myCatalog

Minggu, 20 September 2020

UNTIL YOU - PART NINE



UNTIL YOU

|

|

|

***







Langkah kaki Ju Kangshik mengisi gema dirumah berukuran besar tersebut, ia menuruni tangga dengan cepat menuju ruang kerja sang ayah, hanya ada satu orang yang bisa membuat adiknya keluar dari penjara bahkan satu hari sebelum dia dipindahkan menuju rumah sakit jiwa.

"Appa!" panggilnya dengan kesal, ia membuka pintu ruang kerja dan melihat sang ayah yang berperawakan tua dengan rambut atasnya yang kian menipis termakan usia berada disana dan baru saja menggantung coat cokelat tuanya di tiang penggantung yang berada di sudut ruangan.

Pria tua itu menoleh melihat anak tertuanya memanggilnya dan masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu "Apa aku lupa mengajarkanmu sopan santun?"

"Ini bukan saatnya membahas itu karena dirimu memang tak pernah mengajariku apapun" Kangshik melangkah mendekat pada ayahnya "Apa kau yang membantu Junshik keluar dari penjara?"

Pria tua itu menatap Kangshik lalu terkekeh pelan lama kelamaan kekehan itu berubah menjadi tawa, sudah ia duga. Ayahnya dan Junshik sama tidak warasnya "Appa membayar seorang narapidana untuk menusuk Junshik dan membuatnya keluar, Appa juga menebarkan paku di jalan agar ban mobil ambulance yang membawa mereka terguling, dan Appa sendiri yang menjemput Junshik, ah Appa juga yang membakar ambulance itu hingga tidak bersisa."

Kangshik terkejut bukan main, bagaimana ayahnya bisa berbuat seperti itu? Apa kejadian lampau saat Junshik mendorong seseorang dari atas atap kurang menjadi pelajaran? "Appa... Junshik hampir membunuh 2 orang, apa kau pikir keluarga Lee akan diam saja melihat Junshik berkeliaran diluar sana?"

"Cih!!"

Tuan besar Ju memukul meja dengan kuat ia menatap anak sulungnya dengan kilatan amarah "Kau, Ju Kangshik. Kau Hyungnya, seharusnya kau menyelamatkannya bukan justru menyetujui pemindahannya kerumah sakit jiwa! Apa kau pikir adikmu itu GILA!!!"

"YA!! Junshik butuh bantuan Appa, kau yang membuatnya jadi seperti itu dan tugasku sebagai Hyungnya adalah untuk melindunginya agar dia tidak menggila sepertimu."

"Lalu apa yang ingin kau lakukan? Menyerahkan Junshik kepada polisi? Kau bisa melakukannya?"

Kangshik mengepalkan tangannya dengan kuat "Aku akan menyerahkannya pada polisi.." keputusannya sudah bulat, Junshik butuh bantuan medis bukan sokongan sang ayah yang menutupi setiap kejahatannya. Ia melangkah keluar tanpa memberikan hormat sedikitpun pada sang ayah tak lupa, dirinya bahkan membanting pintu ruang kerja sang ayah dengan kasar.

Kakinya yang hendak naik kembali ke kamar tertahan, dirinya benar-benar tidak habis pikir dengan keadaan keluarganya. Semua terjadi semenjak sang ibu tiada, segalanya berubah sejak sang ibu meninggalkan mereka semuankarena ulah ayahnya. Kangshik memutar haluannya ia melangkah menuju dapur tenggorokannya terasa kering karena pertengkarannya dengan sang ayah.

Ia membuka pintu kulkas dan minum air dari botol yang biasa digunakannya, sambil menegak minumannya Kangshik menutup pintu kulkas namun ia tersedak terkejut melihat adiknya berada dibalik pintu kulkas menatapnya.

"J-Junshik-ah.. Kau mengagetkanku." Kangshik masih terbatuk ia bahkan menepuk-nepuk dadanya untuk menetralisir kekagetannya.

"Kau ingin mengirimku kerumah sakit jiwa Hyung?"

Kangshik terdiam ia meletakkan botol minumannya diatas meja dan perlahan melangkah mundur hingga terpojok disudut dapur karena melihat Junshik melangkah perlahan dengan sebuah pisau roti di genggamannya.

"Hyung melakukannya untuk kebaikanmu Junshik-ah, kau butuh penyembuhan, kau butuh di obati.."

"Aku tidak gila HYUNG!!! Kau yang gila!" Junshik berlari menghampiri Kangshik dan menusukkan pisau roti dalam genggamannya tepat keperut Kangshik.

Beruntung Kangshik menahan lengan adiknya, tusukan tersebut tidak terlalu dalam tapi tetap terasa menyakitkan "Kubunuh kau Ju Kangshik!!!" Junshik menarik lagi pisau tersebut keluar dari perut Kangshik membuat luka tersebut melebar dan darah menetes dari sana.

Sebelum Junshik kembali menusukkan pisau itu padanya Kangshik dengan cepat mengambil termos besar didekatnya dan menghantam kepala adiknya itu hingga terjatuh tak sadarkan diri.

Entah mengapa Kangshik merasa bahwa Junshik tidak akan melukainya jika bukan diminta oleh ayah mereka, Kangshikpun segera pergi menggunakan pintu belakang rumahnya sambil menahan luka di perutnya, darahnya sangat banyak menetes dan menggenang di telapak tangannya dia harus segera mendapatkan pertolongan pertama.

"Akhh.. bagaimana ini?"

Kangshik tersengal-sengal, ia tidak bisa berhenti jika berhenti maka mungkin anak buah ayahnya akan menangkapnya dan membawa Kangshik kembali kerumah itu, hanya satu nama yang terlintas dikepalanya saat ini.

Dengan langkah tertatih dan sesekali berhenti, Kangshik tiba di pemukiman padat yang jauh dari perumahan mewah miliknya. Dengan kepalan tangannya yang penuh dengan darah ia memukul-mukul pintu agar pintu berwarna coklat dihadapannya terbuka dengan cepat.

"Yaaa sebentar.."

Suara dari dalam terdengar di telinganya, satu-satunya orang yang terlintas dalam pikirannya. Saat pintu terbuka ia bisa melihat wajah seseorang itu yang terkejut melihat kedatangannya.

"Ju Kangshik?"

Seseorang lainnya didalam yang tengah mengobrol dengan kepala rumah tangga dirumah ini pun segera menoleh kearah pintu saat mendengar kekasihnya menyebutkan nama itu.

"Lee... Hyukjae.." tubuh Kangshik ambruk menabrak seseorang tersebut. Lee Hyukjae, segera menangkap tubuh Kangshik dalam dekapannya ia terkejut bukan main melihat keadaan Kangshik.

"Omo!!"

"Ada apa Hyukie?"

"Hae-ya, Kangshik.."

Tanpa banyak bertanya Donghae yang baru saja keluar segera menarik Kangshik dari pelukan Hyukjae, ia memapah tubuh lemas Kangshik kedalam. Wajahnya sangat pucat perutnya terus mengeluarkan darah, sudah berapa lama dia membiarkan perutnya seperti ini?

"Kita bawa saja dia kerumah sakit." Hyukjae panik, ini pertama kalinya ia melihat seseorang terluka separah ini didepan matanya. Ia bahkan sudah bangkit berdiri untuk mengambil coat miliknya namun cengkraman Kangshik dilengannya membuat Hyukjae berhenti dan Donghae menatap genggaman itu.

"Jangan pernah membawaku kerumah sakit, ayahku akan menemukanku."

"Ayahmu? Ayahmu yang melakukan ini?" Donghae mengenal Kangshik cukup baik selama 2 tahun ini hampir 3 tahun jika dihitung dengan benar, namun ia tidak pernah tahu bagaimana kehidupan pribadi Kangshik.

"Kumohon Donghae-ya jangan membawaku kerumah sakit."

Donghae menatap Hyukjae dan ayahnya bergantian "Jika kau memiliki kenalan dokter suruh dia datang biarkan dia tinggal disini sementara waktu." ucap tuan Lee dengan bijak, mau tidak mau Donghaepun menuruti ucapan seseorang yang sudah dianggap ayah olehnya sendiri.

Setengah jam berlalu sejak dokter datang memeriksa dan mengobati luka Kangshik. Ketiga orang lainnya menunggu diluar kamar milik Hyukjae dengan sabar, hingga dokter pribadi keluarga Lee keluar dari dalam kamar.

"Lukanya tidak terlalu dalam hanya saja shock yang dirasakannya membuatnya berdarah tanpa berhenti, dia juga kekurangan cairan karena berjalan jauh dari rumahnya kemari."

"Setelah sekantung infusnya habis seharusnya dia sudah baik-baik saja hanya perlu pemulihan dari luka-lukanya." dokter tersebut memberikan sebuah kertas berisi resep obat pada Donghae "Tebuslah, dia membutuhkannya untuk kesembuhannya."

Donghae menganggukkan kepalanya dan mengambil kertas tersebut "Terima kasih Jungsoo Hyung.."

"Sama-sama. Dan, jika bisa tolong ganti pakaiannya, dia bisa deman jika menggunakan pakaian basah seperti itu. Aku permisi Donghae-ya jika kau butuh bantuanku katakan saja padaku."

Donghae kembali mengangguk, ia menatap Hyukjae yang mengintip kedalam kamarnya "Kau bisa mengganti pakaiannya jika kau ingin." begitu melihat kekasihnya tersenyum padanya dan masuk kedalam Donghae mengantarkan dokter pribadi keluarga Lee tersebut keluar "Hyung, jika bisa tolong kau rahasiakan tentang ini."

Dokter tersebut mengangguk dan beranjak hampir pergi namun ia kembali lagi "Dia Ju Kangshik bukan?" Donghae menganggukkan kepalanya mengiyakan "Sebaiknya kau merahasiakan keberadaannya, kudengar adiknya melarikan diri dari tahanan, padahal besok dia sudah akan dipindahkan kerumah sakit jiwa."

"Apa??"

"Adiknya melarikan diri, dan dia terluka bukankah itu sebuah kebetulan? Dan yang menyetujui perpindahan adiknya menuju rumah sakit jiwa adalah Kangshik, dan saat ini nyawanya berada dalam bahaya oleh keluarganya sendiri. Dia mencarimu dan Hyukjae jadi jagalah dia sebisa mungkin."

Mendengar penjelasan panjang lebar Dokter Park justru membuat Donghae terdiam, ia tidak menyangka Kangshik bisa dilukai oleh keluarganya sendiri. Mau tidak mau dia kembali menganggukkan kepalanya, mungkin dia akan membawa Kangshik kerumahnya saat pria itu sudah lebih baik.

"Kau tenang saja Hyung, terima kasih untuk hari ini. Kau bisa memasukkannya dalam tagihanku."

"Jangan terlalu sungkan Donghae-ya, ingat hubungi aku jika terjadi sesuatu." Dokter Park pun berlalu pergi dari kediaman Hyukjae, sedangkan Donghae kembali masuk kedalam ia melihat Tuan Lee sedang membuatkan soup obat untuk Kangshik, jadi dia melangkah menuju kamar Hyukjae.

Tangannya hanya mendorong sedikit pintu Hyukjae agar terbuka, bukan bermaksud mengintip tapi dia hanya ingin tahu mengapa Kangshik harus datang ketempat ini? Bukankah dia memiliki banyak teman? Bukankah dia bisa datang kekediaman Donghae? Lagipula, sejak kapan Kangshik tahu tempat tinggal Hyukjae?

Dadanya berdenyut sakit saat melihat bagaimana cara Kangshik menatap Hyukjae yang saat ini tengah sibuk menggantikan pakaiannya ataupun berjalan ke lemari mengambil pakaian bersih baru untuk dipakai oleh Kangshik.

Jadi.. apa selama ini sahabatnya itu juga menyukai Hyukjae? Donghae bersandar di dinding sambil mengusap wajahnya, ia berusaha menghilangkan pemikiran tersebut dari dalam kepalanya. Rasanya Donghae terlalu cepat menyimpulkan berbagai hal saat ini.

"Donghae-ssi kau mau soup obat? Akan kutuangkan di mangkuk jika kau mau?"

Pertanyaan dari tuan Lee menyadarkan Donghae dari lamunannya, ia terpaksa tersenyum "Nanti aku akan mengambilnya sendiri, ada obat yang harus kutebus.." Dengan senyum lebar dan manis di wajahnya Donghae menoleh kedalam kamar saat Tuan Lee masuk membawakan sup obat.

"Hyukie-ah.."

"Ya?"

Donghae menatap Hyukjae sebentar bergantian dengan Kangshik yang juga tengah menatapnya "Aku akan pergi sebentar menebus obat, jagalah Kangshik dengan baik bagaimanapun dia temanku."

"Iya iya tuan muda Lee, cepat sana pergi dan cepat kembali. Kau belum mengerjakan tugas aljabarmu."

"Benar-benar.. Haruskah hal itu yang kau ingatkan padaku." Donghae mencibir pelan tapi ia melambai pada Hyukjae dan melemparkan senyum hangat pada Kangshik "Beristirahatlah." Donghaepun segera berlalu dari sana, menebus obat dan secepatnya kembali untuk mengerjakan tugas aljabar, mungkin hal itu bisa mengalihkan pikirannya untuk sementara.

Until You

Hari sudah pagi namun bel masuk belum berbunyi satu-satu per satu murid sudah berdatangan ada yang datang sejak pukul 6 pagi hanya demi menggunakan perpustakaan, ada yang dengan sengaja datang terlambat dan ada yang datang tepat waktu.

Jaemin pagi hari sudah datang bersama dengan Yixing, hari ini Jeno berkata tidak bisa berangkat bersama kesekolah. Baginya hal tersebut bukan masalah, namun bagi beberapa gadis penggemar Jeno garis keras tentu saja hal tersebut merupakan angin segar dan berita bagus.

Bahkan baru Jaemin beranjak turun dari mobil Yixing gosip sudah tersebar bahwa kini dirinya dan Jeno sudah berpisah, bahkan pesan berantai itu masuk kedalam notifikasi ponselnya.

"Apa mereka bisa secepatnya ini dalam meyelesaikan soal? Cih." Protes Jaemin menghapus notifikasinya tanpa perlu membacanya terlebih dahulu.

"Wah, apa Lee Jeno sepopuler itu?"

Jaemin menoleh pada Yixing yang tengah mempertanyakan kepopuleran Jeno dikalangan wanita, sama seperti cara berpikir Junmyeon, baginya tentu saja hanya dirinya sendiri yang sangat tampan dimuka bumi ini.

"Diriku juga populer dalam satu hari hyung."

"Nama dan wajahmu seperti masuk dalam akun gosip, kemarin berhubungan sekarang berpisah. Cepat sekali mereka membuat berita."

"Jeno berkata diriku harus menghiraukan mereka."

"Memang itu yang harus kau lakukan."

Yixing dan Jaemin menghampiri loker mereka masing-masing kemudian mengambil buku yang akan mereka gunakan untuk pelajaran nanti "Pagi.." Yixing menoleh mendengar sapaan yang akrab ditelinganya.

"Pagi Junmyeon-ah."

"Kau datang dengan Jaemin?"

"Bagaimana kau tahu ak-..." Yixing menghentikan pertanyaannya saat melihat Junmyeon menggoyangkan ponselnya "Bahkan kaupun mendapat notifikasinya, ya ampun para wanita itu. Ck, untung saja diriku tidak menyukai wanita."

Senyum dibibir Junmyeon perlahan kian melebar saat mendengar pernyataan Yixing bahwa dia tidak menyukai wanita "Jadi kau menyukai pria?"

"Tergantung... Aku tidak menyukai siapapun Junmyeon-ah tapi aku sedang tertarik dengan seseorang yang menggemaskan bagiku."

"Kau? Tertarik dengan seseorang? Siapa dia? Apa aku mengenalnya?"

Hanya tahu Yixing tengah tertarik dengan seseorang saja membuat fokus Kim Junmyeon akan buku-buku yang harus di bawanya teralihkan, dan hal itu membuat Yixing terkekeh geli mau tak mau "Oh kau cemburu lagi sepertinya."

"Aniya..."

Junmyeon mengelak tuduhan Yixing padanya, namun melihat ekspresi paniknya itu justru semakin membuat Yixing dengan semangat menggoda Junmyeon, keduanya bahkan menghiraukan Donghyuk yang baru saja sampai melewati keduanya sambil menggaruk kepalanya yang berdenyut karena teriakan para gadis yang mengaku penggemarnya didepan lobby sana.

"Akhh kepalaku bisa pecah..." keluhnya sambil mengambil beberapa buku, Jaemin baru saja menutup lokernya saat Donghyuk datang.

"Kau baik-baik saja?"

"Sebenarnya pagiku baik, andai saja mereka tidak berteriak-teriak dipagi hari menyebutkan namaku."

"Tapi kau idola mereka."

"Ya... Itu dia... aku idola mereka. Ah sudah jangan dibahas, mengingat status idolaku membuatku ingat fansku dan mengingat mereka membuatku teringat teriakan mereka barusan."

Jaemin menatap Donghyuk yang terlihat bertingkah berlebihan, apa dia benar-benar tidak apa-apa?

"Jaemin-ah, boleh kusalin tugasmu?" pintanya sambil berbisik dan hampir mengeluarkan aegyo dihadapan Jaemin. Dengan cepat pria berambut auburn itu memberikan buku tugasnya dari dalam tas sebelum aegyonya keluar menyerang Jaemin.

"Ini, cepat kerjakan 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi."

"Ah.. Kamsahamnida Jaemin-ah.."

Donghyuk segera pergi dengan buku tugas milik Jaemin ditangannya, membuat sipemilik buku menghela nafas lega. Entah mengapa Donghyuk terlihat aneh hari ini, Jaeminpun memutuskan untuk segera pergi ke kelas meninggalkan Yixing dan Junmyeon yang tengah saling mentertawakan dan meledek satu sama lain.

Jam sudah menunjukkan waktunya bel berbunyi, Jaemin menoleh pada Donghyuk yang masih menyalin kemudian menatap kursi kosong disebelahnya, Jeno bahkan juga belum datang benar-benar membuatnya khawatir saja.

"Kemana dia?" tanya Lucas sambil menunjuk kursi kosong dibelakang Jungwoo namun Jaemin hanya menggendikkan bahunya.

Tapi pertanyaannya segera terjawab ketika yang bersangkutan akhirnya muncul didepan pintu dan masuk kedalam kelas "Maaf aku terlambat, aku harus ke ruang kepala sekolah." gumam Jeno sambil mengelus sayang kepala Jaemin sebelum duduk di kursinya dan membuat para gadis yang sebelumnya menggosipkan bahwa keduanya sudah berpisah kini mengangga lebar.

"Ada apa kau kesana? Apa kau membuat kesalahan?" kali ini Jungwoo bertanya sampai berbalik badan, tidak biasanya Jeno akan keruang kepala sekolah.

"Tidak.. Ada sedikit urusan karena kepindahan sepupuku." Jeno melirik Donghyuk yang masih menyalin dan mengundang perhatian Jaemin yang kini ikut melihat kearah Donghyuk.

Ia penasaran "Ada apa? Apa sepupumu itu ada hubungannya dengan Donghyuk?"

"Kurasa ya.. jika Donghyuk mengingatnya."

"Jika dia mengingatmu tentu dia juga mengingat sepupumu Jeno-ssi.." Jungwoo menarik kesimpulannya sendiri, ia terlihat berpikir sebentar namun Jungwoo menganggukkan kepalanya sendiri membenarkan jawaban yang dilontarkannya barusan membuat Lucas dengan gemas mengacak-acak rambut hitam Jungwoo yang sudah tertata rapi.

Jeno mendengus, jika dirinya dan Mark yakin bahwa Donghyuk mengingat sepupunya itu pasti mereka sudah tiba sejak tadi disekolah namun karena Mark merasa ragu maka mereka telat datang. Ia kembali melirik Donghyuk yang tengah menutup bukunya dan buku Jaemin.

"Jaemin-ah, terima kasih atas tugasnya.." Donghyuk berdiri kemudian mengembalikan buku tugas Jaemin pada pemiliknya, membuat Jeno menatap keduanya bergantian sejak kapan mereka berdua sedekat ini???

"Sejak kapan kalian dekat seperti ini?" tanya Jeno berbisik pada Jaemin namun hanya disambut senyuman simpul dari kekasihnya itu, dirinya ingin kembali bertanya namun seorang guru sudah masuk kedalam kelas dengan seorang pria tinggi, putih dan pastinya tampan dengan rambut coklatnya membuat para gadis dalam kelas mulai saling berbisik.

"Hari ini kalian kedatangan teman baru, dia pindahan dari Kanada dan akan mulai bersekolah disini mulai hari ini." guru pria itu meminta si murid baru untuk memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan..." kedua mata elang nan tajam milik anak baru tersebut menatap sekeliling berniat mencari dimana orang yang ingin ditemuinya jika kembali ke Korea. Matanya berhenti mencari saat ia beradu pandang dengan seorang pria berwajah manis dan berkulit tan yang duduk 2 baris dari belakang, Lee Donghyuk.

"Namaku Lee MinHyung, aku baru saja tiba dari kanada kemarin malam dan segera mengurus kepindahanku kemari. Kalian bisa memanggilku..." ia kembali menatap Donghyuk dengan senyum simpul yang bisa membuat hampir seluruh wanita didalam kelas itu luluh dalam sekejap "Mark..."

'Deg....  Deg... '

Dada Donghyuk tiba-tiba berdenyut kuat mendengar nama itu, ia bahkan sampai menyentuh dadanya sendiri saat ini, nama itu terasa sangat tidak asing baginya.

Apalagi tatapan tajam dari pria yang berdiri didepan kelas sana, terasa familiar baginya. Seperti ia pernah melihat hal itu sebelumnya, jauh sebelum hari ini.

"Donghyuk-ah.."

Ingatannya terlempar kembali saat dirinya dan Jeno berumur 11 tahun sikecil Jeno berlari menghampirinya sambil merengek "Ada apa?"

"Mark Hyung.. dia mengambil robotku."

Donghyuk yang penasaran siapa yang dimaksud 'Mark'pun mengintip dari balik tubuh Jeno karena dia menunjuk kearah belakang pada seorang pria yang berdiri segaris dengannya dan tengah tersenyum hangat padanya, dia Mark Lee sepupu Jeno.

Mata tajam pria itu, senyum simpulnya, dan paras tegas namun tampannya membuat Donghyuk tidak bisa bernafas dengan benar saat itu, Mark Lee pria pertama yang membuatnya berdebar saat pertama kali bertemu.

Dan kini pria kecil dalam ingatan masa lalunya berdiri sejajar dengannya lagi dengan tatapan dan senyum yang sama "Mark?" Cicitnya pelan.

Seolah-olah segala ingatan masa lalunya dipaksa keluar dengan tiba-tiba, setelah kemarin malam ia menemukan cincin bertuliskan nama Mark didalam kotak permen milikya, ditambah dengan denyut dikepalanya yang tidak berhenti sejak kemarin malam seolah ada kilasan siluet tubuh seseorang yang memaksa Donghyuk untuk mengingatnya kembali.

"Bagaimana bisa aku melupakannya?" Gumamnya lagi. namun Jaemin dan Jeno tentu mendengar apa yang keluar dari bibir Donghyuk.

"Kau bisa duduk disana..."

Mark dan Donghyuk sama sekali tidak melepaskan tatapan mereka sama sekali, bahkan hingga Mark kini berdiri dihadapan Donghyukpun keduanya masih saling melempar tatapan satu sama lain. Mark menunduk dan Donghyuk mendongak.

"Annyeong Lee Donghyuk"

"Annyeong Lee Donghyuk.."

Ia perlahan kian mengingat kilasan masa lalunya, bahkan dengan cara yang sama seperti dahulu ia pertama kali mengenal Mark.

"A-annyeong.."

Namun tentu saja perkenalan keduany justru menarik perhatian Jeno dan juga Jaemin yang penasaran.

Donghyuk mengintip dari balik tubuh Jeno, ia penasaran dengan siapa yang berani menganggu orang yang sudah dianggap adik olehnya sendiri. Kedua matanya membulat terkejut begitu tatapannya saling berbalas dengan pemuda yang dipanggil Mark oleh Jeno itu.

"Annyeong Lee Donghyuk-ssi."

"A-annyeong..?"

"Lee Minhyung, kau bisa memanggilku Mark. Orangtuaku memberikanku nama barat karena ayahku dari Kanada." Si kecil Mark mengulurkan tangannya mengajak Donghyuk kecil untuk berkenalan.

"Lee Donghyuk.."

"Donghyuk menggunakan marga keluarga kita karena ayah dan ibu mengadopsinya setahun yang lalu. Bukankah begitu Donghyuk-ah?"

Jeno memberikan penjelasan dengan senyum lebar diwajahnya bahkan hingga kedua matanya menghilang dan Donghyuk mengangguk patuh mengiyakan penjelasan Jeno padanya "Jeno-ya?"

"Ya?"

"Kau tidak keberatan bukan Donghyuk juga bermain denganku, kurasa aku menyukainya."

"Eoh?"

Donghyuk terkejut bukan main karena Mark mengatakan hal yang tak terduga-duga secara blak-blakan, bayangkan saja wajahnya sampai memanas karena ucapan tersebut namun yang ia lihat justru Mark hanya tersenyum menanggapi reaksinya dan itu hanya membuat dada Donghyuk semakin berdebar dengan kuat.

Ah... Apa Donghyuk jatuh cinta pada pandangan pertama?

Until You

Donghyuk menekan-nekan pelipisnya dengan perlahan kepalanya benar-benar berdenyut sakit tanpa tahu sebabnya namun sedikit demi sedikit dari rasa sakit itu ingatan masa lalunya tentang Mark muncul, dirinya bahkan sampai tidak terlalu memperhatikan ucapan Hyukjae didepan sana yang mengadakan rapat darurat, bukan untuk anggota klub melainkan...

Entah mereka ini anggota apa? Dan sejak kapan dirinya berada diantara mereka semua??

"Kuharap kalian menjaga diri kalian masing-masing sampai Junshik tertangkap kembali."

Tutup Hyukjae berharap semuanya mulai saat ini benar-benar berhati-hati, pesan ini ia tekankan pada Jaemin dan Jeno yang kemarin berurusan dengan Junshik secara terang-terangan.

Semuanya mendengarkan bahkan mengangguk paham, hanya Donghyuk yang terlihat tidak mengerti apa yang tengah mereka bicarakan. Kepalanya berdenyut tiada henti sejak Mark muncul dihadapannya, bahkan saat ini Mark pun ada dalam rapat ini dan duduk berhadapan dengannya.

"Aku ingin bertanya.." Donghyuk mengangkat tangannya dan seluruh mata menoleh padanya.

"Aku tidak pernah terlibat dengan Junshik, aku bahkan tidak mengenalnya. Kenapa diriku berada disini?" tanyanya bingung sambil meringis pelan karena pening di kepalanya.

"Ah benar, kenapa dia ada disini?" Lucas mengajukan pertanyaan yang sama, pantas sejak tadi ia merasa ada yang aneh dengan jumlah peserta rapat.

"Aku yang membawanya.. Akupun ingin tahu apa yang terjadi pada sepupuku dan dia terlihat kurang sehat." Mark bersuara, ternyata pria ini yang menarik Donghyuk tadi untuk ikut dengannya bahkan dengan tanpa dosa dia menunjuk Donghyuk yang terlihat menyentuh pelipisnya saat ini.

"Apa kau tahu jika kepalaku sakit setiap melihatmu? Seharusnya kau biarkan saja diriku berada tetap di dalam kelas jika kau tahu diriku terlihat kurang sehat." sahut Donghyuk kesal, membuat seluruh mata kini menatap kearahnya.

"Kau seharusnya berterima kasih karena aku membawamu kemari, bagaimana jika kau tidak sadarkan diri tiba-tiba dan tidak ada yang menolongmu, kau akan mati muda dengan sia-sia didalam sana."

"Yaakk!!! Kau menyumpahiku?"

"Sudah hentikan, kenapa kalian justru bertengkar?" protes Junmyeon sebelum Mark membuka mulutnya kembali dan membalas ocehan Donghyuk, oh perkelahian mereka tidak akan ada habisnya.

"Kutemani ke UKS bagaimana?" Jaemin menawarkan dirinya untuk menemani Donghyuk ke UKS untuk beristirahat, ia tahu rasanya ketika seisi kepala seakan-akan berdenyut dan akan meledak namun ada satu orang menyebalkan yang selalu menganggu datang dengan sengaja menyulut emosinya.

"Tapi bagaimana jika dia..."

"Dia tidak akan bisa masuk kemari, penjagaan pada pintu depan sudah lebih diperketat, diriku pribadi yang meminta hal tersebut pada kepala sekolah." Donghae mencoba menenangkan Jeno yang tidak rela Jaemin pergi dengan Donghyuk karena takut terjadi sesuatu hal yang buruk pada prianya itu.

Lagipula jika sampai Junshik datang lagi kesekolah hanya untuk menganggu Jaemin ataupun Jeno itu sama saja dengan bunuh diri.

Setelah Jaemin beranjak pergi dengan Donghyuk keluar dari ruang siaran, Yixing mengajukan pertanyaan "Bagaimana keadaan Ju Kangshik?"

"Dia baik-baik saja dan aman berada dirumahku."

"Jika Junshik saja bisa dengan tega menusuk kakaknya sendiri kalian harus lebih waspada. Dia benar-benar sudah tidak waras."

Junmyeon sedikit mengkhawatirkan Jeno, bagaimanapun juga yang terakhir kali terlibat dengan orang gila itu adalah Jeno, terlebih lagi Donghae berkata Kangshik hampir mati jika tidak pergi dari rumahnya karena Junshik didukung oleh ayah mereka.

"Aku akan lebih berhati-hati lagi, kalian juga. Sebaiknya Jungwoo menginap dirumah Lucas selama beberapa hari ini dan kurasa Jaemin aman berada dirumah Yixing Hyung. Aku dan Donghae Hyung akan memantau Ju Kangshik dan menyelidiki keberadaan Junshik." Ucap Jeno panjang lebar, ia sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya pada keadaan Jaemin kedepannya.

Ju Junshik harus segera ditangkap lagi entah bagaimana caranya.

Sore itu Jaemin membantu sang ibu membuang sampah, ia melemparkan kantung besar hitam kedalan bak sampah dibagian belakang rumah namun saat dirinya ingin kembali masuk kedalam rumah ia merasa ada yang tengah memperhatikannya dari belakang.

Dengan berbekal rasa penasaran dan ilmu bela diri yang dikuasainya ia memberanikan diri untuk menoleh dan berbalik badan kebelakang, namun nihil tidak ada siapa-siapa di balik tubuhnya bahkan hingga Jaemin mencoba memeriksa sekitarpun dirinya tidak menemukan siapapun berada atau bersembunyi di sana.

"Hanya perasaanku saja mungkin." Gumannya sambil menyentuh tengkuk belakangnya yang meremang sebelumnya, tapi ia yakin bahwa ada yang tengah memperhatikannya tadi. Jaemin memutuskan kembali berbalik badan untuk masuk lagi kedalam rumah namun ia terkejut karena ada seseorang yang berdiri dibelakangnya.

"Omo!!"

Jaemin mengelus dadanya karena terkejut, ternyata Jeno yang kini berhadapan dengannya "Ada apa? Kenapa kau terlihat panik?" Tadinya Jeno berniat mengerjai Jaemin yang ia lihat tengah berdiri ditengah jalan seorang diri, namun reaksi Jaemin justru membuatnya khawatir.

"Ada apa? Kau baik-baik saja?"

"Aku tidak apa-apa, kupikir tadi ada yang memperhatikan dari sana tapi sepertinya itu hanya halusinasiku saja."

Jeno mengerutkan keningnya dan menatap kearah yang dimaksud Jaemin, dan bukan main terkejutnya Jeno saat melihat ada seseorang muncul dari persembunyiannya dibalik sebuah tiang listrik tengah melambai padanya.

Tidak ingin membuat Jaemin panik ia segera merangkul kekasihnya itu dan mengajak Jaemin segera masuk kedalam "Jika kau merasa ada yang memperhatikanmu sebaiknya jangan berhenti ataupun menoleh kebelakang kau harus segera masuk kedalam rumah."

"Tapi tidak ada apa-apa tadi Jeno-ya."

"Ya.. Beruntung tidak ada apa-apa tadi." Jeno mengelus sayang puncak kepala Jaemin setelah mereka masuk kedalam dan Jeno mengunci pintu pagar rumah Yixing, ia tidak akan memberitahu Jaemin tentang apa yang dilihatnya barusan, dirinya yakin bahwa itu adalah Junshik yang tengah mengawasi mereka dan ini bahaya.

Until You

Jam menunjukkan pukul 8 malam dan Yixing tengah membaca pesan teks yang dikirimkan Junmyeon padanya sambil membolak balikkan buku tugasnya dengan malas, jemarinya kembali mengetikkan pesan balasan pada Junmyeon.

'Aku benar-benar bosan, ayo kerjakan tugas bersama? Aku akan kerumahmu bagaimana?'

Cukup lama Yixing menunggu balasan dari Junmyeon sampai-sampai ia sempat memilih pakaian yang akan digunakan untuk bertemu dengan pria tampan nan menggemaskan itu, dan pesannya berbalas saat Yixing baru saja menggunakan celananya.

'Kita bertemu ditempat Jaemin bekerja saja akan kubantu kau mengerjakan tugasmu disana.'

Yixing menghela nafas malas, padahal ia sangat ingin mengetahui dimana rumah Junmyeon, bagaimana keluarganya? Tapi ya sudahlah. Dengan cekatan Yixing memasukkan buku yang diperlukannya untuk mengerjakan tugas kedalam tas coklat tua miliknya dan segera keluar dari kamarnya. Tidak lupa Yixing membalas pesan Junmyeon padanya tadi.

'Baiklah, kita akan bertemu disana nanti. Ada yang ingin kukatakan juga padamu.'

Dengan langkah semangat dan senyum lebar Yixing menuruni tangga, ia melihat ada Jeno, Jaemin dan Lucas dibawah sana, Yixing jadi teringat Jeno mengatakan bahwa Junshik tengah mengintai rumahnya tapi Jeno meminta mereka tidak memberitahukan hal tersebut pada Jaemin agar adiknya tersebut tidak panik.

"O... Kalian disini?"

"Hyung, bantu aku mengusir mereka sejak 3 hari yang lalu mereka selalu datang mengangguku."

"Pffttt biarkan saja mereka, jika mereka tidak datang aku yang akan meminta mereka datang untuk menemanimu." Yixing tiba dilantai bawah dan pergi kedapur sambil terkekeh pelan melihat bagaimana cara Jeno melindungi kekasihnya, ia kembali keluar dari dapur sambil membawa sebotol minuman dingin dari dalam kulkas kemudian mengambil kunci mobilnya yang tergantung didekat pintu masuk dapur.

"Kau ingin keluar?" Jeno mengangkat sebelah alisnya tanda ia mempertanyakan kenapa kau keluar disaat ada hal berbahaya diluar sana.

"Ya, aku ada janji dengan Junmyeon. Tugas sekolah menantiku. Bye Jaemin-ah."

"Bye Hyung.."

Jeno menatap Yixing yang pergi dari hadapan mereka, ia melempar tatapan khawatirnya pada Lucas dan temannya itu segera mengerti maksud tatapan Jeno padanya. Ia segera beranjak pergi secara diam-diam menyusul Yixing yang sudah beranjak pergi dengan cepat.

Ia mengejar Yixing yang sudah berada dipekarangan rumah "Hyung, tunggu."

"Ya?"

"Kau yakin akan pergi? Bukankah kau tahu Ju Junshik mengawasi rumahmu."

"Dia hanya mengawasi rumahku, dan pria didalam sana, adikku. Jadi kau tenang saja." Yixing menepuk bahu Lucas "Aku harus segera pergi, Junmyeon sudah menungguku."

Lucas ingin berbicarapun Yixing tidak akan mendengarkan karena dia sudah melangkah dengan riang keluar dari rumahnya. Langkah panjang Yixing terhenti, ia menoleh kearah dimana Jeno melihat dimana Junshik berada 3 malam lalu dan ia terkejut melihat ada seseorang yang memang tengah berdiri di perempatan jalan sana dan melambai padanya.

Yixing segera masuk kedalam mobil, jantungnya berdebar dengan cepat jujur saja dirinya sedikit merasa takut saat ini karena melihat pria yang melambai padanya tadi, tanpa berpikir panjang lagi Yixing menjalankan mobilnya menuju cafe tempat Junmyeon menunggunya.

Dalam perjalananpun Yixing sesekali mengecek spionnya entah mengapa dirinya merasa paranoid saat melihat sosok tersebut melambai padanya dari balik kegelapan, suara dering ponselnya hampir membuat Yixing tersentak dan menginjak gas.

Jujur saja dirinya terkejut dengan dering ponselnya sendiri, setelah menepikan mobilnya dan menetralisir nafasnya yang tersengal-sengal Yixing menerima panggilan dari Junmyeon tersebut.

"Ya Junmyeon-ah.."

JunMyeon mengerutkan keningnya saat mendengar bagaimana suara Yixing ketika menerima panggilannya, terdengar serak dan sedikir bergetar "Kau baik-baik saja Yixing-ah?"

"Ya, ya aku baik-baik saja. Kau sudah di cafe? Aku akan sampai sebentar lagi."

"Aku baru saja sampai." Junmyeon memang benar-benar baru saja menginjakkan kakinya di bagian depan cafe, ia tidak melihat mobil Yixing jadi dirinya pikir pasti pria China itu belum sampai.

"Ekhm.." Yixing berdehem mencoba menyingkirkan ketakutan yang tiba-tiba muncul dalam benaknya "Tunggu aku didepan, aku ingin melihatmu saat tiba disana."

Mendengar permintaan Yixing si bungsu Choi itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, namun ia sadar Yixing tidak akan melihat anggukannya "Ya baiklah, aku tidak akan masuk sampai kau datang." Memang itu tujuan Junmyeon, ia sama sekali tidak berniat untuk masuk kedalan cafe sampai Yixing tiba.

"Berhati-hatilah dalam berkendara Yixing-ah, aku akan menunggumu."

Keduanya sama-sama memutuskan sambungan telepon, Yixing menatap ponselnya sekali sebelum meletakkannya di atas dashboard mobilnya, ia menutup matanya sebentar menarik dan membuang nafas perlahan ia mencoba menghilangkan perasaan takut yang entah kenapa masih mengikutinya.

"Kau hanya perlu sampai disana dengan baik dan benar Zhang Yixing, kau bisa berada di cafe sampai pagi dan rasa takutmu akan hilang begitu melihat Junmyeon bukankah begitu?"

Yixing berdialog dengan dirinya sendiri seolah-olah tengah menghibur dirinya, akhirnya setelah menghirup dan membuang nafasnya lagi untuk yang kesekian kalinya Yixing kembali menjalankan mobilnya menuju cafe tempat dimana Jaemin bekerja.

Begitu tiba Yixing memarkirkan mobilnya tepat diseberang cafe, ia menoleh kearah cafe dan sudah melihat Junmyeon dengan pakaian casualnya tengah berdiri menunggu kedatangan Yixing didepan cafe.

"Ah lihat betapa tampannya Kim Junmyeon disana."

Diam-diam Yixing memotret Junmyeon, dan memang benar bahwa hanya dengan melihat pria itu rasa takut yang dirasakannya sepanjang perjalan perlahan menghilang.

Yixing mengirim hasil foto yang di ambilnya barusan pada Junmyeon membuat si pemilik foto akhirnya menoleh kearah mobilnya setelah menerima pesan dari Yixing.

"Dia sempat-sempatnya mengambil gambarku.." Junmyeon menahan senyum diwajahnya karena tingkah Yixing, ia kemudian memutuskan untuk menghubungi Yixing yang tengah melambai dengan imutnya dari dalam mobil, dan Junmyeon bisa melihat Yixing menerima panggilannya "Kau mengambil gambarku tanpa ijinku eoh?" protesnya, namun Junmyeon terkekeh saat melihat Yixing hanya memberikan cengiran padanya.

"Bukankah kau terlihat sangat tampan tanpa pakaian sekolahmu itu?"

Hening sesaat, Junmyeon benar-benar tidak bisa menahan senyuman manis dari bibirnya karena ucapan Yixing barusan "Cepatlah kemari, bukankah kau punya ratusan tugas untuk kukerjakan?"

"Baiklah-baiklah, sabarlah sedikit."

Yixing mematikan mesin mobilnya dan segera keluar dari mobilnya sambil tetap memegang ponselnya di telinga kirinya "Kenapa kau selalu menolak jika diriku ingin kerumahmu? Apa kau menyembunyikan sesuatu?? Ah, apa kau pembunuh berantai?"

"Terserah kau ingin menjulukiku apa, cepatlah kemari. Aku sudah pegal menunggumu disini sedari tadi."

Yixing mengerutu pelan dan mematikan sambungan telefonnya dengan Junmyeon ia pun segera melangkah menyebrang ketempat dimana Junmyeon menunggunya sambil menyimpan kembali ponselnya kedalam saku.

Namum baru 4 langkah Yixing berjalan tubuhnya tiba-tiba saja terhantam oleh mobil sport berwarna hitam yang sama sekali tidak berniat menghindari tabrakan yang akan terjadi antara mobilnya dan Yixing, kecepatan mobil itupun benar-benar diluar batas normal kecepatan dalam berkendara.

Tubuh Yixing yang tertabrak tiba-tiba menghantam bagian kap mobil hingga terguling kebelakang karena terlalu cepatnya mobil tersebut berjalan, membuat tubuh Yixing berguling dan terus terlempar kebagian belakang mobil dan terjatuh diatas aspal.

Junmyeon yang saat itu tengah tersenyum menunggu Yixing datang menghampirinya sampai terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa ketika melihat tubuh Yixing tertabrak berguling keatas kap mobil hingga kebagian belakang dan terhantam jatuh keaspal, Junmyeon bahkan bisa mendengar suara tulang patah dari tubuh Yixing yang menghantam aspal dengan keras.

"........ Yixing?"

Junmyeon segera berlari menghampiri Yixing dan membalik tubuh pria China tersebut yang tengkurap menghadap aspal, ia bisa melihat tangan kanan dan kaki kiri Yixing patah wajah kirinya terdapat luka baret karena menghantam aspal, darah tidak berhenti mengalir dari kepala dan hidung serta mulut Yixing.

"Yixing-ah? Yaak... Ireona!!!"

Bangsal rumah sakit didorong dengan tergesah-gesah oleh beberapa perawat dan dokter bersama dengan Junmyeon yang ikut berlari dari belakang mereka.

"Maaf tuan muda, kau tidak bisa ikut kedalam." Seorang dokter menghalangi Junmyeon yang hampir ikut masuk kedalam ruang operasi.

"Selamatkan dia kumohon padamu, lakukan apapun untuk menolongnya." pinta Junmyeon dengan suara bergetar, ia menahan sesak didadanya sejak kedua matanya melihat dengan jelas Yixing tertabrak dihadapannya.

Dokter tersebut mengangguk dan memberikan sedikit bungkukan pada Junmyeon, rumah sakit tempat ia membawa Yixing adalah satu dari sekian banyak rumah sakit yang dimiliki oleh kelurganya dan mereka semua mengenali Junmyeon sebagai pewaris kedua keluarga Choi.

"Junmyeon-ah?"

Siwon berlarian dikoridor semakin cepat menghampiri adiknya dengan beberapa anak buahnya, dengan sigap Siwon memeluk tubuh adiknya yang mulai menangis ketika dirinya datang.

"Tenang, Yixing akan baik-baik saja. Dokter Cho bisa menyelamatkannya, aku yakin itu." Siwon sendiri berusaha untuk lebih tenang padahal dirinyapun ikut panik saat ini.

"Kau belum menghubungi keluarganya?"

"Aku sudah menghubungi Jeno, dia berada dirumah Yixing." Junmyeon mencoba untuk menghalau tangisannya walau dadanya masih sangat sesak jika mengingat bagaimana mobil tersebut menghantam tubuh Yixingnya tanpa perasaan.

"Tenang Junmyeon-ah, semua akan baik-baik saja." Siwon menoleh pada anak buah terpercayanya "Selidiki siapa yang menabrak Zhang Yixing, periksa kamera CCTV atau apapun yang berada disana. Dia akan bertanggung jawab karena membuat Yixing terluka dan membuat adikku menangis." ucap Siwon penuh tekanan, ini kali pertama dalam hidupnya Siwon melihat Junmyeon menangis setelah kecelakaan besar yang menimpa kedua orangtua mereka saat Junmyeon masih berada di bangku sekolah dasar akhir.

Berselang beberapa waktu keluarga Yixing bersama dengan Jaemin berserta Jeno dan Lucas yang tadi memang tengah berada dirumah Yixing datang mereka berjalan cepat menuju ruang operasi dan menemukan Junmyeon tengah duduk bersandar sambil memeluk kakinya sendiri sedangkan Siwon tengah menerima panggilan dari anak buahnya.

"Yixingku, dimana Yixingku???" tangis Nyonya Zhang pecah begitu dia benar-benar tiba di depan ruang operasi terlebih saat dia melihat pakaian Junmyeon yang terdapat noda darah ia yakin bahwa itu adalah darah milik Yixingnya.

Tubuh Nyonya Zhang merosot lemas hingga perlu ditahan oleh suaminya Tuan Zhang, ia tahu mengapa istrinya sampai lemas begitu melihat penampilan Junmyeon yang terdapat begitu banyak bercak darah.

Yixing mereka memiliki penyakit langka yang membuatnya tidak dapat berdarah sedikitpun, kedua orangtuanya sangat berhati-hati dalam menjauhkan Yixing dari benda tajam setelah tanpa sengaja mereka membiarkan Yixing bermain seorang diri dan terjatuh hingga keningnya berdarah, namun darah tersebut tidak berhenti mengalir dan anak mereka harus dibawa kerumah sakit serta dirawat, saat itulah mereka tahu Yixing menderita Hemofilia.

Seorang dokter keluar sambil membenarkan letak kacamatanya, ia menghampiri kerumunan manusia yang diyakininya semua datang demi pasiennya didalam sana "Kami baru berhasil menghentikan pendarahan dikepalanya, darahnya sudah kembali mengental tapi dia terlalu kehilangan banyak darah karena hemofillia yang dideritanya, apa ada diantara kalian yang bisa mendonorkan darahnya pada Tuan Zhang? Dia membutuhkan darah AB, persediaan darah AB dirumah sakit ini tidak lah cukup untuknya."

Jaemin segera maju kedepan sambil mengangkat salah satu tangannya "Darahku, darah milikku AB kau bisa mengambil sebanyak apapun yang kau mau."

"Jaemin-aahh.." Nyonya Zhang yang tengah menangis hanya bisa mengucapkan nama Jaemin sambil tersedak nafasnya sendiri.

"Yixing Hyung akan selamat, aku yakin itu. Kalian tenang saja." Jaemin memeluk Nyonya Zhang sekali ia kemudian kembali bangkit berdiri dan melihat Jeno menatapnya khawatir, Jaemin hanya melemparkan senyum manis pada Jeno memintanya untuk tidak perlu khawatir sebelum ia pergi mengikuti dokter tersebut untuk mendonorkan darahnya.

Siwon mengeraskan rahangnya ia memutuskan sambungan telefon yang baru saja diterimanya, ia menoleh dan melihat kedua orangtua Yixing berada disana Siwonpun membungkuk hormat pada kedua orangtua Yixing.

"Aku sudah menemukan siapa pelakunya."

Junmyeon yang sedari tadi menunduk segera mendongak menatap sang kakak "Siapa dia? Akan kubuat dia menyesal seumur hidupnya."

"Ju Junshik, mobil itu miliknya dan terdapat rekaman cctv dia menggunakan mobil itu sesaat sebelum ia gunakan untuk menabrak Yixing."

Junmyeon menahan emosi yang membakar dadanya saat ini iapun segera menoleh pada beberapa anak buah kakaknya yang juga anak buahnya "Siapkan semuanya aku harus menghadapi mereka sebagai Choi Junmyeon." ucapnya tegas dengan segera beranjak dari ruang operasi diikuti oleh beberapa anak buah Siwon yang membungkuk hormat pada Junmyeon sebelum mengikuti pria tersebut dan mengundang pertanyaan dalam benak orangtua Yixing serta Lucas yang kini menatap Siwon dengan tanda tanya.

"Dia... Bukan bermarga Kim, dia adikku Choi Junmyeon."

"Mwooo??"

To Be Continued


Tidak ada komentar:

Posting Komentar