UNTIL YOU
|
|
|
***
"Dia... Dia bukan bermarga Kim, dia adikku Choi Junmyeon.." Siwon kembali membungkuk pada kedua orangtua Yixing seolah-olah ia tengah memperkenalkan dirinya sebagai satu-satunya keluarga Junmyeon yang tersisa.
"Dia, apa kau benar-benar yakin dia adikmu? Kenapa kau membiarkannya memakai nama Kim dan hampir selalu terbully di sekolah?"
Kali ini Lucas berceloteh dan tidak terima dengan keadaan yang JunMyeon lalui saat berada disekolah, Lucas sama sekali tidak mengerti dengan harta dan kekuasaan yang dimiliki oleh Junmyeon dia tidak perlu menghadapi sikap kurang mengenakan dari seisi sekolah bukan?
"Dia tidak ingin terlihat mencolok, sejak SMP dia sudah menggunakan nama Kim marga dari keluarga ibuku. Aku tidak bisa menghalanginya aku hanya bisa mendukungnya, selagi dirinya masih baik-baik saja dan bisa menghandle segalanya seorang diri sebagai Kim Junmyeon." Siwon menoleh pada pintu ruang operasi yang masih tertutup dan lampu merah diatasnya masih menyala "Tapi Ju Junshik sepertinya sengaja membangunkan Singa yang sudah tertidur sangat lama."
⇨ Until You ⇦
Gelas yang sebelumnya berada dalam cengkraman Ju Kangshik tiba-tiba terjatuh ketika mendengar apa yang disampaikan oleh Donghae padanya dan Hyukjae pagi itu.
"Adikku? Menabrak Zhang Yixing?"
Kangshik segera bangkit berdiri hingga melupakan rasa sakit diperutnya walau sudah hampir sembuh tapi tetap saja jika bergerak dengan tiba-tiba luka itu akan terbuka lagi.
"Kau mau pergi kemana?"
"Aku harus menemuinya, dan menemui ayahku. Mereka sudah keterlaluan bukan? Kenapa mereka harus mencelakakan orang lain?"
Donghae menahan Kangshik yang berniat untuk pergi "Kau tahu, mereka tidak akan mendengarkanmu. Kemarin kulihat beberapa anak buah ayahmu berada disekolah sepertinya dia mencarimu, jika kau sampai keluar dari rumah ini mungkin kau akan menyusul Yixing dirumah sakit."
"Kau harus lebih tenang, kau yang tahu bagaimana tabiat keluargamu sendiri, apa kau berniat bunuh diri?"
Hyukjae dan Donghae ada benarnya, Kangshik pergi dari rumah malam itu demi menyelamatkan diri jika dia kembali kesana belum tentu dirinya akan bisa keluar lagi dalam keadaan hidup. Kangshik bersandar pada dinding kamar Hyukjae yang ditempatinya selama beberapa hari ini, ia mengusap wajahnya dengan kasar kepalanya sangat sakit memikirkan kenapa adiknya menargetkan Zhang...
Sebentar...
Sepertinya Kangshik teringat sesuatu saat dirinya menjenguk Junshik dipenjara hari itu, 3 hari setelah adiknya tertangkap.
"Siapa tadi yang menjebloskanku kedalam penjara?"
Kangshik menghela nafas ia melirik adiknya "Yixing, Zhang Yixing. Dia putra tunggal keluarga Zhang."
Mendengar nama tersebut Junshik mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian tersenyum pada Kangshik "Sampai bertemu lagi Hyung.." Kangshik berusaha menghiraukan senyuman adiknya yang terlihat semakin tidak normal, namun bisa ia yakinkan senyuman itu penuh dengan semangat seolah-olah ucapannya akan memang benar terjadi sebentar lagi.
"Sejak awal keluar dari penjara bukan Jaemin yang diincarnya.." ucap Kangshik dengan tiba-tiba ia seperti seorang detektif yang baru saja memecahkan motif seorang pembunuh.
"Apa maksudmu?"
"Dia... Tersenyum padaku saat tahu yang menjebloskannya dalam penjara adalah Yixing. Dia sudah menargetkan Yixing sejak awal."
Donghae mendekati Kangshik ia mencengkram bahu temannya itu "Apa maksudmu Ju Kangshik, mengapa Yixing?"
"Karena Yixing membuatnya tertangkap, Yixing membawa polisi-polisi itu kesekolah saat Junshik menyerang adikmu dan Jaemin."
Semuanya tahu yang membawa polisi menuju gudang saat itu adalah Yixing namun semua juga tahu bahwa Jungwoolah yang menghubungi polisi dengan suara gemetar ketakutan.
"Jika dia menargetkan Yixing maka..." Hyukjae mengantungkan kalimatnya, ia tahu target selanjutnya setelah Yixing.
Lucas berlarian mencari keberadaan Jungwoo dipusat perbelanjaan yang tengah pergi bersama dengan ibunya, dengan wajah panik dan sesekali meminta maaf pada orang yang ditabrak olehnya Lucas memasang matanya keseluruh penjuru pusat perbelanjaan.
Betapa kagetnya dia saat tengah menemani Jeno tiba-tiba saja Donghae menghubungi Jeno untuk mengatakan padanya target Junshik selanjutnya mungkin saja Jungwoo. Karena saat itu yang berani menghubungi dan membawa polisi untuk menangkap Junshik adalah Jungwoo dan Yixing.
Lucas menatap ponselnya yang tengah menghubungi Jungwoo namun tidak ada jawaban sama sekali, apa ponselnya tertinggal??
"Jungwoo-ya, kau dimana?" gumamnya panik, ia takut terjadi sesuatu pada Jungwoo-nya setelah melihat apa yang terjadi pada Yixing. Lucas bahkan menghiraukan berita tentang kecelakaan yang di alami oleh Yixing di tv raksasa dalam pusat perbelanjaan, karena terlalu sibuk mencari Jungwoo hingga ia pun tidak sadar melewati pelaku kejahatan yang sebenarnya.
"One down, one to go." gumam Junshik sambil menurunkan topi hitamnya dengan sebuah smirk di bibirnya setelah melihat berita tentang Yixing dalam siaran berita diTV besar yang berada dihadapannya, matanya melirik kearah seberangnya disana targetnya terlihat tengah bercengkrama dengan seorang wanita paruh baya sambil melangkah kecil.
"Kau akan segera bertemu dengan temanmu Kim Jungwoo." tambahnya lagi sebelum melangkah perlahan mendekati Jungwoo dan wanita paruh baya tersebut.
Langkah Lucas terhenti panggilannya terangkat, ia bisa mendengar suara Jungwoo yang tengah meminta maaf karena baru mengangkat panggilannya.
"Kau dimana? Aku akan kesana."
"Aku?"
Jungwoo menatap ibu Lucas bingung namun ia menatap sekeliling mencoba mendeskripsikan tempat berdirinya saat ini, Jungwoo menoleh keatas ia melihat TV besar diatas sana tengah menayangkan berita tentang kecelakaan Yixing bahkan berita itu terdengar oleh Lucas "Yixing Hyung kecelakaan?" tanyanya tidak percaya.
Mendengar suara besar televisi lewat panggilannya dan ditelinga lainnya yang tidak tersambung dalam panggilan tersebut membuat Lucas menoleh kearah televisi besar disisi kirinya, ia bisa melihat Jungwoo dikejauhan bersama dengan ibunya.
Senyum terukir dibibirnya ketika ia melihat Jungwoo baik-baik saja dan saat ini tengah mendongak melihat berita, namun senyumnya perlahan menghilang ketika melihat seorang pria mencurigakan dengan pakaian dan topi serba hitam melangkah perlahan kearah Jungwoo.
"Sial!"
Lucas memutuskan sambungan panggilannya dan segera berlari kembali kearah sebelumnya untuk menggunakan jembatan yang menghubungkan lantai sisinya yang bersebrangan dengan sisi Jungwoo.
"Halo? Lucas??" Jungwoo masih memanggil Lucas melalui ponselnya namun dia hanya mendengar nada tidak tersambung, apa Lucas marah padanya?
"Ada apa Jungwoo-ya?"
"Sepertinya Lucas marah padaku ahjuma.."
Ibunda Lucas terkekeh ia sangat tahu dan mengenal anaknya, tidak mungkin Lucas bisa marah pada Jungwoo itu kejadian langka jika sampai terjadi. "Dia tidak akan marah padamu percaya padaku."
"Tapi.."
".....Woo-ya.."
"Jungwoo-yaaaa!!"
Jungwoo menoleh saat mendengar suara Lucas memanggilnya, ia berbalik badan dan melihat Lucas tengah berlari kearahnya. Jungwoo tersenyum melihat kekasihnya benar-benar berada disini menemuinya, namun senyumnya perlahan memudar ketika ia melihat wajah panik Lucas dan bergantian dengan seorang pria mencurigakan berpakaian serba hitam tengah berjalan kearahnya.
"Pergi dari sana Jungwoo-ya!!"
Pria itu mengeluarkan sebuah pisau lipat dari sakunya, Jungwoo bahkan melihat smirk dari bibir pria tersebut yang sebagian wajahnya tertutup dengan topi. Namun sampai kapanpun Jungwoo tidak akan melupakan siapa pemilik smirk menyeramkan itu, Ju Junshik.
"Ahjuma, pergi dari sini." Jungwoo segera menarik Ibu Lucas untuk segera pergi walau langkahnya sendiri tertatih, terlebih kini pria tersebut secara terang-terangan mengangkat pisau lipat ditangannya dan membuat beberapa pengunjung yang panik berteriak dan berlarian karena takut.
"Omo!!"
Jungwoo segera menarik ibu Lucas yang terjatuh karena dorongan orang-orang yang panik, namun dirinyapun terdorong hingga jatuh terduduk. Dengan cepat Jungwoo merangkak kearah ibu Lucas dan melindungi wanita paruh baya itu dari beberapa orang yang berlarian karena ketakutan.
Ia sudah pasrah jika Junshik akan menyerangnya yang terpenting saat ini melindungi ibu Lucas yang sudah dianggap ibu kandungnya sendiri.
Junshik mengangkat tangannya tinggi-tinggi ia mengibaskan tangan dan pisaunya pada Jungwoo namun justru mata pisaunya menggores lengan Lucas yang datang memeluk kekasihnya dan ibunya tersebut.
"Ha! Apa kau tidak bisa mengantri? Aku akan membunuhmu setelah berurusan dengan kekasihmu Lucas-ssi?"
Ibu Lucas menjerit ia terkejut melihat anaknya terluka karena pria mengerikan itu, ia ingin memeluk Lucas namun anaknya sudah kembali berdiri, karena takut wanita itu memeluk Jungwoo yang juga gemetar ketakutan.
"Apa masalahmu?"
"Masalah? Diriku sama sekali tidak memiliki masalah dengan kalian andai saja kalian tidak mengangguku. Yixing, Jungwoo, kau, dan Kim Junmyeon oh aku sudah memilih cara paling indah untuk menyiksa kalian."
Lucas mendengus, ia hampir mentertawakan kegilaan Junshik tapi dadanya terlalu panas dan ingin menghabisi Junshik saat ini juga dirinya sama sekali tidak bisa tertawa walau sedetik saja. Dalam sekali gerakan Lucas memukul wajah Junshik dan menendang dadanya hingga Junshik terjerembab kebelakang.
"Mungkin kau harus berpikir ulang dengan siapa dirimu berurusan kali ini."
"Cih.." Junshik membuang liur dan darahnya, dirinya beranjak berdiri dan mengibaskan pisau ditangannya pada Lucas tapi beberapa orang berpakaian seperti bodyguard menahannya.
"Siapa kalian? Apa kalian ingin mati eoh!!"
Lucas terkekeh melihat wajah terkejut Junshik tengah meronta-ronta meminta untuk dilepaskan karena dirinya kini ditahan beberapa orang "Lihat siapa yang ketakutan saat ini.." ejek Lucas, ia menghiraukan lengannya yang terluka karena ulah Junshik tadi, namun ia menunduk sebentar menyapa seseorang yang baru saja datang dengan stelan jas abu-abu dan rambut yang tertata rapi, sangat berbeda dengan penampilannya di sekolah.
"Kim Junmyeon? Eoh, pakaian apa yang kau gunakan, hahahaha, lepaskan aku atau aku akan membu-..."
"Membunuhku? Sebaiknya kau pastikan dengan baik siapa yang ingin kau bunuh Junshik-ssi."
Dengan gerakan kepalanya JunMyeon meminta anak buahnya untuk membawa Junshik kembali kepenjara, "Kalian baik-baik saja? Bagaimana dengan Jungwoo?"
Pertanyaan akan keadaan Jungwoo membuat Lucas tersadar bahwa Jungwoo sedari tadi berada di belakangnya, ia segera berjongkok dan mengecek keadaan Jungwoo "Jungwoo-ya kau tidak apa-apa?"
"Apa yang kau lakukan? Junshik akan mencari gara-gara denganmu, lihat tanganmu. Dia akan membuatmu seperti Jaemin dan K..." belum sempat Jungwoo selesai menyebut nama sahabatnya yang tewas dulu Lucas sudah memeluknya dengan erat.
"Ssshh aku tidak apa-apa, aku tidak apa-apa, aku benar-benar baik-baik saja Jungwoo-ya." Lucas memeluk erat Jungwoo dan mengelus punggungnya menenangkan Jungwoo yang sangat ketakutkan.
"Kali ini akan kupastikan dia tidak akan bebas. Serahkan semuanya padaku." ucap Junmyeon sebelum membungkuk hormat pada ibu Lucas dan berpamitan pada Lucas lalu segera beranjak dari sana menyusul anak buahnya yang sudah membawa pergi Junshik.
⇨ Until You ⇦
Suara meja yang dipukul dengan keras dalam ruang kerja tuan besar Ju menggema sampai ruang tamu. "Bagaimana bisa Junshik tertangkap lagi!! Bukankah sudah kukatakan kalian harus mengawasi dan menjaganya!! Singkirkan para penganggunya!!"
Semua pengawal yang berada dalam ruang kerja itu hanya diam dan menunduk takut akan makian dari sang tuan besar. Dia terlihat menggila karena sang anak bungsu kembali tertangkap "Siapa yang menjebloskannya? Akan kuhancurkan dia berkeping-keping.."
"Kudengar, keluarga Choi sendiri yang turun tangan atas kejadian ini."
Bukan main terkejutnya tuan besar Ju saat mendengar nama keluarga Choi disebutkan oleh anak buahnya, dirinya sangat ingin menghancurkan orang yang berani menyentuh sang anak namun jika memang itu adalah keluarga Choi dirinyapun tak bisa berkutik.
Telepon dalam ruangannya berbunyi ia mengangkatnya malas sambil mengusir keluar anak buahnya "Ya..." jawabnya angkuh namun keheningannya hanya berlangsung beberapa waktu saja, karena ekpresinya segera berganti jadi terkejut saat telinganya mendengar apa yang diucapkan oleh asisten pribadinya dari seberang sana.
"Apa?!!"
Dengan kasar tuan besar Ju membanting gagang telepon kembali ketempatnya, ia bahkan memukul-mukul meja kerjanya dan berteriak kesal hingga urat lehernya tertarik ditambah wajahnya memerah karena menahan kesal.
Saham perusahaannya anjlok dikarenakan kasus yang menimpa anaknya terbongkar ke publik, bahkan Kangshik anak sulungnya pun ikut menjadi saksi atas kejahatan yang dilakukan Junshik berbekal hasil visum akan luka diperutnya.
"Aku akan pergi ke kantor sekarang.." dengan langkah gesit dan menahan amarahnya Tuan Besar Ju keluar dari ruang kerja pribadi dirumahnya ia akan ke kantor dan memastikan dirinya tidak kehilangan segalanya.
"Cari dan temukan Kangshik! Seharusnya malam itu Junshik bisa membungkam mulut anak sialan itu dengan benar!" perintahnya pada seluruh anak buahnya sebelum ia masuk kedalam mobil yang membawanya menuju kantor, ia harus melakukan rapat pemegang saham darurat.
Begitu ia tiba di kantor dan mendatangi ruang rapat didalam tidak ada satupun orang pemegang saham berada disana, ia hanya melihat punggung seorang pria tengah berdiri didalam sambil menatap pemandangam kota dari kaca didekat jendela lebar dalam ruangan tersebut.
"Siapa kau? Kenapa kau bisa berada disini?"
Pria dengan stelan jas berwarna abu-abu tersebut berbalik badan ia tersenyum penuh keangkuhan berbeda dengan senyum ramah yang selama ini selalu ditunjukan olehnya dihadapan teman-temannya.
"Oh kau tidak mengenaliku? Bagaimana caraku memperkenalkan diriku padamu?"
"Choi Junmyeon, diriku pemegang 80% saham perusahaan milikmu." pria tersebut, Junmyeon. Mengulurkan tangannya dengan tujuan agar bisa menjabat tangan pria paruh baya yang terkejut dihadapannya, namun jabatan tangannya tidak bersambut.
"Apa maksudmu?! Bagaimana anak ingusan seperti dirimu menjadi pe..."
Junmyeon melemparkan sebuah map dari bahan kulit yang tebal dan berlapiskan kain beludru berwarna biru saphire keatas meja panjang diruang rapat "Itu salinannya kepemilikin 80% saham milikku jika kau tidak percaya."
"Bukankah kau ingin mengadakan rapat besar? Aku sudah datang apa yang ingin kau katakan."
Tuan besar Ju mengambil map tersebut memeriksa isinya dan memang benar adanya seluruh pemegang saham menarik uang mereka pada saham anjlok di perusahaannya dan menjualnya pada bocah ingusan itu "Kau pikir kau siapa eoh!! Kau ingin menghadapi keluarga Ju seorang diri?!!" maki Tuan Besar Ju bahkan melempar kembali map yang diperiksanya ke wajah Junmyeon hingga pipi kirinya terluka karena tergores bagian siku map tebal tersebut.
"Haruskah kuulang namaku?" tanya Junmyeon dengan suara tenangnya, ia bahkan masih menatap pria tua itu dengan tatapan tajam miliknya.
"Aku Choi-Jun-myeon. Seharusnya kau bisa mendidik anakmu untuk menjauh dari masalah denganku. Akan kubuat dirimu dan anakmu hidup segan matipun tak mau. Kalian berurusan dengan orang yang salah." ucap Junmyeon penuh dengan penekanan ia bahkan mendengus di akhir kalimat begitu melihat si tua itu terkejut saat Junmyeon mengulang namanya.
Choi Junmyeon dikabarkan menghilang dari Korea Selatan sejak 5 tahun lalu, berita mengatakan wajahnya tidak pernah diketahui oleh media dan pergi dari Korea menuju negara lain untuk bersenang-senang karena harta mereka terlalu banyak, mereka bahkan pernah menulis artikel bahwa Junmyeon menghabiskan ratusan juta Poundsterling di Eropa yang mana kenyataannya Junmyeon sedang mengikuti ujian masuk ke ChoiShin highschool.
"Bersiap-siaplah untuk kehilangan apa yang sudah kau bangun." Junmyeon melangkah keluar dari ruang rapat tersebut tetap dengan wajah angkuhnya ia seolah menatap jengah mata pria dihadapannya yang jauh lebih tua daripada dirinya.
"Apa kau sudah gila? Kau pemilik 80% saham uangmu akan hangus begitu saja jika perusahaan ini bangkrut."
Langkah Junmyeon berhenti ia hanya menoleh sedikit sambil mendengus "Siapa yang mengatakan padamu aku membeli saham perusahaanmu untuk membantumu? Aku hanya sedang menunggumu dan keluargamu terkubur perlahan.." Junmyeon berbalik ia terkekeh pelan dan singkat "Dan kali ini akan kupastikan anak kesayanganmu Ju Junshik, akan mati membusuk dipenjara."
Usai mengucapkan kata-kata penuh intimidasi dan tekanan tersebut Junmyeon segera beranjak pergi dirinya hiraukan bagaimana raut terkejut dari si tua Ju tersebut, ia menoleh pada seorang pria berpakaian serba hitam yang keluar dari ruangan tuan besar Ju sambil membawa beberapa map, matanya dan seorang pria tersebut bertatapan dan keduanya saling mengangguk tanda bahwa misi mereka telah usai, dan keduanya masuk kedalam lift bersama-sama.
Kangshik melemparkan perlahan map yang didapatkannya dari hasil menyelundup dikantor sang ayah keatas kasur Hyukjae, ia menyelundup dengan ahli ketika JunMyeon mengalihkan perhatian sang ayah, pengalihan yang membuat ayah Kangshik tersebut mungkin saat ini tengah sakit leher karena kekesalan akutnya pada Choi Junmyeon.
"Sudah kucari semua tempat hanya ada ini dan ini.." Kangshik menunjuk map dan melemparkan sebuah flashdisk di atas map hitam tersebut "Semuanya bukti korupsi dan penggelapan dana, ditambah lagi pembunuhan yang dilakukan Junshik 3 tahun lalu semua laporan dan berkasnya ada disini." jelas Kangshik panjang lebar.
"Kau yakin akan menjebloskan ayahmu sendiri dan Junshik kepenjara?" Hyukjae bertanya-tanya, bagaimanapun mereka satu-satunya keluarga milik Kangshik bukan? Jika sampai Kangshik menjebloskan mereka kepenjara dia sudah tidak memiliki keluarga lagi.
"Sejak dulu dirikupun bertanya-tanya apa mereka keluargaku atau bukan? Ayahku sudah seperti itu sejak diriku lahir dan melihatnya menyiksa ibuku, sedangkan Junshik dia terlalu dekat dengan ayahku, bahkan ketika ibuku meninggal bunuh diri mereka berdua tidak menangis. Keluargaku satu-satunya hanya ibuku Hyukjae-ah... hanya ibuku.."
Hyukjae terdiam, ia tahu bagaimana rasanya hidup tanpa seorang ibu. Namun dia tidak tahu bagaimana bisa Kangshik bertahan hidup dengan keluarganya yang seperti itu, jemari Hyukjae terulur untuk menghapus air mata yang menetes di wajah Kangshik.
"Jika mereka bukan keluargamu makan jangan biarkan air matamu jatuh untuk mereka."
Ucapan Hyukjae pada Kangshik membuat pria itu mendapatkan sedikit semangat dalam hidupnya, ia mengenggam jemari Hyukjae yang baru saja menghapus tetesan airmatanya yang tanpa sadar mengalir begitu saja.
"Gomawo Hyukjae... seharusnya aku menjadi temanmu sejak lama bukan musuhmu."
Entah mengapa ada rasa sesak dan penyesalan mendalam di dadanya, ia bahkan tidak tahu airmata selanjutnya ini untuk ibunya atau keluarganya atau untuk penyesalannya selalu memusuhi Hyukjae yang sejak awal menarik perhatiannya.
Perlahan Hyukjae menarik kepala Kangshik agar bersandar pada bahunya, baginya Kangshik terlihat sangat rapuh. Disaat ia mendambakan sebuah keluarga utuh dan normal namun yang didapat olehnya justru kehidupan seperti ini.
"Kau boleh menangis Kangshik-ah, keluarkan semua yang kau tahan." ucap Hyukjae sambil menepuk-nepuk kepala Kangshik yang kini tengah menangis di atas bahunya, tangisannya kian lama kian keras Kangshik bahkan sampai memeluk tubuh Hyukjae untuk melampiaskan sesak didadanya.
Sedangkan dibalik pintu kamar Hyukjae, Donghae bersembunyi seperti dahulu ia bersandar di dinding dan mendengar semua pembicaraan Kangshik dan Hyukjae terlebih dirinyapun melihat pelukan erat Kangshik pada tubuh kekasihnya.
Ia marah, namun Donghae tahu Kangshik saat ini membutuhkan Hyukjae, sama seperti Donghae pun juga menyadari perasaan Kangshik pada kekasihnya itu.
Cinta?
Mungkinkah sejak awal mereka sebenarnya sudah menyukai orang yang sama?
2 tahun lalu, saat mereka bertemu dengan Hyukjae pertama kali.
⇨ Until You ⇦
Junmyeon duduk berhadapan dengan Hyukjae dan Kangshik sedangkan Donghae berada di sisi kanannya, mereka tengah berada di cafe tempat dimana Jaemin bekerja namun beberapa hari ini kekasih Jeno itu memutuskan untuk mengambil cuti ia ingin menjaga Yixing seperti dahulu hyungnya itu menjaganya saat berada di rumah sakit.
Kedua matanya menatap map dan flashdisk yang diserahkan oleh Kangshik padanya, sekali lagi Junmyeon menatap Kangshik dihadapannya "Kau yakin?" pertanyaan Junmyeon membuat Kangshik menoleh lagi pada Hyukjae, ia melihat dukungan dari tatapan Hyukjae kepalanyapun mengangguk.
"Aku yakin, pastikan saja mereka membayar apa yang sudah mereka lakukan."
Junmyeon segera mengambil map dan flashdisk tersebut ia menghela nafas lega data yang dimiliki olehnya saat ini bisa membuat keduanya dipenjara dan tentu saja menghancurkan kerajaan bisnis milik keluarga Ju.
"Lalu bagaimana denganmu?" kali ini Donghae yang mengajukan pertanyaan, ia tidak tega melihat keluarga temannya sendiri hancur.
"Aku belum memikirkannya."
"Akan kucari cara untuk membantumu, tenang saja." Junmyeon menimpali, walau Kangshik pembully namun dirinya tidak pernah bermain dengan nyawa seseorang. Dia hanya pembully biasa jika dibandingkan dengan adiknya, dan Junmyeon merasa ia harus membantu Kangshik jika masalahnya dengan kedua Ju yang lain selesai.
"Kangshik-ah, ayo kita bicara.." ajak Donghae yang sudah berdiri, ia mengelus sayang surai rambut Hyukjae sebelum berjalan pergi dengan Kangshik menuju lantai 2 dan keluar menuju balkon.
Junmyeon yang tengah menatap data-data didalam map merasa bahwa saat ini ada yang tengah menatapnya dengan sebuah tanda tanya besar. Dan benar saja, ketika ia menoleh Junmyeon melihat Hyukjae tengah menatapnya.
"Ada apa Hyung?"
"Kau benar-benar seorang Choi? Kau adik kepala sekolah?"
Junmyeon terkekeh ia menganggukkan kepalanya "Akupun tidak menyangka rahasiaku akan kubuka sendiri secepat ini, namun tidak ada yang tahu selain kalian jadi kumohon rahasiakan ini dari Yixing. Aku takut dia menjauhiku."
"Setelah apa yang kau lakukan untuknya?"
"Ini hanya hal yang harus kulakukan saat temanku kesusahan."
Hyukjae mengangkat sebelah alisnya "Teman? Ah ingatkan aku untuk tidak menjadi temanmu jika reaksimu dalam segala masalah adalah menggunakan kekuasaanmu." ledek Hyukjae.
"Hyung..." karena ledekan Hyukjae mau tak mau Junmyeon merengek, sama seperti Junmyeon yang dikenal oleh Hyukjae selama ini.
"Bagiku kau tetap Kim JunMyeon, aku yakin Yixingpun akan berpikir demikian, Choi hanya marga yang kau sandang tapi kau tetap Kim Junmyeon ingat itu."
Dengan senyum lebar Junmyeon menganggukkan kepalanya dengan patuh, mungkin ia akan jujur pada Yixing saat masalah ini sudah selesai dan tentu saja ketika Yixing sudah sadar dan sembuh dari pemulihannya.
Sedangkan kini di balkon cafe lantai 2 Donghae tengah bersandar di pagar balkon sedangkan Kangshik ia berada di sisi kanan Donghae menyandarkan perutnya pada pagar menatap pemandangan sekitar.
"Kau yakin tidak apa-apa?"
Kangshik menganggukkan kepalanya perlahan setelah menghela nafas dengan berat, pandangannya menatap sekeliling ia berusaha mengalihkan pikirannya dari apa yang tengah dialaminya saat ini.
"Tinggal lah dirumahku setelah semua ini selesai sampai Junmyeon menemukan jalan keluar untuk keadaanmu."
"Apa kau risih diriku tinggal dengan Hyukjae?"
Donghae terdiam ia tidak bisa menjawab hal tersebut, sejujurnya ia tidak pernah merasa risih dirinyapun percaya dengan Hyukjae dan Kangshik. Tapi tahu bagaimana perasaan yang dipendam Kangshik pada Hyukjaenya itu yang membuat Donghae merasa tidak nyaman akan hal itu.
"Kau menyukainya."
Kangshik menghela nafasnya, akhirnya Donghae tahu perasaannya. Datang kerumah Hyukjae saat dirinya terluka saja sudah merupakan sebuah kecurigaan besar "Kau sudah tahu ternyata..."
"Aku menyadarinya sejak kau datang dalam keadaan terluka kerumah Hyukjae, aku bahkan tidak tahu bahwa kau mengetahui dimana letak rumah Hyukjae."
"Aku... pernah mengikutinya pulang sekali dan kulihat kau berada disana didalam mobilmu memperhatikan Hyukjae memasuki rumahnya baru kau pergi."
Hening sebentar, mereka tidak tengah saling menyalahkan saat ini tapi mereka tengah merasa tidak enak dan justru merasa bersalah. Seharusnya memang sejak awal tidak ada permainan itu, sejak awal seharusnya mereka mendekati Hyukjae dengan cara normal, bukan dengan cara bodoh seperti kejadian lampau.
Karena kejadian itu Kangshik sadar ia sudah menyakiti perasaan temannya sendiri, dan yang paling menyakitkan baginya ia sadar bahwa Hyukjae menyukai Donghae.
"Maafkan aku Donghae-ya.." ucapnya tulus, dirinya benar-benar merasa bersalah atas kejadian lampau dan atas perasaannya sendiri pada Hyukjae yang belum menghilang sedikitpun.
Donghae menghela nafas sejenak, mendengar Kangshik meminta maaf dirinyapun sadar tidak seharusnya ia membahas masalah pribadinya disaat Kangshikpun memiliki masalahnya sendiri "Lupakan saja, seharusnya aku tidak membahas masalah ini disaat yang tidak tepat."
"Tidak tidak, kau benar.. Jika tidak dibahas sekarang maka aku akan terbiasa dan bergantung pada Hyukjae. Aku tidak ingin membuat kalian nantinya bertengkar karena diriku."
"Tidak akan seperti itu Kangshik-ah.."
"Tak apa.. aku akan pindah kerumahmu setelah semuanya selesai. Aku harus memastikan sendiri mereka berdua mendekam dipenjara tanpa ada yang bisa membebaskan mereka lagi."
"Kau tidak sendiri setelah ini Kangshik-ah, kami semua keluargamu." ucap Donghae sambil menepuk bahu Kangshik, ia meremasnya pelan agar temannya itu tahu bahwa Donghae akan selalu mendukung dirinya dan berdiri dibelakangnya.
⇨ Until You ⇦
"...min-ah.."
"Jaemin-ah.."
Perlahan Jaemin membuka kedua matanya, dia tertidur di perpustakaan saat jam istirahat. Andai saja suara Jeno tidak masuk dalam indera pendengarannya dia akan benar-benar melewati jam istirahat begitu saja.
"Aku tertidur.."
"Kau kelelahan, kau mau makan bersamaku?"
Dengan matanya yang masih setengah terbuka Jaemin menatap 2 kotak makan yang dibawa Jeno ditangan kekasihnya, bahkan kedua kotak makan itu digoyang-goyangkan oleh Jeno seolah-olah tengah menggoda rasa lapar milik Jaemin.
Pria manis itupun tersenyum dan mengangguk dengan cepat.
Kini keduanya tengah duduk di sky bridge, beberapa murid ada yang tengah duduk disana tidak jauh dari mereka ada juga yang hanya sekedar lewat. Sedangkan Jeno tengah sibuk membuka 2 kotak bekal berisi sandwich buatannya tadi pagi.
"Waah kau membuatnya sendiri?"
"Tentu... ini salah satu keahlianku, kau akan ketagihan dengan rasanya." Jeno menyodorkan satu potong sandwich pada Jaemin bahkan menyuapinya makan, ia tidak terlalu perduli dengan tatapan murid lain pada mereka.
Motto hidup Jaemin yang cuek dengan penilaian oranglain sudah menular pada Jeno.
"Bagaimana?"
"Kau benar membuatnya sendiri? Ini sangat enak.. kau bisa kaya raya jika membuka kedai."
Jeno hanya terkekeh, ia sudah kaya sejak lahir apa perlu dirinya menambah kekayaannya? "Aku akan menjadi chef dari kedai sandwich milikmu saja bagaimana?"
"Ah, impianmu sangat jauh sekali." Jaemin tidak bisa menyembunyikan telinganya yang kini menjadi merah karena ucapan Jeno, entah mengapa Jeno menjadi sangat lembut dan manja padanya setelah keduanya resmi menjalin sebuah hubungan.
Disaat keduanya tengah berlovey dovey ria tiba-tiba Donghyuk datang dan duduk di sebelah Jaemin bahkan bersandar pada bahu kiri Jaemin tanpa perduli kini Jeno tengah melotot melihat hal itu dan Jaemin yang bingung melihat Donghyuk datang dengan tiba-tiba dan langsung bersandar padanya.
"Yaak!" Protes Jeno kesal namun dihiraukan oleh Donghyuk.
"Ah kepalaku benar-benar pening, diam sedikit Jeno-ya."
Jaemin menoleh pada Jeno dan memberikan gesture agar kekasihnya itu diam dan berhenti merengek karena cemburu "Apa itu sandwich?" Donghyuk segera mengambil sepotong sandwich dan memakannya tanpa meminta ijin terlebih dahulu, ia menatap Jaemin dan Jeno yang tengah menatapnya tanpa merasa bersalah sambil mengunyah sandwich "Sandwich ini enak, dimana kau membelinya?"
"Jeno yang membuatkannya.."
"Jeno? Sejak kapan kau bisa membuat sandwich?"
Jeno mengerutkan keningnya bingung "Kau tahu aku bisa membuatnya sedari kecil.." Gantian kini Donghyuk yang mengerutkan keningnya tanda dirinya bingung bahkan Donghyuk sampai kembali duduk dengan tegak menatap sandwich ditangannya.
"Bukankah, aku yang selalu membuatkanmu sandwich?"
Jaemin kini menatap Donghyuk dan Jeno bergantian, tidak dia bukan cemburu dengan hubungan masa lalu keduanya tapi dirinya merasa ada yang janggal dengan sikap Donghyuk akhir-akhir ini terlebih ketika Mark datang.
"Donghyuk-ah, aku yang mengajarkanmu untuk membuat sandwich. Apa kau benar-benar lupa?"
Pernyataan Jeno tentang 'apa kau benar-benar lupa?' mengusik Donghyuk, dalam ingatannya dia selalu membuatkan Jeno sandwich "Lalu... siapa yang kubuatkan sandwich?"
"Mark Hyung.. Kau belajar membuat sandwich karena kau ingin memberikan makanan buatanmu padanya, apa kau benar-benar lupa?"
Gigitannya pada sandwich enak tersebut terhenti saat mendengar nama Mark melintas lagi ditelinganya, apa benar dirinya membuatkan sandwich selama ini untuk Mark? Tapi kenapa ingatannya justru ada pada Jeno?
"Kau hanya perlu menaruh daging dan selada seperti ini."
Donghyuk kecil tengah memperhatikan Jeno membuat sandwich untuk sang Hyung, hingga tiba-tiba Mark datang dengan hyungnya.
"Wah kau membuat sandwich? Aku sangat suka sandwich." Mark sudah hampir menyambar sandwich yang dibuat oleh Jeno namun Donghae sudah mengambil roti isi tersebut terlebih dahulu.
"Yak Hyung, aku juga ingin." Rengek Mark.
"Akan kubuatkan untukmu." Ucap Donghyuk malu-malu, ia melirik pada Jeno yang selalu tersenyum dan sudah menyiapkan sebungkus roti untuk Donghyuk.
"Tunggulah diluar aku akan mengajarkan Donghyuk membuatnya."
Mark yang menoleh karena ucapan Donghyuk pun tersenyum ia menepuk-nepuk kepala pria bulat itu "Aku akan menunggu disini.."
Mark mengikuti Donghae untuk duduk di kursi meja makan menunggu Jeno yang dengan telaten mengajarkan Donghyuk hingga sandwich miliknya selesai dan diberikan pada Mark walaupun Donghyuk sendiri ragu dengan rasa sandwich buatannya.
"Enak Donghyuk-ah. Kau harus membuatkan sandwich untukku setiap hari mulai sekarang.."
Donghyuk terdiam, kilasan lain lagi muncul diingatannya tentang dirinya dan Mark yang seumur hidup dilupakan olehnya. "Apa aku membuatkan sandwich untuknya setiap hari?"
"Ya setiap hari, setiap dia meminta kau akan membuatkannya." Jeno menjawab dengan antusias "Tapi setelah Mark Hyung pergi kau justru membuatkan sandwich untukku."
"Pergi?"
Jeno kembali menganggukkan kepalanya "Kalian pergi berkemah namun hanya kau yang pulang dengan luka di kepalamu, lalu Mark Hyung tidak pulang dan langsung pergi ke Canada. Setelah pulangpun kau tidak pernah menyebutkan namanya lagi. Apa kalian bertengkar disana?" cerita panjang Jeno diakhir dengan pertanyaan yang selama ini mengganjal dalam benaknya.
"Berkemah? Kepalaku pernah terluka?"
Baiklah keadaan mulai terlihat tidak terkendali saat ini Jaemin takut Donghyuk akan mengalami sakit kepala lagi seperti yang sudah-sudah, Jaemin segera bangkit berdiri dan menarik Donghyuk ikut berdiri "Kau harus beristirahat, jangan biarkan kepalamu mengorek hal yang tidak kau ingat. Kau hanya menyiksa dirimu sendiri, ikut aku ke UKS." Jaemin menarik Donghyuk setelah meminta Jeno menunggunya saja disini walaupun Jeno sesungguhnya sangat ingin ikut dengan keduanya.
Donghyuk menahan langkah Jaemin, ia tahu maksud teman barunya itu baik tapi ada yang dilupakannya dan ia ingin kembali mengingatnya.
"Sebentar Jaemin-ah, ada yang sangat ingin kutanyakan lagi pada Jeno."
"Kau tahu jika menanyakan hal yang kau lupakan itu hanya akan membuat kepalamu sakit Donghyuk-ah."
Donghyuk terdiam, ia masih ingat rasa sakit yang mengerogoti kepalanya ketika Mark berada di dekatnya. Ia bahkan dengan sengaja menjauhi Mark setelah dirinya menerima saran dari Jaemin di UKS, jika Mark sumber sakit kepala dan denyut sakit yang ia rasakan di dadanya Donghyuk harus menjauhinya, itu benar. Rasa sakit itu tak lagi muncul dikepalanya jika tak bertemu dengan Mark, tapi ia tidak bisa memungkiri bahwa rasa penasarannya sudah kian menggunung.
Ada apa dengan dirinya dan Mark?
"Aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.." Donghyuk segera beranjak pergi setelah melepas tangan Jaemin yang mencengkram lengannya, hari ini juga ia akan menemui Mark dan bertanya padanya tentang banyak hal yang menganjal di kepalanya.
Jaemin ingin kembali menahan Donghyuk, namun batinnya sendiripun mendukung teman barunya itu untuk mencari kebenaran diantara Donghyuk dan Mark. Iapun menghela nafas dan memutuskan untuk kembali menemui Jeno yang ternyata masih dengan patuh menunggu di Sky bridge sambil memakan sandwich.
Dengan langkah hati-hati Jaemin melangkah mendekat dan duduk di belakang Jeno, perlahan kedua lengannya memeluk Jeno dari belakang merasakan hangat matahari yang sedari tadi mungkin saja membakar punggung sang kekasih, namun Jeno justru tidak pindah dan tetap menunggu disana hingga Jaemin kembali.
"Mengapa tidak berpindah? Punggungmu terasa sangat panas Jeno-ya."
"Kau yang memintaku untuk tetap disini." Jeno yang sempat terkejut karena dipeluk dengan tiba-tiba dari belakang pun tersenyum hingga kedua matanya menyipit dan melengkung 'eye smile' yang sangat disukai Jaemin.
Jemarinya terangkat Jeno menyelipkan tangannya diantara pelukan erat lengan Jaemin, melepaskannya perlahan dan mengubah posisi duduknya, Jeno berputar dan menghadap Jaemin yang terlihat seperti siluet indah saat matahari menerpa tubuhnya dari belakang.
"Apa kau sudah mengantar Donghyuk ke UKS?" tanyanya sambil membenarkan rambut Jaemin yang berantakan tertiup angin, namun Jaemin menggeleng.
"Dia ingin mencari Mark."
Jeno menarik tengkuk Jaemin agar kedua kening mereka saling bersentuhan satu sama lain, dan untuk sesaat keduanya diam, hening tidak ada yang berbicara hingga sebuah senyum manis muncul dibibir tipis mereka berdua. Bahkan tanpa berbicarapun keduanya bisa saling melempar senyum seperti orang yang tengah di mabuk asmara.
⇨ Until You ⇦
"Naik Donghyuk-ah, kau pasti bisa."
Mark mengulurkan tangannya pada Donghyuk, ia sudah berada diatas rumah pohon dan menunggu Donghyuk untuk memanjat keatas seperti dirinya. Namun sepertinya Donghyuk terlalu takut untuk naik keatas ia bahkan hanya mendongak dengan ragu menggerakan kakinya menaiki pijakan awal.
"Aku akan memegangmu jika kau sudah naik."
"Kau berjanji Mark?"
"Aku berjanji.."
Usai menyemangati dirinya sendiri Donghyukpun mulai memanjat pijakan yang dibuat oleh pemilik kemah agar memudahkan mereka para murid yang datang berkemah untuk memanjat.
Mark tidak bisa menyembunyikan senyum di bibirnya saat melihat betapa menggemaskannya Donghyuk yang menyemangati dirinya sendiri tadi. Tangannya sudah terulur Donghyuk akan sampai sebentar lagi, ia akan menangkap jemari Donghyuk dan membantunya memanjat sedikit lagi.
Ada yang ingin di ucapkan oleh Mark pada Donghyuk jika mereka sudah tiba diatas nanti.
"Donghyuk-ah raih tanganku."
Donghyuk mendongak keatas ia melihat Mark mengulurkan tangan padanya, dengan ragu Donghyuk mengangkat tangannya dan meraih jemari Mark. Namun entah bagaimana jemarinya terasa sangat licin dan terlepas dari genggaman erat Mark.
"M-marrk!"
"Donghyuk-ah!!!"
Beberapa orang dewasa segera datang menghampiri Donghyuk dan Mark yang tengah susah payah menuruni pijakan yang ada. Sedangkan para orang dewasa segera menggendong Donghyuk yang tak sadarkan diri mereka harus segera membawa Donghyuk kerumah sakit belum lagi kepalanya tidak berhenti mengeluarkan darah.
"Donghyuk-ah.."
Mark segera berlari menyusul para orang dewasa yang membawa Donghyuk, namun langkahnya tertahan ketika ibunya menghampiri Mark dan menampar wajah Mark hingga kepanikan disana terhenti sesaat.
"Kau mendorongnya?"
Mark yang terkejut ditampar oleh ibunya sendiri hampir menangis, karena rasa takut dan kesal. Namun ia menahannya karena Mark sangat ingin melihat Donghyuk "Aku tidak mendorongnya!"
"Lalu bagaimana bisa dia jatuh dari atas eoh! Kau benar-benar sangat suka mencari masalah, kau akan ikut ibu ke Canada malam ini juga!!"
Kepalanya menggeleng ia memeluk tubuh ibunya dan menangis, memohon agar sang ibu membatalkan keputusannya. Tidak mungkin bagi Mark pergi lagi ke Canada setelah apa yang baru saja terjadi.
Ia ingin menunggu Donghyuk bangun dan mengatakan apa yang ingin diutarakannya tadi. Bahkan jika dirinya harus bersumpah bahwa dirinya tidak mendorong Donghyuk maka akan dilakukannya "Aku sama sekali tidak mendorongnya, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja."
Namun sang ibu yang memang tidak pernah percaya dengan anaknya ini tetap bersikukuh pada pendapatnya sendiri bahwa Mark bersalah dan sebagai hukumannya mereka kembali ke Canada.
Mark berteriak dan meronta ketika tubuhnya ditarik paksa oleh pengawal ibunya ketika dirinya menyelinap untuk menjenguk Donghyuk dirumah sakit, malam itu juga Mark pergi ke Canada tanpa bisa berpamitan pada Donghyuk.
Donghyuk mencari dimana keberadaan Mark, jika selama ini dia menghindari pria tampan itu kali ini Donghyuk justru dengan sengaja mencari Mark. Dan kini ia melihat orang yang dicari olehnya tengah makan di kantin menggunakan headphone yang menutupi kedua telinganya sepertinya Mark sedang berusaha menghiraukan siapapun yang tengah mengajaknya berbicara.
Dengan sekali sambaran Donghyuk menarik headphone yang dipakai oleh Mark, membuat beberapa gadis terkejut dan tentu saja dipemilik headphone ikut terkejut bukan main. Tapi ketika ia melihat siapa yang menganggu kesendiriannya Mark justru tersedak makanannya sendiri.
"Omoo Donghyuk-ssi, kau tidak perlu melakukan itu. Kami memang tengah memuji Mark tapi kami tetap fansmu.."
"Diam, aku tidak sedang berbicara padamu."
Gadis tersebut mau tak mau menutup mulutnya rapat-rapat, terkadang rasa kepedean seseorang harus sesuai dengan batasnya. Jika berlebihan hanya akan membuat oranglain merasa muak mendengarnya.
"Kurasa kau terlalu kasar padanya." kali ini Mark bersuara, ia bukan membela gadis itu namun ia tengah menggoda Donghyuk.
"Lalu?" Dengan kesal Donghyuk meraih tangan Mark dan menariknya, ia datang bukan untuk membahas tentang perilakunya tapi ada yang ingin ditanyakan olehnya. "Ikut denganku, ada yang ingin kubicarakan."
Mau tidak mau tubuh Mark beranjak mengikuti Donghyuk yang menariknya paksa keluar dari balik mejanya, namun Mark menahan Donghyuk "Apa yang ingin kau bicarakan?"
Mark justru mencengkram balik pergelangan tangan Donghyuk, sudah berapa lama ia di hiraukan oleh pria ini? Sekarang justru dirinya harus menghadapi Donghyuk yang tengah emosi terhadapnya. Padahal banyak hal yang ingin disampaikan olehnya sejak hari pertamanya bertemu dengan Donghyuk.
"Kau cukup ikut saja denganku."
Tangan Donghyuk yang lain menarik cengkraman Mark dari pergelangan tangannya hingga terlepas kemudian kembali menarik Mark agar pergi dengannya.
Namun tidak semudah kelihatannya, karena Mark justru kembali menarik Donghyuk bahkan sebelum tubuhnya beranjak dari posisi sebelumnya hingga pria berpipi chubby itu berbalik dan dengan cepat Mark meraih tengkuk Donghyuk, menempelkan bibir keduanya didepan para gadis yang kini menjerit bahkan merona wajahnya karena melihat Mark mencium Donghyuk dengan tiba-tiba di tengah-tengah kantin.
Ciuman itu hanya sentuhan singkat antara bibirnya dan bibir Donghyuk namun sudah memberikan efek terhadap pria chubby tersebut. Lihat bagaimana kini kedua matanya menatap Mark tanpa berkedip dan bibirnya yang sedari tadi mengocehpun kini hanya terbuka sedikit tanpa suara sedikitpun.
"Mari kita berbicara Lee Donghyuk.."
⇨ To Be Continued ⇦
Tidak ada komentar:
Posting Komentar