kupu yang ingin terbang keluar dari dalam perutnya ketika kedua bola matanya menatap wajah rupawan Jongdae dihadapannya apa dirinya menyukai Jongdae?
⇨ Gone ⇦
Hari ini sudah seminggu tepat setelah Jongdae dan Minseok berkenalan, Suho pun tidak bisa menolak ketika Minseok mengatakan secara terang-terangan ia ingin latihan bermain piano bersama dengan Jongdae, bahkan mengatakan jika bermain bersama ia yakin Jongdae akan bisa bermain piano lagi seperti dulu dan jelas saja mendengarkan alasan itu Suho segera menyetujui permintaan Minseok. Sebagai seorang Hyung yang sangat ingin adiknya bisa bermain piano lagi seperti dulu jelas tawaran Minseok tidak mungkin ditolaknya.
"Tuan Muda mu terlalu bersemangat.."
Kyungsoo mengangguk-anggukan kepalanya mengiyakan ucapan pria tinggi disebelahnya "Sejak kecil dia tidak memiliki teman.. orangtuanya melarangnya bersekolah karena kesehatan Tuan Muda kami sangat lemah, lelah sedikit saja Tuan Muda bisa saja pingsan..."
"Kau bercanda? Tuan muda mu setiap hari datang dengan baju seragam Kyungsoo-ssi.."
Pria bermata bulat itu menoleh dan mendongak dengan wajah datar ia menjawab keraguan yang terpancar jelas di wajah lawan bicara tersebut "Minseok Hyung membuat seragamnya sendiri agar bisa memakainya ketika latihan piano, dia hanya ingin terlihat sama seperti anak seumurannya.. mungkin kau tidak akan mengerti apa yang dirasakannya, Chanyeol-ssi.."
Chanyeol pria tinggi yang berstatus pengawal pribadi Jongdae hanya terdiam, ia fikir hanya Jongdae yang paling menderita semenjak kecelakaan setahun yang lalu ternyata Minseok juga sama menderitanya seperti Jongdae. Pantas saja Minseok sesemangat itu mendapatkan Jongdae sebagai temannya dan Jongdaepun yang juga sangat senang mendapatkan teman yang tulus menerima keadaannya seperti Minseok.
"Jongdae Hyung, kecelakaan setahun yang lalu.." Kyungsoo mau tidak mau mendengar ucapan Chanyeol mungkin ini balasan Chanyeol karena baru saja Kyungsoo menceritakan tentang Minseok padanya.
"Seharusnya aku melarangnya pergi malam itu, tetapi aku tidak melarangnya aku bahkan membantunya izin keluar hari itu dari rumah... dan ketika kecelakaan itu terjadi kedua mata Jongdae Hyung terluka parah karena terkena serpihan kaca mobil, untung keluarga Kim tidak memecatku karena kejadian itu dan Jongdae Hyung tetap memintaku menjadi pengawal pribadinya sampai hari ini.. aku benar-benar merasa bersalah pada Jongdae Hyung.." Chanyeol menghela nafas sesaat, rasanya berat jika mengingat kejadian dimana sahabat, majikan dan Hyungnya hari itu kehilangan penglihatan karena kecerobohannya.
"Sejak saat itu dunia nya berubah, ia merasa dunianya tidak sama lagi seperti dunianya yang dulu, Jongdae Hyung meragukan teman-temannya yang dulu selalu menjadi sahabatnya ketika ia masih bisa melihat, teman-temannya mengolok-olok kebutaannya di belakang dirinya, bahkan hanya ingin berteman dengan dirinya jika mereka mendapatkan imbalan dari Jongdae Hyung.. hingga akhirnya ia memutuskan berhenti dari sekolah dan menutup dunianya sendiri dari orang asing. Dirinya tidak ingin mengenal siapapun karena dia berfikir semua orang yang ingin mengenalnya hanya ingin mengolok-olok dan memanfaatkannya.."
Kyungsoo terdiam ia tidak tahu harus memberi komentar seperti apa, ia tersenyum ketika ia mengalihkan padangannya kearah pintu dan melihat Minseok melangkah keluar bersama dengan Jongdae, majikannya tengah menggandeng lengan Jongdae untuk melangkah bersama sambil berceloteh panjang lebar "Mereka sudah selesai Chanyeol-ssi.."
"Mungkin teman yang seperti Tuan Mudamu yang di butuhkan Tuan Mudaku.."
Kembali pria berwajah datar itu lagi-lagi terdiam, ia melirik Chanyeol yang tersenyum senang menatap Jongdae yang tengah berbicara dengan semangat bersama dengan Minseok, andai Chanyeol tahu ia berbohong tentang Minseok, Minseok lebih lemah dari yang terlihat bahkan Minseok bukan hanya bisa pingsan ketika pria berwajah bakpau itu kelelahan tetapi juga bisa kehilangan nyawanya.
⇨ Gone ⇦
"Jongdae-ah.." Suho menghampiri Jongdae yang tengah duduk di depan piano milik nya sendiri, piano yang ia minta Chanyeol untuk membuangnya setahun lalu semenjak ia kehilangan penglihatannya, untungnya pria tinggi itu tidak pernah benar-benar membuang piano itu tetapi hanya di pindahkan ke ruang tamu di lantai bawah.
"Ya Hyung?"
"Kau tak apa-apa?" Tanya Suho sembari bersandar di sisi kanan piano milik Jongdae, menatap adiknya tersebut dengan lembut walau sang adik tak tahu kakaknya tengah menatapnya selembut itu.
Namun Jongdae mengerutkan keningnya kenapa Hyungnya bertanya seperti itu, "Maksudmu?"
"Kau mau berlatih lagi karena Minseok bukan? Apa jika Minseok nanti tidak ada kau tidak akan berlatih lagi?"
"Bisa kau langsung mengatakan maksud ucapanmu saja Hyung?"
"Maksudku, jika dia pindah bagaimana? Jika dia suatu saat tidak belajar piano lagi di tempat ku bagaimana? Itu tidak menutup kemungkinan bukan?"
Jongdae kembali tersenyum bahkan jemari nya sudah menekan tuts dan mengeluarkan sebuah nada tanpa dirinya sadari "Tak apa Hyung, Minseok hanya pindah bukan? Kami tetap bisa bermain piano bersama" Jongdae melanjutkan permainan pianonya bahkan membuat Suho tersenyum senang rasanya ia ingin segera berlari memberitahu pada Ayahnya bahwa Jongdae mereka sudah kembali Jongdae mereka sudah pulang.
Siang itu Chanyeol menemani tuannya berada didalam ruang latihan tanpa sadar ia menggoyang-goyangkan kepalanya sambil menikmati suara piano yang masuk kedalam telinganya, dan lantunan tuts piano itu berasal dari jemari handal Jongdae "Kau menyukainya Hyung?"
Pria berwajah pikachu itu masih asik memainkan jemarinya di atas tuts, ia bahkan menutup kedua matanya yang memang tidak dapat melihat apapun ketika ia membukanya sekalipun. Ia pikir dunianya benar-benar sudah gelap, namun ketika bertemu dengan Minseok ia baru tahu ada cara lain memainkan Piano tanpa harus melihat "Maksudmu?"
"Kim Minseok, teman latihanmu itu, kau menyukainya bukan?"
Gerakan jemari Jongdae berhenti kedua matanya terbuka ia terdiam sebentar tatapan matanya yang kosong tetap menatap kedepan "Kenapa berhenti Hyung? Aku menyukai permainanmu.."
"Apa menurutmu aku menyukainya?"
"Siapa?"
"Kim Minseok? Apa aku menyukainya?"
Chanyeol hampir terbahak karena pertanyaan Jongdae padanya "Kenapa kau tanyakan padaku? Yang merasakannya dirimu Hyung.."
'Cleeeek'
"Ah, orangnya datang Hyung.."
"Apa? Dia sudah datang?" Jongdae mengerutkan keningnya, ia belum mendengar alarm berbunyi dari jam miliknya. Namun jemarinya segera meraih jam tangan di pergelangan tangannya ia membuka kacanya meraba deretan angka dipermukaan jam nya "Dia lebih cepat 15 menit hari ini.."
"Dia akan semakin cepat sepertinya setiap hari demi bertemu denganmu, Tuan Muda.." Chanyeol membungkuk pada Minseok lalu beranjak meninggalkan Jongdae bersama dengan Minseok.
"Apa? Apa yang kau bicarakan Chanyeol-ah.."
"Chanyeol sudah keluar Jongdae-ah.." rengut Minseok sembari duduk disisi kiri Jongdae, dan Jongdae mau tidak mau segera menoleh kearah suara Minseok.
"Kau datang sangat awal hari ini Minseok-ah?"
Minseok meletakkan tasnya disisi kaki piano jemarinya segera memainkan tuts-tuts piano dan segera disusul oleh Jongdae yang dengan terampil jemarinya memainkan tuts-tuts piano di hadapannya walau ia tidak bisa melihat tetapi ketika ia bermain bersama Minseok dan ketika ia membayangkan bagaimana rupa wajah Minseok rasanya kumpulan tuts berwarna hitam dan putih itu bisa ia lihat dengan mata butanya.
"Aku merindukanmu Jongdae-ah.."
Jongdae menoleh kearah suara Minseok, ia tidak kaget lagi mendengar ucapan pria itu padanya. Hampir setiap hari telinganya akan mendengar Minseok mengatakan padanya jika pria berwajah bakpau itu rindu padanya, dan tidak bisa ia pungkiri ia juga merindukan Minseok ia selalu menantikan datang nya waktu berlatih piano bersama dengan Minseok setiap hari.
"Kau baik-baik saja?" Jongdae mengerutkan keningnya, dirinya cukup peka untuk merasakan ada yang aneh dengan suara Minseok, suara itu terdengar lelah ketika ia mendengar pria itu mengucapkan kata-kata rindu padanya.
"Aku baik-baik saja.." Minseok menghentikan permainan piano nya membuat kening Jongdae semakin berkerut dan turut berhenti bermain, tidak pernah Minseok menghentikan permainan pianonya ketika lagu itu belum selesai.
"Aku ingin memainkan lagu ini untukmu Jongdae-ah.. kau harus mengingatku ketika mendengar lagu ini, kau mengerti?" Minseok mengeluarkan buku musik miliknya dari dalam tas, ia mulai menekan-nekan tuts dihadapannya hingga menjadi sebuah irama yang cukup familiar di telinga Jongdae.
July - In Love
"Aku pernah mendengar lagu ini sebelum nya Minseok-ah.."
Minseok tersenyum walau wajahnya hari ini sedikit lebih pucat dari biasanya tetapi ia tetap tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya ketika bertemu dengan Jongdae, hanya itu alasannya datang lebih cepat setiap hari ke tempat latihan untuk bertemu dengan Jongdae orang pertama yang membuat dirinya merasakan ribuan kupu-kupu ingin keluar dari perutnya setiap hari.
"In Love?"
"Ya! July, In Love Jongdae-ah, kau menyukainya?"
Kepala Jongdae mengangguk-angguk dengan cepat bahkan belum 2 detik pertanyaan itu keluar dari bibir Minseok "Tentu saja, apalagi kau yang memainkannya untukku aku sangat menyukainya.."
Minseok menghentikan gerakan tangannya yang masih memainkan asal tuts piano dihadapannya, sungguh dirinya ingin berteriak dan melompat mendengar ucapan Jongdae. Tetapi disaat bersamaan justru semakin senang dirinya, semakin pening kepalanya. Saat ini kepalanya terasa sangat berdenyut kuat andai ia bisa mengganti penyakitnya ini dengan apapun dan dapat memperpanjang waktunya bersama dengan Jongdae tentu ia akan bersedia memberikan dan melakukan apapun.
"Minseok-ah.."
"Ummh.."
"Bolehkah aku menyentuh wajahmu?"
Pria yang tengah menahan pening dikepalanya itu menoleh kaget, apa ini artinya Jongdae ingin merekam bentuk wajahnya dengan jemarinya? "Tentu saja Jongdae-ah.."
Tanpa ragu pria itu mengangkat kedua tangannya dan mengarahkannya kedepan sebenarnya sudah lama ia ingin menyentuh wajah Minseok namun ia sering kali mengurungkan niatnya karena merasa tak enak untuk meminta pada pria itu.
Ia ingin tahu bagaimana rupa Minseok walau Chanyeol selalu bilang kalau wajah pria itu terlihat bulat seperti bakpao dan sangat imut ketika tengah merajuk tetapi tetap saja dirinya tidak bisa membayangkan dengan pas seperti apa bentuk wajah Minseok jika tidak menyentuhnya sendiri.
"Disini Jongdae-ah.." Minseok meraih kedua tangan Jongdae dan meletakkannya di kedua pipi bulatnya, Minseok bisa menatap mata Jongdae dengan jelas dari jarak sedekat ini dan Minseok yakin Jongdae juga tengah menatapnya dalam kegelapan.
Minseok mengukir senyum sembari menutup kedua matanya ketika jemari Jongdae mulai meraba bentuk matanya, kemudian turun menuju hidungnya, lalu pipi bulatnya, kemudian kembali menuju keningnya dan yang terakhir telinganya.
Namun lagi-lagi denyut di kepalanya benar-benar membuatnya menderita ia benar-benar membutuhkan obatnya saat ini tetapi ia tidak mungkin meminta Jongdae untuk berhenti merekam wajahnya.
"Chanyeol benar, pipimu bulat Minseok-ah.." Jongdae tertawa pelan begitu ia bisa menggambarkan bagaimana rupa Minseok dengan pipi bulatnya mata kecil serta hidung mancungnya.
"Apa kau sudah merekam baik-baik wajahku dalam ingatanmu Jongdae-ah?"
"Tentu saja, kurekam dengan sangat jelas Minseok-ah.."
Hanya sekedar jawaban singkat, namun lagi-lagi membuat Minseok mengukir senyum simpul nan manis diantara rasa sakit dikepalanya yang sangat luar biasa. Jemari Jongdae menangkap kedua pipi bulat tersebut dan bibirnya ikut menyunggingkan senyum kala merasakan kedua sudut bibir dari pria dihadapannya menarik sebuah senyuman.
Kyungsoo berlari turun keluar dari mobil dengan tergesah-gesah ketika mobil yang membawanya baru saja berhenti didepan rumah latihan milik Suho, tepat di belakang mobil milik Jongdae bahkan Kyungsoo mengabaikan Chanyeol yang ingin menyapanya "Ada apa ini?" gumamnya bingung melihat raut wajah Kyungsoo, hingga ia menyadari sesuatu "Tapi, kenapa Kyungsoo-ssi datang lebih telat daripada Tuannya?" Chanyeol yang penasaran pun mau tidak mau menyusul Kyungsoo yang berlari kearah pintu masuk.
Jemari Jongdae akhirnya turun meraba bibir tipis Minseok dengan jemarinya, dan berakhir dengan ibu jarinya yang mengusap perlahan bibir tersebut "Bibirmu seperti bibir wanita Minseok-ah.."
Mau tidak mau Minseok terkekeh sampai tertawa pelan "Kau... pria kesekian yang mengatakan hal itu padaku.." ucap Minseok susah payah ia benar-benar menahan sakit di kepalanya tetapi ia tidak ingin Jongdae tahu ia tengah kesakitan saat ini.
"Kyungsoo-ssi!" Chanyeol segera menahan lengan Kyungsoo ketika Kyungsoo hampir masuk kedalam rumah.
"APA?!"
"Ada apa denganmu? Kau tahu bukan mereka tengah latihan?"
"Penyakit Minseok Hyung kumat dia seharusnya beristirahat dirumah saat ini Chanyeol-ssi, tetapi ketika diriku lengah dia malah datang kemari aku harus membawa nya kembali pulang.."
"Tunggu sebentar! Apa kau tidak bisa memberikan mereka sedikit waktu? Bagaimana jika Jongdae Hyung.."
"Apa? Bagaimana apa?" sela Kyungsoo "Kau hanya memikirkan Tuanmu, bagaimana dengan kesehatan Tuanku!" Kyungsoo segera menepis tangan Chanyeol yang menahan lengannya dengan kasar.
"Bagaimana jika aku menyukaimu Minseok-ah.."
Kedua manik milik Minseok membulat kaget, selama ini ia fikir hanya dirinya yang merasakan ribuan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya. Apa ini artinya Jongdae juga merasakan ribuan kupu-kupu di dalam perutnya juga ketika Jongdae tengah bersama dengannya? Minseok meremas celana seragamnya dengan kuat rasanya kepalanya benar-benar ingin pecah, rasa sakitnya lebih menusuk dari biasanya bahkan untuk mengatakan ia juga menyukai Jongdae bibirnya terasa sulit untuk digerakan.
"Aku..."
'BRAAK'
"Kyungsoo-ssi!"
Jongdae tersentak kaget karena mendengar pintu ruang latihannya terbuka tiba-tiba dengan kasar dan terdengar suara Chanyeol yang memanggil pengawal pribadi Minseok dengan nada tinggi yang belum pernah ia dengar sebelumnya "Chanyeol-ah?"
"Kyungsoo-ah..." panggil Minseok lemah sebelum tiba-tiba tubuh Minseok limbung kebelakang dan wajah Minseok yang tengah di sentuh Jongdae terlepas dari genggaman tangan Jongdae.
'BRUUK!!'
"MINSEOK HYUNG!" Kyungsoo segera menghampiri Minseok yang sudah tidak sadarkan diri dan tergeletak di lantai "Chanyeol-ssi, tolong panggilkan supir di dalam mobil! CEPAT!!" Chanyeol pun mau tidak mau segera beranjak kembali keluar dari dalam ruangan mengikuti perintah Kyungsoo dan menghiraukan sementara tuannya yang saat ini terlihat kebingungan.
Jongdae segera berdiri ia meraba udara kesembarang arah ia ingin tahu apa yang terjadi ia ingin tau ada apa dengan Minseok? Apa yang terjatuh tadi Minseok? "Minseok-ah?" panggil Jongdae tetapi tidak ada satupun yang menyahutinya bahkan Kyungsoo pun tidak menyahutinya.
"HYUNG! BANGUN!! Yaaak.." Kyungsoo menepuk-nepuk wajah Minseok ia benar-benar berharap Hyungnya itu hanya pingsan seperti biasa, jika sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Minseok ia akan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menjaga Minseok dirumah dengan baik.
"Siapapun, tolong katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Minseok-ah?"
"Ada apa?" Suho datang sambil berlari memasuki ruang latihan karena mendengar suara ribut-ribut dari ruang latihan, ia kaget melihat Kyungsoo tengah menepuk-nepuk wajah Minseok yang tengah tergeletak tak sadarkan diri dilantai sedangkan adiknya tengah meraba-raba udara dengan panik mencari keberadaan Minseok "Jongdae-ah.." Suho segera meraih kedua tangan Jongdae "Ini aku Jongdae-ah, ini aku.."
"Hyung?" Jongdae meraba-raba wajah Suho seolah-olah meyakinkan dirinya kalau dihadapannya memang Suho "Minseok, Minseok.. ada apa dengan nya? Aku mendengar suara terjatuh, apa dia terjatuh Hyung? Aku tak mendengar suaranya lagi, hanya terdengar suara Kyungsoo disana." Jongdae kembali panik bahkan ia hampir melangkah lagi kesembarang arah ingin mencari Minseok andai Suho tidak segera menahan tubuh Jongdae agar tidak melangkah kemana-mana.
"Aku sudah memanggil supirmu Kyungsoo-shii.." Chanyeol masuk kedalam ruangan bersama seorang pria berbadan tambun sudah di pastikan dia cukup kuat untuk mengangkat Minseok sendirian.
"Tuan Park bantu aku mengangkat Tuan Muda.." ucap Kyungsoo susah payah ketika menarik tubuh Minseok agar terduduk dia tas lantai.
"Tunggu, Kyungsoo-ssi apa yang terjadi dengan Minseok bisa aku berbicara dengan nya? Boleh aku menyentuhnya?" pinta Jongdae dengan sangat memohon, jujur saat ini dirinya sangat panik karena tidak mendengar sepatah kata pun yang keluar dari bibir Minseok ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada pria itu.
"Maafkan aku Jongdae-ssi.." hanya itu yang di ucapkan Kyungsoo lalu ia membungkuk hormat pada Suho dan Jongdae lalu segera beranjak pergi mengikuti Tuan Park yang menggendong Minseok seorang diri keluar dari ruangan itu menuju mobil mereka.
Chanyeol terdiam ia menoleh menatap Jongdae yang masih tidak tahu kalau Minseok sudah tidak ada diruangan ini, Chanyeol beralih menatap Suho dan ketika Suho memberikan isyarat pada Chanyeol untuk keluar dari ruangan Chanyeolpun menurut dan segera keluar dari ruangan dan menutup pintu, ia menatap punggung supir Kyungsoo dan Kyungsoo yang sudah jauh menuju mobil mereka, supir tersebut memasukkan tubuh Minseok kedalam mobil dan ia sempat melihat Kyungsoo membungkuk padanya dan segera menghilang setelahnya karena pria itu segera masuk kedalam mobil dan mobil itu pun langsung melesat pergi dengan cepat.
"Ini pasti lebih dari sekedar pingsan jika kelelahan Kyungsoo-ssi, kau berbohong padaku.. bahkan pada Tuan Mudaku..."
⇨ Gone ⇦
Jongdae terdiam dikamarnya, ia menunduk menatap kedua telapak tangannya walau ia sebenarnya tidak benar-benar bisa melihat kedua telapak tangannya "Apa yang terjadi padamu Minseok-ah.."
'Clek'
"Siapa?" pintu kamarnya terbuka dan itu mengalihkan sedikit atensi Jongdae.
"Ini aku Chanyeol.."
"Masuklah Chanyeol-ah.." Jongdae masih tetap dalam posisinya ia masih menatap kedua telapak tangannya yang tak terlihat dalam kegelapan.
"Kau baik-baik saja Hyung?" Tanya Chanyeol setelah ia masuk dan menutup pintu kamar Jongdae lalu melangkah mendekat menghampiri majikannya tersebut.
"Apa Minseok baik-baik saja? Apa dia terluka?" Tanya Jongdae tetap pada posisinya semula ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Chanyeol tentang keadaannya, dirinya justru bertanya balik pada Chanyeol.
Kenapa tidak ada satu orangpun yang mau menjelaskan apa yang terjadi pada Minseok? Bahkan sudah 2 hari ia tidak mendengar suara Minseok lagi di tempat latihan, Suho pun hanya diam ketika ia bertanya tentang Minseok, kemana perginya pria itu dari hadapannya. Dia seolah-olah hilang begitu saja tanpa kabar meninggalkannya.
"Kenapa tidak ada yang mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padaku?!" Jongdae bangkit dari duduknya "Chanyeol-ah!! Katakan padaku ada apa? Aku benar-benar ingin bertemu dengannya.."
Chanyeol menghela nafas berat ia tidak tahu harus menjawab apa terhadap pertanyaan Jongdae, tidak mungkin ia mengatakan pada Jongdae hari itu wajah Minseok pucat pasi ketika Minseok digendong oleh Tuan Park keluar dari ruang latihan "Kurasa dia baik-baik saja Hyung.."
Namun Jongdae tahu jawaban Chanyeol tidak sepenuhnya benar, jika Minseok baik-baik saja tidak mungkin pria itu tidak datang selama 2 hari ini. Dirinya benar-benar merindukan pria berwajah bulat itu, bahkan Jongdae baru saja menyatakan perasaannya dan belum mendengar jawaban dari Minseok, tapi tiba-tiba saja pria berwajah bakpau itu terjatuh dan menghilang sampai hari ini "Kau membohongiku Chanyeol-ah? Jika Minseok baik-baik saja tidak mungkin aku tidak mendengar suaranya sampai hari ini.."
Hening, Chanyeolpun diam. Ia tak tahu harus berkata apa? Dirinya tak tahu apa yang terjadi, ia tak mengerti penyakit apa yang diderita Minseok hingga wajahnya pucat pasi seperti mayat siang itu.
"Aku baru mengatakan aku menyukainya Chanyeol-ah, dan tiba-tiba dia menghilang.. aku tidak ingin mendengar jawabannya aku hanya ingin tahu apa Minseok baik-baik saja.. aku hanya ingin mendengar suara nya Chanyeol-ah.."
Pria tinggi itu kembali menghela nafas berat, "Akan kucari tahu bagaimana keadaannya Hyung.. kupastikan kau pasti akan mendengar suaranya lagi.." Chanyeol segera beranjak keluar dari kamar Jongdae ia harus bertanya pada Suho dimana rumah Minseok ia yakin 500% kalau Suho tahu sesuatu setidaknya dimana letak kediaman pria yang sudah menarik perhatian tuannya itu.
"Apa Minseok baik-baik saja Yixing-ah?"
Langkah Chanyeol yang hampir saja memasuki ruang kerja milik Suho tertahan, ia mendengar Suho membicarakan tentang Minseok dengan Zhang Yixing sahabat terdekat yang Suho miliki apa mungkin Zhang Yixing kenal Minseok?
"Dia masih dirawat di RS. Seoul?" Suho kembali melanjutkan pembicaraanya lewat telfon genggam yang masih bertengger di telinga nya "Mungkin besok malam aku akan menjenguknya.. jika aku tidak sibuk Yixing-ah.."
Chanyeol membatalkan niatnya menemui Suho ia segera melangkahkan kaki panjangnya keluar dari rumah kediaman keluarga KIM, dengan cekatan Chanyeol menuju parkiran dan menaiki motor pribadinya ia sudah tahu dimana keberadaan Minseok dan ia akan meminta Minseok untuk bertemu dengan Tuan nya sekali lagi hanya sekali lagi saja.
Kyungsoo berdiri di depan pintu kamar rawat Minseok, baru saja Minseok sadar setelah 2 hari tertidur tidak sadarkan diri semenjak pingsan di ruang latihan hari itu, ia mengecek jam yang melingkar di tangannya sudah pukul 9 malam seharusnya sebentar lagi penggantinya untuk berjaga di pintu depan akan datang kemudian ia akan pindah masuk kedalam kamar dan tidur di sofa untuk menjaga Minseok sampai besok pagi datang.
'Drap... Drap... Drap'
Kyungsoo menoleh keujung koridor rumah sakit saat mendengar langkah kaki seseorang berlari menuju kearahnya, ia bahkan sampai menyipitkan kedua matanya untuk menajamkan penglihatannya yang memang sedikit rabun pada malam hari dirinya seperti melihat sesosok pria tinggi tengah berlari dengan cepat kearahnya.
"Tunggu sebentar.. itu bukankah Chanyeol-ssi?" Mata Kyungsoo segera membulat kaget ia hampir mengambil langkah seribu dan ingin masuk kedalam ruang rawat Minseok andai saja lengannya tidak keburu di tahan oleh Chanyeol.
"Tunggu sebentar Kyungsoo-ssi!"
Lagi, Kyungsoo segera menghempas cengkraman Chanyeol di lengannya "Apalagi Eoh? Kenapa kau kemari? Tuanmu memintamu?!"
"Aku mohon, Jongdae Hyung hanya ingin tahu keadaan Tuanmu.."
"Minseok Hyung baik-baik saja, cukup sampaikan itu pada Tuanmu.." Kyungsoo segera beranjak ingin masuk kedalam.
"Kau berbohong padaku Kyungsoo-ssi.." ucapan Chanyeol berhasil menahan langkah Kyungsoo masuk kedalam kamar Minseok ia kembali menutup pintu kamar Minseok dan berbalik menghadap Chanyeol "Tuan Mudamu itu, bukan hanya sekedar pingsan karena kelelahan, benarkan?"
Sebentar Kyungsoo diam, ia tengah menimang-nimang apa yang sebaiknya ia jawab? Jujur? Atau kembali berbohong? "Ya, jika kau sudah tahu seharusnya kau juga mengerti harus menjawab apa pada Tuan Mudamu, Minseok Hyung tidak akan kembali ke tempat latihan piano itu.."
"Tapi Jongdae Hyung ingin bertemu dengannya!"
"Kau jelas tahu bukan apa yang sebenarnya terjadi disini Chanyeol-ssi, aku tidak akan membiarkan Minseok Hyung kesana lagi ketika ia tengah dalam masa pemulihan.."
"Kim Jongdae benar-benar merindukan nya Kyungsoo-ssi, tidak bisakan kau ijinkan mereka bertemu sekali saja?"
"Mengorbakan kesehatannya untuk Tuan Mudamu? Itu maksudmu? Tidak akan pernah.."
Chanyeol menatap Kyungsoo dalam-dalam ini kali pertama dirinya bertemu dengan pria yang sangat keras kepala "Apa pikiranmu sesempit ini Kyungsoo-ssi?"
"Pikiranku? Atau pikiranmu?" Kyungsoo menatap kebelakang Chanyeol pengawal penjaga Minseok yang lain sudah datang "Sebaiknya kau pergi, sebelum mereka akan menyeretmu keluar dari rumah sakit ini Chanyeol-ssi.."
Ia kembali menatap Kyungsoo tidak percaya, kenapa ada pria sedingin Kyungsoo? Apa pria itu tidak pernah jatuh cinta sampai-sampai tidak mengerti apa yang Jongdae rasakan sebenarnya "Baiklah, aku akan pergi.." Chanyeol segera beranjak pergi dengan wajah kecewa, sedangkan Kyungsoo ia juga tertunduk kecewa bukan ia tidak ingin membiarkan Minseok bertemu dengan Jongdae, ia hanya tidak ingin keadaan Minseok yang belum stabil akan membuat Minseok tumbang lagi ketika pria bapkau itu memaksakan diri bertemu dengan Jongdae.
Minseok membuka matanya kedua netranya menatap langit-langit kamarnya kemudian ia menoleh kearah pintu kamar, dirinya mendengar semua pertengkaran Chanyeol dan Kyungsoo didepan kamarnya. Minseok mengerti kenapa Kyungsoo bersikeras melarang dirinya bertemu dengan Jongdae, itu semua demi kesehatannya tetapi dirinya pun benar-benar merindukan Jongdae. Paling tidak walau dirinya tidak bisa bertemu Jongdae rasanya ia ingin memainkan piano itu sekali lagi sebelum ia tidak bisa lagi bertemu dan melihat Jongdae serta piano itu lagi.
'Tok...Tok...Tok...'
Suho membuka pintu kamar Jongdae dan ia mendapati adiknya tengah terduduk di tepi tempat tidur sudah beberapa hari ini setiap malam ia melihat Jongdae seperti ini "Jongdae-ah.. Kau belum tidur?"
"Hyung.. bolehkan malam ini aku menginap di tempat kau mengajar?" pintanya dengan tiba-tiba.
"Apa? Tapi ini sudah larut Jongdae-ah.."
"Aku mohon Hyung, hanya malam ini saja.."
Suho berfikir sejenak sebelum mengangguk dan menghela nafasnya walau ia tahu Jongdae tidak akan melihatnya tetapi ia tahu Jongdae pasti tahu ia setuju "Baiklah, tetapi aku akan menemanimu disana.."
"Baiklah Hyung.." Suho segera menghampiri Jongdae meraih kedua tangan adiknya kemudian membantu Jongdae melangkah keluar dari kamar menuju mobilnya, Suho mengirimkan Chanyeol pesan agar segera menyusul mereka ke tempat Suho mengajar bagaimanapun mereka membutuhkan penjagaan dari Chanyeol ketika berada disana.
"Kau siap?" Tanya Suho ketika mereka sudah berada didalam mobil pribadi milik Suho dan Jongdae hanya mengangguk "Jongdae-ah.."
"Ya?"
"Kau tahu bukan kau tidak akan mungkin bertemu Minseok sekalipun kau datang kesana.."
Pria itu menundukan kepalanya, ia benar-benar merindukan pria berpipi bulat itu dadanya bahkan ribuan kali lebih sesak daripada saat dirinya tahu bahwa ia kehilangan penglihatannya setahun lalu, Kim Jongdae hanya ingin berada ditempat terakhir ia bersama dengan Minseok mungkin saja itu bisa meringankan sedikit rasa rindunya "Aku hanya ingin menginap Hyung.."
Suho kembali menghela nafas pelan, ia juga sakit melihat adiknya justru terlihat lebih menderita daripada dahulu ia melihat Jongdae Koma setelah kecelakaan "Jongdae-ah.."
"Ya Hyung?"
"Bagaimana jika Minseok tidak kembali lagi? Kau akan tetap bermain piano?" kali ini jika Jongdae akan meninggalkan piano setelah Minseok menghilang Suho tidak akan lagi memaksa adiknya ini kembali belajar piano seperti dulu, karena dirinya tahu dengan jelas yang membuat Jongdae bisa bermain piano kembali adalah Minseok. Jika pria itu menghilang sama saja Jongdae tidak akan bermain lagi bukan?
"Tentang itu.." Jongdae kembali menunduk jemarinya saling meremas kuat satu sama lain, bahkan tanpa sadar dirinya meneteskan airmata. Entah kenapa ucapan Suho padanya seolah-olah menandakan dirinya akan kehilangan Minseok selamanya "Bisakah kita berangkat sekarang Hyung?" Jongdae lebih memilih untuk mengalihkan pembicaraan saja daripada membicarakan tentang keadaan Minseok.
Yang lebih tuapun menurut, ia segera menghidupkan mesin mobilnya dan menjalankan mobil tanpa mengatakan apapun lagi, Suho yakin perasaan Jongdae pada Minseok lebih dari sekedar rasa persahabatan dari yang ia bayangkan selama ini.
Minseok dan Kyungsoo sama-sama duduk dalam diam didalam kamar rawat Minseok entah kenapa Minseok yang selama ini sangat bawel tiba-tiba jadi diam dan Kyungsoo juga tiba-tiba jadi lebih diam dari biasanya mungkin karena pembicaraan nya dengan Chanyeol tadi masih membekas dalam ingatannya.
"Kau merindukannya Hyung?" Tanya Kyungsoo tiba-tiba, pria bermata bulat itu masih menunduk menatap lantai rutinitasnya sedari tadi.
Minseok tersenyum rasanya ia ingin menjawab pertanyaan Kyungsoo dengan candaan yang biasa ia lakukan tetapi rasa sesak di dada nya membuatnya sangat sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan santai "Sangat.."
"Kau ingin bertemu dengannya Hyung?" Kyungsoo mendongak ia menoleh menatap Minseok. Dirinya memang sudah menolak permintaan Chanyeol tadi, namun melihat Minseok hanya diam itu justru membuatnya merasa bersalah.
"............."
"Katakan padaku apa yang sangat kau inginkan?" Kyungsoo menghembuskan nafas berat ketika ia melihat Minseok sangat lemah di atas tempat tidur, tetapi wajah Minseok tidak menunjukan ia menderita karena sakit yang di deritanya.
Wajah itu justru menunjukkan keputusasaan, hyungnya tengah merindukan seseorang. Bahkan kedua netra coklat Minseok sudah berair semenjak Kyungsoo bertanya pada pria itu "Aku pernah berjanji akan mengabulkan permintaanmu bukan?"
"Aku... tidak tahu.."
"Kau ingin bertemu dengan dia?"
Minseok menggeleng ia memang merindukan Jongdae bahkan dada nya sangat sesak karena rindunya pada Jongdae tetapi, ia tidak ingin bertemu Jongdae dengan keadaan seperti ini. Dirinya terbiasa terlihat kuat dan sehat dihadapan Jongdae, apa yang harus dirinya jawab jika pria itu bertanya tentang kesehatannya?
"Bolehkah diriku datang ke tempat latihan Kyungsoo-ah?" Minseok mendongak dan menatap Kyungsoo, ia baru sadar mata pengawal pribadinya sudah merah apa itu artinya pengawal pribadinya yang selalu ingin terlihat tangguh itu akan menangis?
"Sekarang?" Minseok segera mengangguk dengan semangat, Kyungsoo lagi-lagi menghela nafas berat dirinya dan Minseok jelas tahu apa resikonya jika ia membiarkan Minseok keluar sekarang padahal Minseok baru saja sadar tadi siang
"Kau jelas tahu resiko nya bukan?"
Minseok kembali mengangguk ia memberikan sebuah surat pada Kyungsoo yang baru saja ia keluarkan dari balik selimutnya "Kau boleh membaca ini jika kalian tidak bisa membawaku kembali.."
"Hyung.. haruskah? Demi pria itu?"
"Aku hanya ingin bermain piano Kyungsoo-ah, bermain piano yang terakhir kalinya untukku dan untuk Jongdae.."
Kyungsoo segera mengambil kertas di genggaman Minseok dengan kasar dan menyimpan surat itu di saku celananya "Aku berjanji akan membawamu kembali Hyung.." Kyungsoo segera melangkah keluar kamar setelah 2 menit berlalu Kyungsoo kembali masuk kedalam dan segera memakaikan Minseok Jaket tebal.
"Cepatlah Hyung, mereka hanya pergi sebentar.." Kyungsoo membantu Minseok turun dari tempat tidurnya lalu menuntun Minseok berjalan keluar dari kamar dan segera menuju lift.
"Terima kasih Kyungsoo-ah.. kau memang selalu bisa kuandalkan.." ucap Minseok terengah-engah, apalagi setelah jarum infus di tangannya ia cabut begitu saja.
"Jangan mengucapkan terimakasih padaku sebelum aku membawamu kembali Hyung.."
Susah payah Minseok menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebih tepatnya berpura-pura tersenyum, yang paling tahu keadaan tubuhnya adalah dirinya sendiri dan saat ini ia tahu bahwa dirinya tidak akan berhasil kali ini. Baru saja ia melepaskan jarum infus kepalanya sudah sepening ini bahkan pandangannya sesekali kabur, ia sendiri tidak yakin ia bisa sampai didepan piano itu atau tidak.
⇨ Gone ⇦
Jongdae melangkah masuk bersama dengan Suho, Suho segera mengantarkan Jongdae keruang kerja tepat disebelah ruang tengah tempat piano yang biasa Jongdae dan Minseok gunakan untuk berlatih "Aku akan menghubungi Chanyeol.." Suho segera merogoh saku celananya tetapi ia mengumpat ketika ia mendapati ponselnya tidak mendapat sinyal di dalam sini.
"Kenapa Hyung?"
"Aku tidak mendapat sinyal Jongdae-ah.."
"Keluarlah Hyung, aku bisa sendirian disini.." Jongdae meraba dinding lalu segera bersandar di dinding dekat dengan sofa dalam ruang kerja Suho.
"Apa kau tidak apa-apa disini sendirian?"
"Tak apa-apa Hyung.."
"Baiklah kau tetap disini jangan melangkah kemanapun?" pinta Suho dan setelah ia melihat anggukan patuh dari Jongdae dirinya segera beranjak keluar meninggalkan Jongdae didalam ruangan itu dan melangkah keluar sedikit menjauh dari rumah latihan piano miliknya.
Kyungsoo memarkir dengan cepat mobil yang dikendarainya, ia yakin jika tadi ada polisi ia akan terkena tilang karena mengendarai mobil di atas kecepatan rata-rata. Bahkan dirinya sampai menerobos lampu merah, ia bisa dengar Minseok mentertawakan dirinya yang melanggar peraturan untuk pertama kali dalam hidupnya mau bagaimana lagi dirinya sedang dalam keadaan darurat tiap detik yang berlalu bagi Minseok sangat berarti "Tunggu sebentar, aku akan membantumu turun.." Kyungsoo segera beranjak keluar dari mobil dan membantu Minseok untuk turun dari mobil, dengan langkah tertatih Kyungsoo menuntun Minseok melangkah menuju rumah tempat yang biasa setiap hari mereka datangi untuk berlatih piano.
"Hhhhh, Kyungsoo-ah apa pandanganku yang kabur atau memang lampu di dalam menyala?"
"Lampunya memang menyala Hyung."
"Ah, kalau begitu kau harus membantuku berbicara dengan Suho Hyung jika dia ada didalam nanti.."
Kepala Kyungsoo mengangguk ia masih fokus membantu Minseok untuk melangkah "Aku mengerti Hyung kau tenang saja, aku tahu apa yang harus kulakukan.." Kyungsoo menuntun Minseok sampai memasuki pintu keruang tunggu baru Kyungsoo ingin membuka pintu menuju ruang tengah tapi Minseok menahannya.
"Kau bisa menungguku diluar Kyungsoo-ah, aku ingin sendirian didalam.."
Pria itu menatap Minseok tidak percaya, dengan keadaan seperti ini Minseok ingin masuk sendirian? Dirinya sudah ingin membantah namun melihat tatapan Minseok yang memohon padanya mau tidak mau ia pun kembali mengangguk "Baiklah.." Kyungsoo membantu Minseok berdiri dengan benar dan menutun tangan tuannya itu untuk mengenggam gagang pintu menuju ruang tengah "Kau yakin kau bisa berjalan kedalam?"
Minseok menatap Kyungsoo lalu mengangguk mantap meyakinkan Kyungsoo "Kau ingat pesanku bukan? Jangan sampai kau lupa membaca surat itu Kyungsoo-ah.." Minseok segera berbalik perlahan usai menepuk wajah Kyungsoo, ia melangkah meninggalkan Kyungsoo yang masih menatap punggungnya seperti ini kali terakhir pria bermata bulat itu bisa melihat punggung Minseok melangkah menjauh darinya.
"Aku mengerti Tuan Muda.." gumam Kyungsoo sambil membungkuk memberi hormat sebelum dirinya beranjak keluar dengan cepat dan segera menutup pintu secepat mungkin dan segera bersandar di pintu.
"Kyungsoo-ssi?"
Kyungsoo mendongak ketika namanya dipanggil namun matanya membulat kaget ketika ia melihat Suho dan Chanyeol di hadapannya, jika ada keduanya disini bukankah itu artinya Jongdae juga berada di dalam?
'CLEK'
Jongdae tersentak dari fase diamnya ketika mendengar suara pintu ruang tengah dibuka, awalnya ia berfikir itu mungkin Suho tetapi jika itu memang Suho kenapa Suho tidak langsung masuk keruang kerja menghampirinya?? Jujur ia kurang hafal bentuk ruang kerja Suho ia tidak berani beranjak untuk melihat keluar sana tetapi Jongdae melangkah perlahan berusaha mencari pintu keluar.
Sedangkan Minseok melangkah terseret dengan perlahan menghampiri piano dihadapannya, padahal piano itu sangat dekat dengannya tetapi dengan keadaannya yang seperti ini piano itu terasa sangat jauh dengan nya "HHhhhh Hhhhh.." Minseok menghirup nafas sebanyak mungkin ia benar-benar lelah ketika sudah mendudukkan pantat bulatnya pada bangku di depan piano dengan cepat ia membuka papan kayu penutup piano, kemudian ia merogoh sesuatu dari sakunya.
Sebuah alat perekam, ia menekan alat itu untuk mulai merekam kemudian meletakkannya dibagian atas piano kayu tersebut.
"Jongdae-ah.. aku tahu kau tidak disini.. tetapi aku bermain disini untuk dirimu.." gumamnya pelan, jemari lentik Minseok perlahan menyusuri tuts-tuts piano yang mulai terlihat buram di pandangan matanya. Namun perlahan ia menekan beberapa nada dasar piano untuk memastikan jemarinya menekan tuts yang benar.
'Ting...Ting..'
Langkah Jongdae terhenti jantungnya tiba-tiba berdebar dengan kuat, ia semakin yakin yang masuk itu bukan Suho, entah kenapa otaknya langsung mengkomando bibirnya untuk menggumamkan sebuah nama "Minseok?"
Jongdae mengarahkan kedua tangannya sembarang arah ia benar-benar ingin menggapai pintu yang ia tidak tahu dimana letaknya, ia ingin bertemu dengan pria itu sekali saja, menyentuhnya sekali saja, dan mengatakan pada pria itu bahwa dirinya menyukai Kim Minseok sekali lagi "Argh!" Jongdae terperosok jatuh kelantai ketika kakinya menabrak bangku yang ia tidak tahu ada didepannya.
Minseok menghela nafas sebelum dirinya mulai memainkan nada awal dari lagu yang pernah ia mainkan untuk Jongdae sebelumnya 'In Love'. Minseok menutup kedua matanya ia menghayati permainan pianonya yang ia tujukan untuk 1 orang dan sangat ia harapkan saat ini mendengar permainannya "Jongdae-ah.. aku juga menyukaimu.." bisiknya sebelum...
'DDAAAANG!!!!'
Tubuh Minseok tiba-tiba limbung ia hanya melihat bayangan abu-abu sebelum ia merasa kepalanya menabrak sususan tuts-tuts piano di hadapannya dan tidak sadarkan diri, padahal lagu yang ingin ia mainkan belum usai tetapi kenapa ia merasa waktu nya sudah usai?
Jongdae segera bangkit dari jatuhnya ia semakin yakin bahwa itu adalah Minseok setelah mendengar lantunan piano yang dimainkan dan masuk ketelinganya dirinya semakin berjalan tidak tentu arah, tangannya mengapai-gapai udara kosong padahal ia sangat ingin setidaknya menyentuh pintu ataupun dinding tetapi nihil dirinya tidak mendapatkan apa-apa, hanya udara hampa yang masuk dalam cengkramannya. Langkahnya semakin kacau ketika ia mendengar dentingan kasar dari piano yang ia yakinin di mainkan oleh Minseok "Minseok-ah!!"
Suho segera berlari masuk kedalam disusul Kyungsoo dan Chanyeol akibat mendengar dentingan kasar dari piano di dalam, dan mendengar teriakan Jongdae "Hyuuung!! Yak bangun.." Kyungsoo segera meraih tubuh Minseok dibantu Chanyeol.
Wajah pria itu benar-benar pucat pasi, bahkan hidungnya mengeluarkan darah padahal sebelumnya tak pernah seperti ini.
"Kita bawa dia kembali kerumah sakit Kyungsoo-ssi.." ajak Chanyeol, pria tinggi itu bersusah payah mengangkat tubuh Minseok dibantu Kyungsoo keluar dari ruang tengah sedangkan Suho ia mengusap kasar wajahnya ia yakin Jongdae pasti tahu barusan Minseok datang kemari apa yang harus ia katakan pada Jongdae?
Suho menghela nafas ia segera duduk di depan piano yang tadi di duduki Minseok perlahan melanjutkan permainan piano yang belum diselesaikan Minseok. Dirinya tahu lagu apa yang dimainkan Minseok untuk Jongdae barusan karena pria itu mati-matian meminta kelas khusus tambahan pada dirinya agar mau mengajarkan Minseok agar bisa memainkan In Love.
Jemari Suho menekan tuts-tuts yang sebelum nya dimainkan Minseok, ia memainkan nada yang sama seperti yang Minseok mainkan persetan ia harus menipu adiknya, Suho hanya tidak ingin Jongdae kembali terpuruk lagi.
Jongdae menghentikan langkahnya yang hanya berputar-putar sedari tadi di tempat ketika mendengar permainan piano yang terhenti terdengar kembali ditelinganya, ia menajamkan indera pendengarannya kemudian melangkah mendekati asal suara hingga Jongdae mendapati pintu ada dihadapannya, baru saja ia ingin membuka pintu ruang kerja milik Suho tetapi gerakannya terhenti karena Kim Jongdae menyadari sesuatu "Itu bukan Minseok.." gumamnya, dan entah kenapa kedua kakinya tidak dapat lagi menumpu tubuhnya hingga ia terduduk didepan pintu walau ia buta dirinya tahu bagaimana cara membedakan permainan piano milik Suho dan Minseok.
Dan jelas permainan yang barusan masuk ketelinganya tidaklah sama seperti sebelum dentingan kasar itu terdengar, apa itu artinya tadi adalah yang terakhir kali ia mendengar Minseok memainkan lagu itu untuknya?
Kyungsoo hanya bisa menatap bangsal yang terisi tubuh Minseok yang sudah tertutupi kain putih didorong menjauhi dirinya dan Chanyeol, ia tidak bisa lagi menahan airmata yang sudah ingin jatuh dari matanya semenjak ia memutuskan akan mengantarkan Minseok ketempat latihan piano itu.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Chanyeol, ia tahu Kyungsoo pasti merasa bersalah karena mengijinkan Minseok pergi bahkan mungkin rasa bersalah Kyungsoo jauh lebih besar dari yang pernah dirinya rasakan dahulu.
"Kau jelas tahu apa yang kurasakan.. kau pernah merasakannya bukan?"
Chanyeol terdiam ia tidak menyangka pada akhirnya Kyungsoo membiarkan Minseok keluar ,walau Minseok tidak sempat bertemu dengan Jongdae tetapi keputusan yang Kyungsoo ambil untuk membiarkan Minseok keluar sebelum waktu nya habis sungguh diluar prediksi Chanyeol.
"Aku tidak apa-apa, aku tidak akan menangis meraung-raung seperti seorang wanita.." lanjut Kyungsoo, ia merogoh sakunya untuk memenuhi janjinya pada Minseok. Jika dirinya tidak berhasil membawa Minseok kembali ia akan membaca surat yang dititipkan Minseok padanya.
Perlahan ia membaca isi surat itu secara seksama, kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan tanpa bisa ditahan lagi, Kyungsoo tiba-tiba jatuh terduduk dilantai usai membaca surat terakhir dari Minseok bahkan kini Kyungsoo menarik semua kata-katanya kalau ia tidak akan menangis meraung-raung seperti wanita, karena sekarang Kyungsoo tengah meraung di tengah koridor rumah sakit setelah membaca deretan kata yang di tulis Minseok untuknya, bahkan Chanyeol sampai memeluk pria itu untuk menenangkan Kyungsoo.
"Ada apa Kyungsoo-ssi?" merasa ia tidak mendapatkan jawaban apapun dari Kyungsoo yang tengah meraung, dengan mengesampingkan rasa sopan santun Chanyeol mengambil surat yang di baca Kyungsoo dan segera membacanya.
Kyungsoo-aaaaahhhh, kau adalah saudara terbaikku walaupun kau bukan adik kandungku, tapi paling tidak kau sudah kuanggap adik yang tidak pernah kumiliki sebelumnya..
Terima kasih, aku tahu kau pasti tidak akan tega dan membiarkanku keluar untuk menemui Jongdae, kau sangat baik Kyungsoo-ah... sekarang aku sudah tidak ada lagi untukmu, kau tidak perlu lagi menjadi pengawalku. Aku sudah meminta ibu untuk mengurus kepindahanmu ketika aku sudah tidak ada lagi disisimu, kau sudah tidak harus home schooling lagi bersamaku, kau sekarang bisa merasakan masa sekolah yang tidak pernah kau rasakan sebelum nya karena diriku.. kau bebas Kyungsoo-ah.
Dan ibu juga sudah mengurus segala kebutuhan surat asuh untukmu Kyungsoo-ah, sekarang kau adalah adikku dan aku tidak menerima penolakkan.. nae namdongsaeng.
Terima kasih, kau sudah menjagaku dengan baik selama ini.
Dan aku punya 1 permintaan lagi kuharap kau mengijinkannya karena ibu sudah mengijinkannya kau tentu harus mengikuti kemauan Hyungmu ini bukan?
Ijinkan aku mendonorkan kedua mataku untuk Jongdae..
Kau pasti mengijinkannya bukan?
Selamat tinggal, aku harap Tuhan masih memberikanku kesempatan untuk menjadi Hyungmu lagi suatu saat nanti Kyungsoo-ah, dan memberikanku kesempatan juga untuk mengenal Jongdae dan Chanyeol di kehidupan selanjutnya.
~Kim Minseok~
Chanyeol meremas pelan surat dari Minseok, ia mengusap punggung Kyungsoo yang masih menangis di sisinya ia mengerti mengapa Kyungsoo sampai menangis seperti ini bahkan jika ia bisa dirinya juga ingin menangis saat ini. Pria itu, Kim Minseok meninggalkan banyak hal baik sebelum kepergiaannya pada Kyungsoo bahkan rela memberi matanya untuk Jongdae, bukankah itu artinya Jongdae akan bisa melihat lagi.
⇨ Gone ⇦
1 tahun kemudian
Bruk Bruk Bruuuk!!
"Yaak apa kau bisa tidak berlari Kim Jongdae?" omel Suho sembari meminum kopi dipagi harinya sambil menggeleng melihat adiknya yang selalu terlambat di pagi hari.
"Kenapa Chanyeol tidak membangunkanku??? Aku terlambat Hyung.." Jongdae berlari dan langsung menyambar roti bakar di atas piring milik Suho.
"Yaak itu rotiku!"
"Aku tidak punya waktu untuk membuat roti lagi Hyung, dimana Chanyeol?" Tanya Jongdae sembari menguyah roti nya dan memakai dasinya hari ini semester baru di sekolahnya.
"Dia menjemput Kyungsoo sepertinya, anak itu semenjak bisa kembali bersekolah bahkan bisa bersekolah bersama dengan Kyungsoo dia selalu rajin berangkat pagi hanya untuk menjemput Kyungsoo.."
Jongdae meminum susu miliknya agar roti di dalam mulutnya segera tertelan, kemudian merotasi malas matanya sepertinya ia akan berangkat seorang diri lagi hari ini "Baiklah-baiklah, aku berangkat Hyung aku akan bertemu dengan mereka nanti disana.. Sampai jumpa nanti.."
"Hei, bukankah ini masih terlalu awal untuk kau berangkat.." Suho baru sadar Jongdae berangkat terlalu awal setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, jadi tadi Chanyeol berangkat jauh lebih pagi lagi? Cih mereka itu.
"Ck, mau kemana mereka sebenarnya?" Suho segera melangkah menuju ruang kerjanya tetapi langkahnya terhenti ketika melewati kalender, ia sampai mundur beberapa langkah kembali menghampiri kalender dan menatap kalender harian di hadapannya "Ah, sudah setahun ternyata.." gumam Suho sambil tersenyum, dan iapun tahu kemana mereka pergi pagi ini sebelum berangkat menuju sekolah.
Jongdae memarkir mobilnya lalu segera beranjak keluar dari dalam mobil dan melangkah dengan cepat melewati beberapa batu nisan disekitarnya, ia melangkah dengan pasti menuju sebuah batu nisan tepat di dekat ujung bukit menghadap ke pantai ia membaca ukiran nama di batu nisan itu dalam hatinya 'Kim Minseok'
Perlahan Kim Jongdae meletakkan seikat bunga Lily didepan batu nisan milik pria yang ia sukai setahun lalu bahkan masih tetap ia sukai sampai sekarang. Tangannya merogoh kedalam saku kemudian meletakkan alat perekam diatas batu nisan, ibu jarinya menekan tombol play dan lantunan piano yang di mainkan Minseok malam itu kembali terputar.
July - In Love
"Minseok-ah, aku tahu kau datang malam itu.. lagumu untukku sampai dengan jelas ketelingaku..." Jongdae berjongkok di depan batu nisan tersebut, menatap lekat-lekat ukiran nama pria yang sempat mengisi hatinya.
"Terima kasih untuk matamu Minseok-ah, hari ini seharusnya Chanyeol dan Kyungsoo juga datang mungkin mereka telat.."
Kali ini Jongdae mengeluarkan sebuah walkman dan sebuah kaset dari tasnya ia meletakkan walkman itu di depan batu nisan dan memutar kaset nya setelah ia memasukkan nya kedalam walkman berwarna biru itu setelah mematikan rekaman yang dibuat oleh Minseok.
Ia memutuskan untuk memutar lagu tersebut melalui walkman dan mendengarkan versi aslinya bersama dengan Minseok saat ini "In Love..." gumamnya ketika mendengar lantunan nada yang keluar dari walkman milik Minseok yang selalu digunakannya sebagai pedoman latihan, Suho memberikan walkman tersebut padanya 3 bulan setelah Minseok meninggal dan seusai Jongdae menjalani terapi dan pencakokan mata.
"Saranghae Minseok-ah... aku yakin dikehidupan selanjutnya kita akan bertemu lagi bukan?" Jongdae menatap batu nisan itu lagi, jemarinya terangkat. Dengan telunjuknya ia meraba ukiran nama Minseok di batu tersebut "Aku yakin akan melihat mata itu lagi, hidung itu lagi, dan wajah bulatmu lagi.. bahkan bibirmu lagi Minseok-ah.."
"Saranghae.." ucap Jongdae lagi bahkan hampir setiap hari dalam setahun Jongdae akan mengucapkan 'Saranghae' ketika ia melihat pantulan mata milik Minseok pada kaca dihadapannya yang sekarang bersarang di rongga matanya, seolah-olah setiap ia mengatakan kata-kata itu mata milik Minseok akan mengucapkan kata balasan 'Nado Saranghae' padanya.
"Aku mencintaimu, Kim Minseok.."
THE END
Jika ff ini di remake, pairing siapa yang ingin kalian lihat untuk mengisi FF ini.
Vote & Comment ya...
^•^
FF INI Terinspirasi dari MV Jin - Gone disana Xiumin sama seperti di FF.
Taraaaa, anggaplah tu cewek Chen lah ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar