* US *
-
-
-
-
-
NEO CITY
2044
5 Hours Earlier
Hari masih pagi namun sudah telihat seseorang yamg sibuk dengan ponselnya, wajahnya pun terlihat tengah memikirkan sesuatu, bibirnya berdecak pelan setiap panggilannya tak terjawab. Beberapa kali Jaemin menatap layar ponselnya, ia cukup khawatir dengan keadaan Himchan. Sudah sejak kemarin malam dan tadi subuh dirinya mencoba menghubungi pria yang sudah ia anggap kakak kandung baginya tersebut.
Namun hasilnya nihil, sama sekali tak ada jawaban, entah kemana perginya pria itu.
Taeyong yang baru saja keluar dari kamarnya terhenti saat hendak ke dapur begitu melihat raut wajah Jaemin yang tak berubah sejak kemarin malam, dia begitu mengkhawatirkan Himchan yang tak bisa dihubungi.
Ia pun kemarin malam saling bertukar pesan dengan Doyoung, pria itu mengatakan bahwa Himchan juga belum kembali hingga larut malam, entah kemana hyung mereka tersebut. "Jaemin-ah?"
"Ya?" pria bersurai madu itu menoleh saat namanya di panggil.
"Kau sudah sarapan?" melihat Jaemin menggeleng ia tersenyum lembut "Kubuatkan ya.. Lebih baik sekarang kau mandi, nanti setelahnya baru kau coba untuk menghubungi Himchan hyung lagi."
Mau tak mau Jaemin menurut, ia meninggalkan ponselnya diatas meja kemudian bergegas untuk beranjak ke kamarnya untuk mandi, ia melihat Taeyong sudah rapi bahkan sudah mandi sedangkan dirinya masih menggunakan piyama dan berjalan mondar mandir di dapur dengan wajah bantal khas bangun tidur.
Pekerjaan pagi yang sudah lama tak dilakukan Taeyong adalah menyiapkan sarapan pagi, sudah berapa lama ia tak menyiapkan ini semua? Semenjak Chenle pindah untuk tinggal bersama Ten, ah bukan. Ia masih sering membuatkan sarapan beberapa kali, sepertinya semenjak Jungwoo tak ada dirinya sudah sangat jarang menyentuh dapur kecuali untuk mengambil air putih di kulkas.
Masih tersisa rasa sesak dan kesal yang belum hilang direlung dadanya karena kematian pria manis itu, ia bahkan tak berani menghubungi Ten untuk mengatakan perihal kematian Jungwoo secara langsung, Taeyong hanya berani mengirimkan pesan text dengan ucapan maaf yang tiada henti.
Tapi tak satupun pesan teksnya dibalas oleh Ten, dirinya merasa bahwa lelaki itu pasti marah besar padanya, ia tak becus menjaga Jungwoo hingga mereka harus mengalami yang namanya kehilangan setelah berjuang selama 15 tahun lamanya.
Taeyong meletakkan sepasang roti panggang diatas sebuah piring kaca dan menuangkan jus jeruk untuk Jaemin, sedangkan ia sendiri meminum susu putih dan memakan roti tawar tanpa di panggang, tepat Jaemin keluar dari kamar ia selesai menyiapkan makanan.
"Makanlah.."
"Terima kasih Hyung.." Jaemin duduk di kursi meja makan yang menyambung dengan meja dapur, ia memakan sarapannya dalam diam, netranya masih menatap layar ponselnya yang kini kembali tersambung dengan Himchan.
Benar-benar keadaan rumah yang amat sangat sepi, hanya tersisa mereka berdua saja. Biasanya akan terdengar suara Chenle yang sangat berisik di pagi hari belum dengan Jungwoo yang selalu menanyakan sesuatu padanya setiap pagi saat benda milik pria itu yang berada didalam kamarnya tak terlihat dimatanya pasti akan ditanyakan pada Taeyong yang notabene nya sangat jarang bersih-bersih di apartemen mereka karena sibuk dengan tugas negara.
"Hyung kau lihat kacamata bacaku?"
"Hyung, kau lihat buku Harry Potterku?"
"Hyung sendal kananku?"
Mengingat hal tersebut membuat Taeyong tersenyum kecut, karena hal tersebut kini hanya bisa ia ingat sebagai kenangan indah yang pernah Jungwoo berikan padanya.
Sedangkan Jaemin sejak dulu pria itu memang pendiam, dulu ia bersyukur bahwa dari ke-3 adik yang tinggal bersamanya ada si pendiam Jaemin karena 2 diantaranya amat sangat berisik terutama dipagi hari. Namun setelah ke-2 yang lainnya tak lagi disini ia benar-benar kesepian, terkadang iapun bingung bagaimana menghadapi Jaemin yang terkadang suka berdiam sendiri didalam kamar.
"Sudah berapa kali kau mencoba untuk menghubungi Himchan Hyung?" Akhirnya Taeyong mencoba untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu dengan Jaemin.
"10x dengan yang barusan sebelum diriku mandi." mendengar Taeyong menanyakan itu Jaemin kembali meraih ponselnya ia mencoba mengirimkan pesan teks dan menunggu beberapa saat namun tak ada balasan bahkan pesannya tak terbaca, ia pun kembali mencoba untuk menghubungi Himchan, namun tak ada jawaban sama sekali sama seperti sebelumnya.
"Coba kau hubungi Appa, untuk memastikan.."
Tak biasanya Himchan pergi tanpa kabar apalagi menghilang seperti ini, rasanya amat tak mungkin terjadi. Setahunya Himchan bukanlah pria yang tidak akan memberikan kabar pada keluarganya jika dirinya tak pulang, pria kelinci itu bahkan akan menghubungi salah satu orangtuanya hanya untuk menanyakan apakah mereka ingin dibelikan cemilan atau sesuatu sebelum dirinya pulang.
Jaemin mengikuti saran dari Taeyong, ia segera menghubungi Youngwoon walaupun ini masih terlalu pagi sekalipun. Namun ia tersenyum saat panggilannya terangkat, terdengar suara lesu sang ayah diseberang sana "Appa, kau baik-baik saja?"
"Menurutmu Jaemin-ah.."
Suara diseberang sempat terdiam sebentar kemudian terkekeh pelan "Diriku hanya kurang tidur tadi malam..."
"Apa Himchan Hyung benar-benar tak pulang semalaman?"
Youngwoon melihat kesekeliling halaman rumahnya, dirinya kini berdiri di balkon kamar beruntung istrinya pun tak ada disini tengah sibuk dengan acara mari membuat sarapan demi terlihat seperti ibu dan istri yang baik.
"Tidak, dia tidak pulang.."
Youngwoon tak mendengar suara Jaemin yang menyahuti ucapannya tapi terdengar bahwa anak itu tengah berbisik pada Taeyong dan mengatakan bahwa Himchan tak pulang semalaman tanpa adanya kabar. Sudut bibirnya tertarik ia senang bahwa kedua anak itu memperhatikan Himchan sedemikian rupa.
"Jaemin-ah, bolehkah diriku meminta tolong padamu?"
"Ya Appa tentu saja.."
"Saat dirimu nanti tiba di tempatmu bekerja.." Youngwoo menatap keseluruhan kamarnya "Temui pria bernama Lucas.. Dia kemarin mengatakan sesuatu tentang Himchan, mungkin dirinya tahu sesuatu atau setidaknya ia tahu apa yang terakhir kali Himchan lakukan."
Ia berpikir sejenak, ia hanya mengenal satu Lucas. Dan itu adalah anggota tim elite dibawah asuhan pria bernama Johnny, satu tim dengan Jayden. Sejak kapan Himchan Hyung mengenal Lucas?? Apa kemarin terjadi sesuatu? "Baiklah Appa.. Aku akan menemuinya."
Sambungan terputus, Taeyong menatap Jaemin bingung "Siapa yang harus kau temui?"
"Appa memintaku menemui Lucas.. Menanyakan tentang Himchan Hyung.."
"Lucas? Tim Elite? Apa dia tahu sesuatu?"
"Entahlah.. Tapi aku akan menemuinya." Jaemin memutuskan untuk meneruskan sarapannya yang tertunda, ia ingin cepat berangkat dan menemui Lucas untuk bertanya tentang Himchan Hyung. Mungkin ada sedikit petunjuk tentang hyung mereka yang menghilang dan tak dapat dihubungi sejak kemarin.
Begitu tiba di markas Jaemin sembari memakai jas dokternya melangkah pasti menuju bagian investigasi, hanya sesekali dirinya pergi kesana jika dibutuhkan untuk interogasi itupun jika benar-benar amat sangat diperlukan, maka Jayden akan memanggilnya tanpa ragu.
Jemarinya mengetuk pintu yang terbuka, dan sejujurnya ia terkejut karena ruangan itu cukup ramai saat ini, saat seluruh mata memandang kearahnya Jaemin memutuskan untuk masuk dan menghampiri meja tempat dimana tim Johnny berkumpul di sudut ruangan.
"Ada apa?" Johnny bertanya sambil mengerutkan kening karena seingatnya sedang tidak ada kasus yang membutuhkan jasa Jaemin saat ini.
Netranya segera melirik pada Jayden dan Lucas yang tengah menatapnya, sebenarnya seluruh tim Johnny pun kini menatap kearahnya, membuat Jaemin mau tak mau tersenyum kikuk saat ini pada mereka.
"Aku ingin meminjam Lucas-ssi untuk menanyakan sesuatu."
"Menanyakan tentang apa? Kami sedang rapat.." Jongdae menggoyangkan kertas didalam genggamannya, tak lupa ia menunjuklam cengiran khasnya pada Jaemin.
"Ah.. Aku akan datang lagi nanti kalau begitu."
"Jaemin-ssi." Johnny memanggil saat ia melihat Jaemin hampir beranjak kembali keluar "Katakan saja disini, tak apa. Mungkin kami semua bisa membantumu."
"Tapi ini tentang saudaraku yang hilang sejak semalam."
Johnny cukup terkejut mendengar ucapan Jaemin, dia paham siapa yang tengah dicari oleh pria itu saat ini. Hanya saja ia tak percaya bahwa pria itu menghilang begitu saja. Netranya melirik pada sekumpulan tim elite lain yang tengah menatap kearah mereka secara diam-diam.
"Sehun Hyung bisa kau pesankan meja di cafe yang berada di depan kita harus merayakannya."
Seluruh anggota tim menatap bingung Johnny termasuk Jaemin namun Jayden segera bangkit berdiri "Yaaa akhirnya.. Aku akan mentraktirmu Jaemin-ssi." ia segera menatap rekan kerjanya membelakangi tim lainnya dan memberikan kode melalui gerakan mata.
Dirinya segera menghampiri Jaemin dan merangkulnya, "Sebaiknya kami saja yang langsung kesana.." Jayden menarik Jaemin untuk segera mengikutinya keluar dari ruangan.
"Tapi Jayden-ssi.."
"Ssst.." ia menempelkan telunjuknya pada bibir Jaemin "Johnny Hyung sengaja melakukannya, aku tak tahu tujuannya namun sepertinya siapapun yang kau cari mengundang perhatian dari tim baru itu entah hanya rasa penasaran atau apa diriku tak begitu mengerti."
Ah, akhirnya Jaemin paham. Dirinya sungguh kurang mengerti dengan kode dan segala macam tingkah laku Johnny dan timnya. Namun yang dilakukan mereka memang ada benarnya, sangat berhati-hati.
Ketika mereka berkumpul di dalam cafe, Jaemin menatap seluruh tim yang duduk dihadapannya. Apa ini wajar hanya karena Himchan menghilang mereka semua terlihat antusias?
"Baiklah ceritakan dari awal.."
"Hyungku, hyung angkatku menghilang sejak kemarin sore saat dia tidak membalas setiap pesanku dan tak pulang kerumah hingga pagi ini, tak biasanya dia seperti itu. Bahkan ini kali pertama dia menghilang begitu saja seperti itu." Jaemin melirik Minseok yang tengah mencatat dan Sehun yang tengah merekam ucapannya.
"Lalu tadi pagi ayah angkatku mengatakan untuk coba bertanya pada Lucas tentang kakakku...."
Seluruh mata kini menatap Lucas yang tengah menunjuk dirinya sendiri, ia seperti terdakwa saat ini
"Diriku? Mengapa diriku?"
"Dia hanya memintaku untuk bertanya padamu, mungkin kau tahu apa yang terakhir kali sempat dilakukan kakakku sebelum dirinya menghilang.."
Lucas tampak berpikir, sejauh mereka menggali informasi dari Jaemin sepertinya ada yang janggal dan kurang disini. "Tunggu sebentar, kita sudah sejauh ini. Tapi kau belum menyebutkan nama kakakmu Jaemin-ssi.." ucap Sehun sembari membaca apa saja yang sudah ditulis oleh Minseok disisi kirinya.
"Ah.. Ya.." Jaemin menepuk keningnya sendiri "Nama kakakku adalah Kim Himchan, dia kakak angkatku."
Johnny hanya duduk dalam diam memperhatikan Lucas yang mulai bereaksi dengan nama itu "Ah.. Aku ingat nama itu. Jujur saja diriku belum pernah bertemu dengannya, tapi aku mendengar namanya kemarin disebutkan oleh Taeil dia meminta tolong pada Taeil untuk menyelidiki seseorang."
Kali ini Jaemin mengerutkan keningnya "... Taeil? Taeil Hyung?"
"Kau mengenal Taeil? Apa kita sedang membicarakan Taeil dari bagian Laboratorium?" Jayden melemparkan pertanyaan yang hanya disambut oleh anggukan kepala oleh Jaemin dan Lucas, sejujurnya dia sedikit bingung bagaimana Na Jaemin bisa mengenal Taeil "Hubungi dia dan minta dia kemari." Ucap Johnny.
Baru Jaemin berniat untuk menghubungi Taeil namun Lucas menahannya "Biar diriku saja yang menghubunginya." dan tentu saja itu mengundang tanda tanya di dalam kepala Jaemin, "Oh aku mengenalnya dari Jungwoo.." jawab Lucas dengan senyum diwajahnya dan dirinya segera menempelkan ponsel ditelinganya.
"Datanglah ke cafe, minta adikmu juga datang.. Ada yang ingin kami tanyakan tentang Kim Himchan.."
"Kami?"
"Ya.. Tenang kau baik-baik saja. Kau dan adikmu hanya perlu datang."
"Baiklah.."
Lucas memutuskan sambungan ia menatap seluruh anggota tim nya "Dia akan datang sebentar lagi.." namun setelahnya ia menatap pada Jaemin "Kau bisa bertanya banyak pada Taeil.."
15 menit mereka menunggu, Jayden membelikan segelas Americano dingin untuk Jaemin "Minumlah Jaemin-ssi." usai meletakkan segelas americano tersebut Jayden segera kembali pada kursinya, dan tak lama Taeil datang seorang diri.
Lucas segera melambai agar Taeil menghampiri mereka, dirinya cukup terkejut saat melihat Jaemin pun berada disana. Untuk sesaat ia merasa apa dirinya ketahuan tengah membongkar file milik negara? Karena disana pun ada beberapa anggota tim elite.
"Jaemin-ah? Lucas.. Ada apa ini?"
"Katakan Jaemin-ssi.. Katanya apa yang terjadi pada kakakmu.." ujar Johnny sembari tangannya memerintahkan Taeil untuk duduk di samping Jaemin dan pria pendek tersebut pun segera menurut.
"... Himchan Hyung menghilang sejak kemarin.."
Taeil yang baru saja berniat untuk duduk membatalkan niatnya karena terkejut "Himchan-ssi? Bagaimana bisa?"
"Aku tak tahu Hyung, semenjak siang dirinya tak bisa dihubungi dan sampai saat ini dia pun masih tak dapat dihubungi."
Ia merogoh sakunya untuk mengeluarkan ponsel kemudian mencoba untuk menghubungi Himchan dan seperti apa yang Jaemin katakan bahwa pria yang dihubunginya sama sekali tak mengangkat panggilannya sama sekali.
"Tidak mungkin bukan ini karena hal yang kemarin.."
"Apa yang terjadi kemarin?"
Triiing...
Suara pintu cafe yang dibuka mengalihkan pandangan mereka sekali lagi, dan betapa terkejutnya Jaemin ketika melihat siapa pria yang masuk kedalam cafe ketika pria itu melepaskan hoodie yang menutupi kepala dan setengah wajahnya sembari melangkah mendekat kearah mereka.
"Hyung.. Aku sudah datang.."
"....Jongup.."
Mendengar namanya dipanggil ia menoleh dan menunjukkan raut terkejut yang sama seperti pria bersuraj auburn tersebut "..Jaemin.."
"Kau masih hidup?" pria manis itu segera bangkit dari duduknya dan memeluk Jongup dengan erat, sedangkan pria yang tengah di peluk oleh Jaemin balas memeluk dan menatap Jayden yang tengah menatap mereka berdua.
Jongup melepas pelukannya, ia kemudan mengangkat tangan kanannya menunjuk Jayden "..Je.." namun Jaemin segera menarik tangan Jongup untuk turun "Dia Jayden.." sahutnya dengan cepat sebelum Jongup menyebutkan nama orang yang menyelamatkan mereka 15 tahun lalu.
Mau tak mau karena mendengar ucapan Jaemin, pria itu membungkuk untuk menyapa Jayden dan para pria lain yang duduk mengelilingi meja. Keningnya sedikit berkerut bingung "Ada apa ini?"
"Himchan-ssi menghilang sejak kemarin."
Jongup segera menoleh pada Taeil, "Apa maksudmu dengan menghilang Hyung?" Ia menatap Jaemin dan yang lainnya bergantian ".. Jelaskan padaku.."
"Kurasa dia menghilang usai pembicaraan kalian kemarin.."
Kali ini Jaemin yang mengerutkan keningnya tanda tak paham dengan ucapan Taeil "Ada apa sebenarnya? Kau sudah bertemu dengan Himchan Hyung Jongup-ah?"
Jongdae menginterupsi dengan menggerakkan tangannya "Bisakah kalian duduk terlebih dahulu, kalian bertiga bingung kamipun bingung.. Jabarkan semuanya dari awal, kami mungkin bisa membantu menemukannya."
Ketiganya menurut dan menduduki kursi menambah jumlah manusia yang mengelilingi meja dalam cafe tersebut. Jongup mulai buka suara dengan menceritakan pertemuan tak disengajanya dengan Himchan kemarin, iapun terpaksa mengulang apa yang dirinya bicarakan dengan Himchan dan itu kembali mengorek kenangan masa lalu dalam memori Jongup dan Jaemin.
Jaemin terlihat tenang mendengarkan namun jemarinya bergetar pelan ketika mendengar ucapan Jongup bahwa sang ibu angkat adalah orang yang membunuh anak-anak 15 tahun lalu, bahkan wanita itu yang sudah menempelkan senjata apinya di belakang kepalanya.
Dan, wanita itu juga yang memerintahkan anak buahnya untuk menembak Jeno dengan sebuah shotgun hingga sahabatnya tersebut ambruk setelah menyelamatkannya.
Sebuah sentuhan di jemarinya membuat Jaemin menunduk, ia melihat jemari Jayden kini meremat tangannya mencoba menenangkannya saat dirinya tengah dilanda rasa takut, sedangkan ketika ia menoleh pada pria bersurai terang itu, dia tengah mendengarkan baik-baik cerita dari mulut Jongup dan Taeil tanpa menoleh kearahnya namun jemarinya terus meremas jemari Jaemin agar tak lagi gemetar.
"Himchan Hyung berkata dia akan menemui ibunya langsung dan menanyakan padanya."
"Aku pernah bertemu dengan Kim Taeyeon sekali di acara amal.." ucap Sehun saat ia menunduk menatap nama wanita yang baru saja ditulis oleh Minseok "Namun kebaikan yang dia lakukan tak akan menutup kemungkinan bahwa yang membuat Himchan-ssi menghilang adalah dirinya."
"Himchan-ssi memintaku untuk menyelidiki ibunya sendiri dan berkata bahwa ia akan menemuiku hari ini untuk meminta hasilnya. Jika dia menghilang maka mungkin..."
"Dia pasti datang.." ucapan Johnny menginterupsi pembicaraan yang lainnya.
"Tapi Hyung dia menghilang.." Jayden tak paham, bagaimana cara Himchan akan muncul jika dirinya saja menghilang.
"Dia pasti datang Jayden.. Dia yang menyembunyikannya dan menginginkan hasil penyelidikan yang diminta oleh Himchan."
"Apa maksudmu kita akan berada dalam sebuah misi saat ini?"
Johnny mengangguk, "Kita jalankan misi ditempat ini, secara diam-diam."
"Baiklah.. Aku sudah siap.." Minseok segera mengeluarkan laptopnya dari dalam tas. "Tadi kau berkata bahwa ponselnya masih bisa di hubungi bukan? Berikan aku nomor ponselnya maka aku akan mencoba untuk melacaknya." Minseok mendorong sebuah kertas dan pulpen kehadapan Jaemin.
Jayden menyikut lengan Lucas saat melihat Minseok tengah sibuk mengeluarkan sebuah kotak yang akan ia gunakan sebagai sambungan hotspot pribadi. Pria itu tak mungkin menggunakan hotspot sembarangan untuk mencari orang lain.
"Ah Hyung, gunakan milikku saja, lebih aman. Percayalah padaku." Lucas segera menyambungkan hotspot miliknya pada laptop Minseok hingga pria itu lebih aman berselancar untuk melakukan misi nya.
"Ah, terimakasih Lucas.." Minseok tersenyum lebar karena akan mendapat sambungan hotspot gratis.
"Tetap lakukan sesuai rencana dan jalankan pertemuan dengan siapapun yang datang."
"Tapi Johnny-ssi, apa yang harus kuberikan padanya? Sedangkan seluruh informasi tersebut berada dalam kepalaku. Kim Taeyeon, bukan manusia.." Taeil menggeleng "Aku tak memiliki nyali untuk bertemu dengannya." Tambahnya.
"Aku akan mengawasimu.. " ucap Lucas.
"Akupun akan ikut mengawasimu Hyung.. Jadi kau tenang saja."
"Tapi apa yang harus kuberikan padanya? Diriku bahkan tak menyiapkan apapun untuk kuberikan pada Himchan kalaupun dia datang."
Lucas dan Jongup saling melempar pandangan keduanya sepertinya memikirkan hal yang sama "Apa kalian membawa laptop lagi, aku akan memberikan apa yang dia inginkan." Ujar Jongup, dan Sehun segera meminta Jongdae mengeluarkan laptop miliknya.
Sementara Jongup mulai sibuk dengan laptop dihadapannya, Minseok mengerutkan keningnya. "Diriku sudah merecheck ulang hingga 10x namun sepertinya memang tidak terjadi kesalahan." Ia memutar laptopnya menghadap pada semua yang menunggu hasilnya.
Ada sebuah titik merah yang berkedip dilayar laptopnya dengan jarak yang amat sangat dekat dengan mereka, seluruh kepala secara serempak menoleh kearah jendela kaca bening yang bersebrangan tepat dengan Markas mereka.
"Kau mungkin salah Hyung.." Protes Sehun, pria itu bahkan sampai tersedak dengan minumannya sendiri saat melihat titik merah tersebut berada di hadapan mereka, amat sangat dekat dengan mereka, dan yang terparah adalah berada didalam markas mereka.
"Sudah kukatakan bukan ini sudah kurecheck 10x dan hasilnya sama. Kim Himchan saat ini berada di dalam markas." Jawab Minseok atas segala keraguan yang terjadi, dirinya pun ragu namun ia sudah mengulang berkali-kali dan hasilnya sama tak berubah.
"Jaemin-ssi.. Maaf jika ini menyinggungmu, tapi apakah ada yang kau curigai setelah mengetahui saudaramu berada disana.."
Walaupun mereka berspekulasi apapun namun yang patut merasa curiga dengan orang disekitarnya adalah Jaemin sendiri.
Pertanyaan Jongdae membuatnya terdiam, hanya 2 orang yang membuatnya curiga saat ini. Namun rasanya ia terlalu kejam jika berniat untuk mencurigai Taeyong, pria itupun turut pusing memikirkan dimana keberadaan Himchan sejak semalam.
Jaemin menatap seluruh pria yang kini menatapnya kecuali Jongup dan Taeil yang tengah sibuk dengan laptop milik Jongdae "Doyoung Hyung, dia terlihat tak perduli Himchan Hyung menghilang."
"Sambungkan laptopmu pada CCTV markas lacak pergerakan Kim Doyoung sejak kemarin siang hingga saat ini." Perintah Johnny begitu mendengar nama salah satu tim pasukan khusus itu disebutkan dan perintah tersebut segera di lakukan oleh Minseok, pria itu dengan cepat menyambungkan laptopnya pada rekaman CCTV mencari data base tentang Kim Doyoung dan menggunakan face scan pada pencarian CCTV.
"Kami sudah menyiapkan hadiah spesial untuk siapapun yang menjadi dalang menghilangnya Himchan Hyung, tapi... Diriku meminta ijin kalian untuk tidak protes saat benda ini mungkin akan mengacaukan sistem data pada markas kalian."
Semuanya saling berpandangan "Aku sudah memindahkan seluruh data pentingku kedalam hard disk."
"Tak ada yang penting pada komputerku."
"Lakukan apa yang ingin kalian lakukan. Anggap saja ini demi 15 tahun yang lalu.." Ujar Johnny menimpali ucapan Sehun dan Jongdae yang setuju-setuju saja dengan niat pembobolan terang-terangan yang akan di lakukan oleh Taeil serta Jongup.
"Kutemukan.. Dan yang paling mencurigakan adalah rekaman ini."
Sekali lagi Minseok memutar laptopnya agar dapat dilihat oleh yang lainnya, terlihat dalam rekaman CCTV tersebut bahwa Doyoung bersama 2 anak buahnya tengah menggotong tubuh seseorang yang wajahnya di tutupi dengan kain.
"Stop!"
Minseok segera mempause video rekaman CCTV tersebut "Perbesar..." Menurut ia memperbesar bagian tangan yang ditunjuk oleh Jongup dari tubuh yang dibawa oleh 2 anak buah Doyoung, setelah menjernihkan gambar Jongup mengepalkan tangannya.
"Itu Himchan Hyung.."
Pada tangan yang disorot oleh CCTV terdapat gelang titanium yang masih digunakan oleh Himchan dan Jongup. "Kau yakin.."
Jongup mengangguk dan Jaeminpun mengiyakan, Himchan tak pernah melepaskan gelang titanium tersebut sekalipun dari hidupnya berharap ia akan bertemu lagi dengan sahabat kecilnya yang hilang.
Baiklah, mereka sudah tahu siapa dalangnya dan dimana Himchan berada, karena itu adalah Kim Doyoung anggota pasukan khusus sudah pasti Himchan disembunyikan diruang bawah tanah gedung yang biasa digunakan sebagai penjara sementara.
Kini mereka tengah saling melempar tatapan satu sama lain seolah-olah bertanya-tanya rencana apa yang akan mereka lakukan setelah mengetahui semuanya, namun hanya Sehun yang mengambil kertas dan pulpen, mencoret-coret kertas tersebut seperti tengah membagi kelompok.
Setelah usai ia mengangkat kertas tersebut dan menunjukkannya pada seluruh mata yang kini memandangnya dengan pertanyaan. "Ini rencanaku, kita bagi 4 kelompok. Tim pertama adalah yang melakukan pengalihan, itu kau, kau dan Lucas.." Sehun menunjuk Taeil, Jongup dan Lucas seperti rencana awal yang dikatakan oleh Johnny bahwa tetap biarkan dalangnya itu datang seperti rencana sebelumnya seolah-olah Taeil tak tahu menahu tentang menghilangnya Himchan.
Lucas akan mengawasi diluar tempat pertemuan sembari memastikan siapa yang datang menemui Taeil, sedangkan Jongup akan mengawasi didalam cafe yang letak mejanya cukup strategis untuk memantau apapun yang terjadi pada Taeil nantinya, dan tentu saja Jongup memiliki ide sendiri menambahkan improvisasi untuk merekam dan memfoto transaksi diantara Taeil yang membelakanginya dan Doyoung yang menghadap kearahnya dari sisi samping.
Jongup akan keluar sebelum pembicaraan keduanya selesai dan memberikan kode pada Lucas untuk berjaga-jaga andai Taeil tak dapat lepas dari cengkraman Doyoung.
"Taeil Hyung, aku mencarimu kemana-mana, ayo temani aku makan siang.."
"Ohh bukankah kau Kim Doyoung? Wah sungguh kehormatan bisa melihatmu disini..."
Setelah itu Lucas dan Taeil hanya perlu pergi menyusul kemana Jongup berada, yang tentu saja pria itu akan pergi untuk mengeprint foto serta memindahkan hasil rekaman miliknya pada sebuah file mp4 untuk dikirimkan pada pihak markas.
"Tim kedua, adalah tim yang akan membawa keluar Himchan-ssi dari dalam penjara bawah tanah.." Sehun menatap Jayden, kemampuan itu hanya dimiliki olehnya namun pria itu tak mungkin sendiri.
"Aku bersedia menjadi tim kedua.." ujar Jaemin, ia ingin menyelamatkan Himchan bagaimanapun caranya, dirinya yang meminta tolong tentu saja dirinya yang akan turun tangan tak mungkin ia melimpahkan ini semua pada Jayden dan Tim nya.
"Kalau begitu kau butuh penyamaran.."
Hanya satu nama yang terlintas dalam benak Jaemin saat ini, Lee Taeyong.
Pria itu datang hanya dalam waktu 10 menit, ia hampir merusak sebuah meja saat tahu bahwa Doyoung lah yang menyembunyikan Himchan, bahkan ia tak bisa menutupi rasa kecewa yang tergurat dengan jelas di wajahnya saat tahu bahwa Kim Taeyeon memiliki andil pada malam itu, padahal yang menyelamatkannya dipagi hari adalah Taeyeon dan suaminya.
"Kau bersedia membantu mereka?"
"Tentu.. Mereka akan menggunakan seragam tim-ku untuk menyamar, hanya tim khususku yang bisa keluar masuk dengan leluasa kedalam penjara, setelah kalian usai dengan urusan menyelamatkan Himchan Hyung dan sabotase yang kalian maksudkan, serahkan sisanya padaku. Jadikan diriku tim keempat." ujar Taeyong panjang lebar sembari mengepalkan tangannya dengan erat.
Dua pria mengenakan pakaian seragam serba hitam menuruni tangga, sebagian wajah keduanya tertutup oleh masker hitam dan goggles pun ikut menutupi kedua pasang mata mereka, tak lupa sebuah helm hitam menutupi kepala keduanya. Keduanya melangkah beriringan menyusuri lorong dan saat berbelok mereka sedikit berjengit kaget karena melihat Kim Doyoung melangkah di hadapan mereka.
Salah satu dari mereka menunduk diikuti dengan yang satunya dan Doyoungpun membalas kemudian melanjutkan perjalanannya. Setelah memastikan bahwa Doyoung tak lagi berada dihadapan mereka maka keduanya kembali melangkah, ada cukup banyak penjara dibawah sini bagaimana cara mereka mencari satu persatu ruangan guna memastikan yang mereka cari ada didalam.
Kim Doyoung mungkin akan kembali dalam waktu kurun kurang dari 1 jam, ia segera pergi setelah mendapat pesan dari ponsel Himchan, letak cafe yang akan dijadikan tempat pertemuanpun hanya berbeda 3 blok dari sini dengan jarak tempuh 15 menit menggunakan mobil.
Beruntung disetiap pintu terdapat nama tahanan, salah satu dari keduanya menepuk lengan partnernya dan menunjuk pada ujung lorong, satu-satunya lorong yang tersisa dan begitu keduanya berbelok mereka melihat 2 orang yang berpakaian sama seperti mereka tengah berjaga-jaga didepan sebuah ruang tahanan.
"Aku yakin dia berada didalam sana."
Keduanya melangkah seperti tengah berpatroli namun terhenti saat melihat kedua penjaga tersebut "Siapa yang kalian jaga? Mengapa hanya pintu ini yang memiliki penjaga." tanya salah satu dari mereka dengan nada tegas, mau tak mau mereka menjawab seperti apa yang atasan mereka ajarkan.
"Tahanan milik negara."
"Ah.. Baiklah.."
Pria itu mengangguk dan hendak berbalik, namun secara tiba-tiba justru pria tersebut kembali pada posisi semula dan menghajar kedua penjaga tersebut dengan mudah menedang dan memukul keduanya dalam waktu singkat, menghantamkan kepala keduanya dan mematahkan leher keduanya dengan mudah.
"J-Jayden-ssi.."
"Jika salah, maka aku yang akan menanggungnya.." pria itu segera merogoh kantung kedua penjaga yang baru dibunuh olehnya dan mendapati kunci yang digunakan untuk mengunci pintu tahanan.
Pria itu Jayden segera menekan saklar agar ada penerangan dalam ruangan gelap itu, begitu lampu hidup Jaemin segera menghampiri tubuh lemas Himchan yang tergeletak dilantai.
"Kita bawa dia keluar dari sini, minggir, biar aku menggendongnya." Jayden segera melepas helm goggles dan menurunkan masker hitamnya, ia bersiap untuk menggendong Himchan setelah memberikan helm dan gogglesnya pada Jaemin. Kini pria itu terlihat menghampiri ponsel Himchan dan mengetikkan sebuah kata didalam sebuah note.
Jaemin kemudian menarik kedua penjaga yang sudah tak bernyawa tadi kedalam penjara, kembali mematikan lampunya saat Jayden sudah menggedong keluar tubuh Himchan dipunggungnya.
"Dan untuk tim ketiga.." Sehun menatap Minseok dan Jongdae "Jayden akan membawa tubuh Himchan-ssi menuju kamar mayat melewati lorong yang sudah ku gambarkan untuk menghindari mereka terekam oleh CCTV, Jongdae Hyung dan Minseok Hyunglah yang akan bertugas membawa Himchan-ssi ketempat aman sedangkan diriku yang akan membuat surat pengambilan jenazah yang tak lain tak bukan adalah Himchan-ssi."
Semua kepala mengangguk paham termasuk Minseok dan Jongdae yang sudah mengerti dengan sangat apa yang ada diotak pria dihadapannya.
Jongdae keluar dari mobil pengantar jenazah, ia membenarkan letak topi hitamnya dan menghampiri pintu kamar jenazah dan memberi kode pada Sehun, pria pucat itu sudah memberikan selembar kertas untuk di tunjukan saat mereka berada dipintu luar untuk melakukan pengecekan.
Jongdae membuka kain penutup jenazah, terlihat tubuh Himchan yang penuh dengan luka "Dimana mereka?"
"Sedang berganti pakaian, mereka akan menemuimu didepan."
Jongdaepun mengambil kertas tersebut dan segera mendorong bangsal keluar, dengan bantuan Minseok mereka mendorong bangsal yang ke-4 kakinya tertekuk saat mereka memasukkannya kebagian belakang mobil.
Keduanya segera menutup mobil dan masuk kedalam mobil lalu beranjak dari sana usai menunjukkan surat ijin keduanya segera melesat menjauhi markas dan menunggu kedatangan Jaemin serta Jayden di 1 blok jauhnya dari markas.
Saat keduanya datang mereka segera merobek stiker tanda ambulance dan sebagainya dari badan mobil kemudian masuk kebagian belakang mobil Minseok pun segera kembali melesat pergi dengan cepat menuju apartemen Lucas "Tunjukan jalannya padaku Jayden aku tak pernah berada disana sebelumnya."
"Baik Hyung.." Jayden menyingkirkan kain yang menutupi tubuh Himchan sedangkan Jaemin segera mengeluarkan peralatan medis seadanya yang ia dapatkan tadi diruang kesehatan.
Sehun menatap flashdisk yang berada dalam genggaman Taeil "Bersihkan benda itu dari sidik jarimu bagaimanapun caranya, saat dia sudah memakan umpannya, kalian tim yang mengalihkan sebaiknya segera keluar dari Markas sebelum terjadi keributan karena sabotase yang terjadi, dan kau.." Ia menunjuk Jongup "Kau bisa mengamati dari sini apa semua data yang kau butuhkan sudah cukup.."
Jongup tersenyum miring saat melihat ponselnya kini menerima puluhan bahkan ratusan notifikasi, virusnya berhasil ia akan bisa mendapatkan ratusan data yang dibutuhkan Taeil. Dirinyapun penasaran siapa dalang yang sebenarnya karena ia tahu dengan jelas orang yang disalahkan oleh dunia adalah satu-satunya orang yang tak bersalah.
Sambil menggunakan hoodienya untuk menutupi kepala Jongup meraih ponselnya dan modem hotspot milik Lucas kemudian beranjak keluar dari dalam cafe.
"Ini baru dimulai.. Aku pasti akan membuat kalian keluar dengan sendirinya.." Gumamnya sembari menatap gedung markas dihadapannya, suara alarm terdengar amat jelas dari seberang sana.
Usai melipat kertas yang sedari tadi ia pamerkan pada semuanya, hanya sisa tim terakhir, ia menoleh pada Taeyong. Beruntung pria ini mau datang dan berniat membantu mereka, namun bagi Sehun perannya dibutuhkan untuk bagian penutup yang cantik.
"Dan kau.. Tim ke-4 yang akan melakukan penangkapan pada Doyoung-ssi atas sabotase yang dilakukannya. Bukti-bukti akan tiba pada email, kau hanya perlu membukanya dan tangkap dia. Kau bisa melakukannya?"
Taeyong cukup terkejut ia harus menangkap Doyoung dengan tangannya sendiri, namun demi kejahatan yang sudah diperbuat oleh Doyoung maka ia harus bisa melakukannya. Kepalanya mengangguk tanda bahwa Taeyong menyanggupi misi yang diberikan padanya.
"Taeyongie?"
"Kau ditahan atas tuduhan meretas server pemerintah dan dengan sengaja menyebarkan virus yang membuat pertahan pemerintahan melemah."
"T-Taeyong!! Diriku di jebak! Kau harus percaya padaku!!"
Mereka saling menatap satu sama lain, rencana telah disiapkan. Mereka hanya perlu melaksanakannya tanpa ada kecacatan sedikitpun.
Johnny yang sedari tadi diam memajukan tubuhnya, ia menekuk kedua lengannya didepan tubuh tepat diatas meja. Dirinya puas dengan kerja tim nya yang tak dapat diragukan setiap saat "Kalian siap melaksanakannya?" Ia mengalihkan tatapannya pada Taeyong, mau tak mau ia harus akui bahwa pria dengan pangkat leader tim khusus tersebut amat sangat mirip dengan orang yang tidak disukainya.
"Kuharap kau tidak mengecewakan kami.." Tambahnya, Johnny tak memperdulikan tentang Taeyong yang menatapnya dengan raut penasaran, namun ia mencoba untuk berpikir positif kalau itu hanya kata-kata penyemangat karena tim nya adalah tim terakhir.
⇨ To Be Continued ⇦
Oh Sehun, anggota tim yang bisa dibilang tidak serius sama seperti Lucas namun kepintarannya dalam mengatur strategi patut diancungi jempol. Berapa banyak strategi yang di ciptakan oleh Sehun berhasil membuat tim mereka mendapat pujian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar