* US *
-
-
-
-
-
NEO CITY
2044
- Flashback -
-
-
-
Seorang pria berkulit putih mendekati pucat tengah berlari mengitari lapangan stadion diiringi dengan jeritan beberapa gadis yang menontonnya dari tepi lapangan, ia tengah berlatih untuk perlombaan lari marathon yang akan dilaksanakan akhir pekan nanti, namun saat dirinya tengah fokus dengan latihannya dan mencoba menghiraukan suara para gadis yang memekakkan telinganya ada suara seseorang mengusiknya.
"Jaejoong!! Jaejooong!! Kim Jaejooongg!!"
Mau tak mau ia menoleh dan melihat sahabat kecilnya tengah melambai dari kursi penonton stadion sembari melompat-lompat, ia terkekeh pelan sembari melambatkan langkah panjangnya hendak membalas lambaian, namun dirinya justru dengan sengaja ditabrak oleh seseorang yang berlari dengan cepat dari arah belakang.
Membuat tubuhnya terdorong kedepan hingga terjatuh dengan kuat menghantam tanah, dan bodohnya kaki kanannya justru terkilir karena hantaman tersebut.
"Jaejoongie!!"
Para gadis berteriak histeris namun tak berani menghampiri karena mereka melihat pria yang sebelumnya tengah melambai dari atas deretan kursi penonton yang sebelumnya diam dan terkejut kini secepat kilat menuruni tangga dari kursi penonton untuk berlari kearah lapangan dan membantu sahabatnya agar setidaknya dapat duduk diatas tanah merah.
"Kau baik-baik saja?"
Kepalanya menggeleng pelan, sangat terlihat ia menahan rasa nyeri luar biasa di pergelangan kakinya "Tak apa, tapi sepertinya kakiku terkilir."
"Apanya yang tak apa jika kau mengatakan bahwa dirimu terkilir.."
Pria dengan kulit yang lebih gelap tersebut segera berjongkok dihadapan Jaejoong "Kuantarkan kau ke UKS, naiklah.."
"Aku tak apa Yunho-ya.."
Jung Yunho tetap memaksa, ia menarik Jaejoong agar naik keatas punggungnya dan dengan cepat pria itu membawa Jaejoong menuju UKS untuk segera di obati, bahkan dirinya dengan panik menghubungi Kakak laki-laki Jaejoong yang baru saja selesai dengan klub sepak bolanya.
Perban kini membabat kaki kanannya, dirinya dinyatakan tak dapat mengikuti lomba lari yang diidam-idamkannya sejak lama dikarenakan kaki kanannya terkilir cukup parah, ia menatap kedua pria yang mengkhawatirkannya secara bergantian.
"Maafkan aku, kalian tak bisa melihatku berlari..." Ujar Jaejoong merasa tak enak hati pada kakaknya Youngwoon dan sahabatnya Yunho yang kini menunggui dirinya di UKS Stadion, selain Jaejoong kedua pria yang menemaninya ini pun sangat antusias dengan perlombaan tersebut.
"Jangan berbicara sembarangan, akan kubuat si Kang itu berlari paling akhir.." Ucap Youngwoon sembari mengepalkan tangannya dan berpura-pura untuk marah. Layaknya seorang kakak yang tak suka ketika adiknya diganggu orang lain dengan sembarangan, apa orang bodoh yang menabrak adiknya tak tahu bahwa Kim Jaejoong adalah berlian kesayangan Kim Youngwoon?
"... Hyung kau berlebihan."
"Iyakah Yunho-ya?"
Mau tak mau Yunho menganggukkan kepalanya, kakak tertua Jaejoong terlihat seperti preman jika sedang marah. Hanya kakak kelas mereka yang mampu menenangkan seorang Kim Youngwoon yang tengah tersulut emosi, Park Jungsoo sahabat seperpopokan Youngwoon.
Sepanjang perjalanan pulang Yunho menggendong Jaejoong dipunggungnya ditemani dengan Youngwoon dan Jungsoo yang sudah melangkah di depan sembari saling mendorong satu sama lain bahkan saling mengejar hingga keduanya menghilang dengan cepat dalam seketika.
"Kau benar-benar akan menyerah untuk lomba itu Jaejoong-ah?"
Jaejoong menganggukkan kepalanya, nyaman ia menyandarkan dagunya pada bahu Yunho yang bahkan tak lelah sedari tadi menggendongnya sambil melangkah perlahan-lahan menuju rumahnya "Mau bagaimana lagi.."
Yunho baru akan membuka mulutnya untuk memberikan sebuah solusi, setidaknya ia ingin menghibur Jaejoong namun ditahannya karena mereka melewati 2 orang gadis yang terpekik girang saat mereka melihat Jaejoong, sang Casanova dalam gendongannya.
Siapa juga yang tak tahu bahwa seluruh wanita akan dengan mudah takhluk pada tatapan pria pucat itu.
"Berhentilah sembarangan menebar pesona Jaejoong-ah."
Pria yang tengah sibuk menebarkan pesonanya itu segera berhenti tersenyum pada 2 gadis tersebut dan tertawa pelan melihat lagi-lagi sahabatnya ini protes, karena dirinya yang suka menebar pesona disana sini.
"Aigoo aku menemukan sahabatku yang tengah kesal karena dirinya masih menyendiri eoh? Ayolah, kukenalkan dengan beberapa gadis Yunho-ya.."
"Aku tak tertarik Jaejoong-ah, aku hanya ingin fokus pada ujian masuk sekolah militer." Ujarnya dan hanya disahuti anggukan lagi oleh Jaejoong.
"Kita akan masuk kesana bersama Yunho-ya.."
Tak berapa lama keduanya tiba didepan rumah keluarga Kim, bersebrangan dengan rumah keluarga Park. Sedangkan rumah Jung Yunho, sudah terlewat 2 blok tadi. Ia bisa putar arah kembali lagi setelah mengantarkan Jaejoong karena tentu saja dirinya tak akan rela membiarkan pria itu berjalan seorang diri dengan keadaan kaki yang seperti ini.
Usai meninggalkan pria pucat tersebut dikamarnya Yunho segera pamit untuk pulang setelah puas mengacak-acak surai rambut Jaejoong hingga berantakan, ia pun segera berpamitan untuk pulang.
Tungkainya melangkah perlahan menuju blok keluarga Jung, letaknya berada di distrik yang sama dengan keluarga Park dan Kim hanya berbeda 2 blok saja.
Langkahnya terhenti saat melihat ternyata Youngwoon kini berada didekat rumahnya, tengah mengawasi sahabatnya Park Jungsoo yang saat ini tengah mendekati seorang gadis yang lebih muda darinya, keponakannya anak dari kakak laki-lakinya.
"Pelgi, pelgii... Jangan ganggu Noona-ku."
Jungsoo berlari menghampiri Youngwoon yang mentertawakan pria berdimple tersebut karena di kejar oleh si kecil Jung Jaehyun menggunakan selang air. Mau tak mau Yunho terkekeh melihat hal itu, walau ia melihat raut wajah janggal yang terlihat di wajah Youngwoon saat Jungsoo tak tengah melihat kearahnya.
Iapun memutuskan untuk menghampiri sembari menahan Jaehyun yang saat itu berumur 2 tahun tengah menyiram orang lain dengan selang air bahkan langkahnya saja masih bergoyang-goyang. "Jaehyun-ah, masuklah biar paman yang mengurus orang-orang ini.." Ucap Yunho sambil terkekeh menunjuk Youngwoon dan Jungsoo yang sudah sedikit basah akibat ulah Jaehyun.
Setelah Jaehyun menurut untuk masuk kedalam rumah Yunho segera berkacak pinggang menatap kedua orang tersebut "Masih ingin mendekati keponakanku eoh Jungsoo Hyung?"
"Sejujurnya diriku tak terima dirimu adalah pamannya Yunho-ya. Kau dan dia seumuran..."
"Jika kau tak menerimanya maka menyerahlah Hyung, aku lelah harus menemanimu tersiram air setiap hari."
Jungsoo mencebikkan bibirnya berpura-pura kesal "Dapatkan nomor ponselnya untukku maka aku tak akan menyeretmu kemari Youngwoon-ah.." Ucap Jungsoo asal sembari melihat jam tangannya "Sudah sore aku akan pulang terlebih dahulu.. Sampai jumpa besok Youngwoon-ah.." Pria periang itu, Park Jungsoo segera beranjak sambil melangkah mundur hanya demi melambai pada Youngwoon dan Yunho.
Sepeninggal Jungsoo, senyum di bibir keduanya menghilang perlahan. "Berikan saja nomor ponsel Jessica padanya Yunho-ya.."
"Kau yakin?"
Youngwoon tersenyum, namun kedua netranya masih menatap dengan lekat punggung Jungsoo yang semakin jauh hingga tak terlihat lagi "Bagaimanapun diriku berada disisinya, Jungsoo Hyung hanya menganggapku adik Yunho-ya tak akan pernah lebih dari itu, dia tidak akan pernah melihatku seperti caranya melihat Jessica.."
Ucapan Youngwoon entah mengapa bagai tamparan telak untuk dirinya yang selama ini melajang dan hanya menjadi obat nyamuk disetiap hubungan yang dijalani Jaejoong ketika bergonta ganti kekasih.
Yunho meraih ponselnya dari dalam saku dan mengirimkan nomor ponsel keponakannya pada Youngwoon, "Kuberikan padamu. Bagaimana nantinya kuserahkan padamu, kau bisa memberikannya jika kau ingin."
Sambil menahan gemuruh didadanya yang kian lama kian tak karuan berdebar dengan kuat hanya karena seseorang bernama Park Jungsoo, pria itu hanya dapat menganggukan kepalanya, dirinya hanya bisa menjadi pengecut berkedokkan persahabatan hanya demi tetap berada disisi Park Jungsoo selama mungkin.
"Mungkin aku akan menerima perjodohan yang ibuku tawarkan Yunho-ya.. Bukankah begitu jauh lebih baik.."
Disaat seperti ini Yunho tak tahu lagi mana yang baik dan mana yang buruk, ia tak lagi paham mana yang egois dan bukan. Dirinya tahu bagaimana perasannya sendiri yang sama bodohnya seperti Youngwoon, namun sekali lagi mereka tak ingin menghancurkan persahabatan yang sudah mereka bangun sebaik mungkin selama ini.
Langkah kaki Yunho berlari semakin panjang dan cepat, berbagai pertanyaan timbul dalam benaknya setiap hari. Semakin ingin dirinya mengelak semakin jelas ia merasakan bahwa pria pucat yang berstatus sahabatnya tak akan pernah bisa ia pandang sebagai sahabat karibnya lagi jika dirinya sudah meletakkan sebuah perasaan khusus diantaranya.
Semakin ia pikirkan semakin dirinya ingin berlari menjauh, hingga ia sadar bahwa ia tak akan bisa kemana-mana lagi. Apa yang dirasakannya salah namun bukanlah sebuah dosa bukan? Ia tahu sahabatnya seperti apa, Yunho akan terus menyimpan apa yang ia rasakan untuk dirinya sendiri.
Orang lain tak perlu tahu, apalagi menilai.
"Arrghhhh!!!!" Yunho berteriak kencang ketika ia terus berlari semakin kuat mengejar 2 pelari lagi dan membuat tubuhnya sampai di garis finish untuk yang pertama kali.
Ia memenangkannya...
Ia mendapatkan gelar juara demi sahabatnya, Yunho bangga akan itu. Walau akhirnya ia hanya bertamu sebentar ketika melihat Jaejoong tengah menerima tamu seorang gadis cantik yang terlihat begitu lembut di depan rumahnya.
Terkejut? Tentu saja Jaejoong terkejut, ia tak menyangka Yunho akan mengikuti lomba menggantikan dirinya dan memenangkan pertandingan tersebut. Usainya pria itu datang mengantarkan piala tersebut untuknya.
"Simpanlah.. Aku susah payah memenangkannya untukmu.."
"Terima kasih Yunho-ya... Kau memang sahabat terbaik-ku..."
Yunho hanya tersenyum tak berniat untuk menjawab ucapan Jaejoong padanya, "Aku akan pulang, Jessica memintaku menemaninya membeli buku." Terpaksa dirinya berbohong, sejak kapan Jessica akan memintanya untuk menemani gadis itu pergi.
"Tunggu sebentar.."
Dirinya sudah hampir beranjak untuk pergi namun Jaejoong menahannya "Yunho-ya.. Apa kau lihat gadis itu?"
Mau tak mau Yunho kembali menoleh menatap gadis cantik yang masih berdiri dalam diam menatap polos kearah mereka "... Iya aku melihatnya, dia bukan hantu."
"Yak.." Jaejoong hampir ingin menendang Yunho tapi ia urungkan "Menurutmu bagaimana dirinya?"
Sekali lagi Yunho menatap gadis itu "Dia.. Terlihat cocok denganmu."
"Benarkah?"
"Iya benar..." Yunho mengacak surai Jaejoong kembali hingga berantakan, dan sekali lagi berpamitan pulang pada sahabatnya dan juga pada gadis tersebut.
Seharusnya ia sudah mempersiapkan diri untuk hal ini, sudah kesekian kalinya pula pria itu bergonta ganti kekasih seharusnya ia sudah terbiasa namun tidak dengan kali ini, pria itu sahabatnya terlihat sangat menyayangi gadis tersebut.
Ini kali pertama dirinya melihat Jaejoong menjalin hubungan cukup lama ah tidak namum amat lama. Dirinya sudah berkaca didepan cermin lemari ia sudah siap dengan kemejanya karena hari ini adalah hari pernikahan Youngwoon.
Pria itu benar-benar menyerah, Youngwoon melepas Park Jungsoo untuk keponakannya Jessica sejak setahun yang lalu, sama seperti Yunho yang selalu terlihat mendukung Jaejoong dan gadis cantik itu Seohyun.
Tapi, ini sungguh-sungguh perasaan bahagia yang amat menyakitkan. Begitu dirimu bahagia melihatnya dengan kebahagiaannya namun dirimu tetap merasa tertusuk seorang diri dibalik ucapan dirimu bahagia, itulah yang dirasakan Yunho dan Youngwoon.
Walau ia sakit namun tak bisa dirinya pungkiri bahwa Jung Yunho pun akan bahagia saat melihat Jaejoong bahagia dengan gadis itu, setidaknya petualangannya berhenti pada seseorang, dan gadis itu terlihat begitu baik serta sempurna untuk Jaejoong yang semberono dan begitu manja.
"Yunho Oppa, kau sudah siap?"
Yunho melirik kearah pintu kepalanya mengangguk saat melihat Seohyun memunculkan kepalanya dari ambang pintu, tak lama ada Jaejoong yang muncul juga dibelakang Seohyun.
Iapun tertawa karena melihat tingkah lucu kedua pasangan itu "Aku akan keluar kalian benar-benar tak sabaran sekali."
Ketiganya berjalan beriringan dari ruang ganti menuju ruang utama acara digedung khusus milik keluarga Kim. Ketiganya duduk di kursi barisan kedua menikmati acara pernikahan dengan hikmat.
Terlihat Park Jungsoo tersenyum lebar dibalik tubuh Youngwoon karena dirinya menjadi Best men diacara pernikahan sahabatnya, siapa yang tak senang melihat sahabat terbaikmu menikah?
"Hyungku menerima perjodohan itu setelah menolak lebih dari 10x perjodohan. Mengapa dia tak mencoba untuk mencari cintanya sendiri?"
Gumaman Jaejoong membuat Seohyun dan Yunho menoleh kearah pria tersebut. Walau pria itu adalah seorang playboy sekalipun ia paham rasanya menjalani sesuatu tanpa rasa sedikitpun. Beruntung ia sudah menemukan tambatan hatinya dan memiliki seorang sahabat yang selama ini mendukung setiap langkahnya.
Sedangkan didepan altar sana seusai Youngwoon memasangkan cincin pernikahan mereka, gadis yang dipersunting olehnya melirik kearah kursi tamu dan menatap raut bahagia di wajah Jaejoong, Seohyun dan Yunho yang tengah berbincang dan sibuk dengan pembicaraan mereka sendiri.
Ada sedikit rasa iri dalam dadanya melihat mereka tertawa sedangkan dirinya harus menjalani pernikahan dengan orang yang dicintainya namun tak mencintainya, meliriknya sedikit saja pun tidak.
Kenapa harus dirinya yang menjadi satu-satunya orang yang tak bahagia di hari bahagia semua orang?
"Taeyeon-ssi.."
Sebuah panggilan mengalihkan pikiran gadis itu, ia melirik pada pria yang menjadi Best men dari seseorang yang sudah menjadi suaminya "Selamat.." Sambung pria itu, mau tak mau.. Gadis itu, Taeyeon menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum, senyum terpaksa yang akan dirinya gunakan seumur hidupnya mulai dari sekarang.
-
-
-
- End of Flashback -
"Hentikan..." Jayden berdiri didepan pistol yang diarahkan Taeyong pada Yunho, walau ia tak pernah menyukai pria yang dahulu selalu ia panggil paman tersebut. Namun ia tak ingin melihat pertumpahan darah ditempat ini.
"Minggir..." Taeyong menarik lock dari pistol tangannya, ia tak akan segan-segan melubangi kepala Jayden walaupun pria itu adalah Jeno sekalipun.
"Hyung!"
Bahkan ia akan menulikan telinganya dari panggilan Jaemin yang melihat sebuah pistol kini berada dihadapan Jayden.
"Taeyong-ah.. Kau salah paham padanya.." Ten bersuara, ia perlahan mendekati sahabat kecilnya dan berusaha menyentuh pundak pria tersebut yang sesungguhnya amat terlihat rapuh.
Ten bahkan bisa merasakan betapa rumit isi kepala Taeyong saat ini, rentetan kenyataan yang terjadi hari ini sudah cukup membuat pria itu merasa tertekan.
"Jangan menghalangiku.." Taeyong menyentak tangan Ten yang menyentuhnya dan mencoba untuk menenangkannya hingga tubuh Ten terdorong mundur kebelakang, beruntung Johnny segera menahan tubuh kecil Ten.
"Ini semua bukan kesalahannya, semua yang terjadi pada kalian dimalam itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Jung Yunho." Youngwoon bersuara, ia mendekati Taeyong dan menurunkan pistol yang terangkat ke kepala Jayden yang masih berdiri untuk melindungi Yunho secara perlahan.
"Percaya padaku Taeyongie, akan kujelaskan apa yang terjadi malam itu. Hari ini juga, sudah saatnya kalian tahu yang sebenarnya.." Youngwoon mencoba untuk menenangkan Taeyong, ia menunjukkan sisi lembutnya sebagai seorang ayah yang amat sangat jarang ia perlihatkan.
Lengan Taeyong terasa lemas, ia sudah memendam kebencian belasan tahun pada pria yang bernama Jung Yunho itu, namun kali ini ia dengar ayah angkatnya berkata bahwa semua hal yang terjadi malam itu tidak ada hubungannya dengan Yunho?
Bagaimana mungkin?
Mengapa Youngwoon diam saja selama ini? Kenapa baru sekarang?
"Karena kami belum tahu siapa dalang dibalik semuanya, Taeyong-ah.." Ucap Ten, pertanyaan pria dihadapannya berputar dalam kepalanya juga saat ini.
"Kau tahu semuanya Ten? Tapi kau diam saja?"
"Kau sangat tahu Ten bisa membaca pikiran siapapun, tak akan ada yang bisa berbohong dihadapannya. Apa kau pikir dia tak tahu bahwa Paman Jung tak bersalah saat mereka bertemu." Sahut Johnny, ia tak ingin Ten disalahkan, semua sepakat untuk merahasiakan kebenaran yang terjadi sampai waktu yang ditentukan tiba, dan sepertinya hari itu sudah datang.
Taeyong mengalah, ia mencoba untuk menenangkan dirinya dan menyimpan kembali pistol kedalam sakunya ia pun beranjak untuk duduk di sofa, tepat di sisi Jaemin yang memucat menatap ketegangan dihadapannya, ia hampir tak bisa lagi berbicara karena Taeyong hampir berniat melubangi kepala Jayden dihadapannya.
Ia bahkan hampir lupa bagaimana caranya bernafas saat Jayden tiba-tiba saja berdiri dihadapan pistol Taeyong, pria itu tak pernah sekalipun gagal menembak targetnya, tentu saja Jaemin takut hyungnya akan benar-benar melubangi kepala Jayden tanpa pikir panjang.
Jongdae, Minseok dan Lucas saling melempar tatapan satu sama lain, mereka tak tahu apapun tentang masalah yang terjadi ketiganya ragu untuk tetap ditempat dan ikut mendengarkan, namun sekali lagi Ten mengetahui apa yang tengah mereka pikirkan.
"Tetaplah disini, sudah kukatakan bahwa kami butuh sekutu. Kuharap kalian bersedia.."
Kini ketiganya menatap Johnny dan atasan mereka tersebut menganggukkan kepalanya agar seluruh bawahannya tetap tinggal. Johnny melirik pada Jayden, pria itu nampak tengah menutup pintu apartemen Lucas.
"Jayden..."
"Ya Hyung?"
"Usai mendengar segalanya, ceritakan apa yang kau dengar pada Aiden Hyung. Mungkin Hyungmu berniat untuk menjadi sekutu kami..."
"Kau juga ada hubungannya dengan kejadian 15 tahun lalu?" Taeyong kini menatap Johnny dengan kening berkerut, pria itu hanya menggeleng ia membalas tatapan Taeyong yang duduk cukup berjarak dengan posisinya berdiri saat ini.
"Permasalahanku mungkin tak seburuk yang kalian hadapi, tapi cukup rumit untuk kalian pahami."
"Baiklah Hyung, diriku paham.."
Mereka memberi duduk pada Youngwoon dan Yunho sebagai bentuk sopan santun. Sedangkan yang tersisa memilih untuk berdiri, bahkan Chenle masih setia dengan tetap duduk diatas meja dapur saat ini sembari menyantap makanannya seorang diri, ia bukan tak ingin mengetahui apa yang terjadi namun perutnya memang sudah meronta-ronta ingin segera diisi.
Karena pada kenyataannya, dirinya saat itu hanya ingat untuk pergi kabur bahkan ia tanpa sadar berteleport kesana kemari semalaman karena rasa takut hingga ia kembali ke panti yang sudah hancur lebur sebelum dirinya jatuh pingsan tak sadarkan diri karena kelelahan.
"Masih teringat dengan jelas apa yang terjadi hari itu. Pada siang hari kuantarkan Jungwoo dan Hyukjae ke panti.. Setelahnya diriku dan Yunho menyusul Taemin dan Minho menuju tempat rahasia milik kami untuk keperluan Laboratorium terbaru yang akan kami bangun."
"Laboratorium?"
"Kami tak pernah tahu dirimu memiliki Laboratorium Appa.." Jungwoo mengerutkan keningnya, tentu saja karena nama sang Hyung kini dibawa pada hari itu.
"Kami terpaksa membangun sebuah laboratorium dan sebuah fasilitas rahasia untuk menampung manusia spesial seperti kalian.. Kau sangat tahu bahwa keberadaan kalian sangatlah membahayakan bagi negara."
"Kami bahkan tak berniat menyakiti siapapun.."
"Aku tahu Jaemin-ah ayahmu ini tahu, tapi banyak rumor yang tersebar pada masa itu tentang freak bahwa mereka akan membunuh manusia yang menghalangi jalannya, kami tak tahu sejak kapan rumor tersebut muncul dan kian berkembang, maka dari itu diriku, Yunho, Siwon, Taemin dan Minho berniat menciptakan sebuah fasilitas rahasia untuk kalian tempati.."
"Kau benar-benar yakin bahwa dirinya tak terlibat seperti yang selalu Eomma katakan.."
"Wanita itu sudah menculik Hyungmu, wanita itu sudah membunuh puluhan temanmu, wanita itupun sudah turut andil dalam usaha melenyapkan Jungwoo-ku apa kau masih berniat memanggilnya 'Eomma'? Lee Taeyong-ssi." Sela Lucas, ia mendengar sendiri cerita Taeil dan Jongup, iapun dan Johnny bersama Jayden hampir gila menyelidiki bagaimana bisa Jungwoo tertangkap hari itu sedangkan tak ada CCTV disana jika bukan karena ada seorang pengkhianat diantara mereka semua.
Mau tak mau Taeyong terdiam, yang dikatakan Lucas memang benar, jika Kim Taeyeon saja bisa berlaku sekejam ini pada Himchan bukan tidak mungkin bahwa wanita itu bisa saja dengan sengaja mencuci otak mereka agar membenci Jung Yunho.
"Katakan sesuatu paman, apa kau akan diam saja? Sudah cukup bukan selama ini kau hanya diam?" Johnny protes, ia muak dan prihatin. Satu-satunya orang yang menolongnya disaat terpuruk justru hidup dalam kebencian banyak orang.
"Hari itu saat tiba di pusat fasilitas, kami berniat untuk membicarakan tentang pemindahan kalian.. Namun Taemin dan Minho tak kunjung datang hingga malam tiba, dan kami mendapat kabar bahwa mereka mengalami kecelakaan." Yunho menoleh pada Jungwoo yang kini terlihat menundukkan kepalanya saat mendengar cerita tentang sang kakak tertua yang tewas kecelakaan malam itu.
"Kami segera kerumah sakit untuk.." Yunho terdiam ia tak sanggup melanjutkan ucapannya, disana ia harus datang melihat jasad bersama dengan Youngwoon memastikan bahwa kedua jasad itu adalah kerabat mereka.
Namun yang membuat dirinya sesak adalah ada Jaejoong disana, polisi mengatakan bahwa Jaejoong menabrak bagian belakang mobil Taemin dan Minho hingga kendaraan yang dinaiki keduanya terjun ke jurang dan meledak.
Diantara rasa sedih dan kecewa Yunho enggan menatap Jaejoong yang berniat menjelaskan bahwa dirinya tak bersalah. Yunho bahkan tak bisa lagi memandang Jaejoong dengan cara yang sama seperti dahulu.
"Diriku bersumpah aku tak pernah menabrak mobilnya Yunho-ya.."
"Diamlah Kim Jaejoong! Apa kau membencinya karena dia seorang freak?"
Jaejoong meremas frustasi rambutnya "Aku memang tak menyukai freak! Tapi diriku sama sekali tak akan bertindak sejauh ini Jung Yunho!"
Yunho meremas udara dalam genggaman tangannya dengan kuat, ia berteriak kencang melampiaskan kekesalannya hingga beberapa kursi terangkat dan melayang menghantam jendela dan pintu hingga kaca tersebut pecah dihadapan keduanya.
Keterkejutan luar biasa tak bisa disembunyikan oleh Jaejoong usai melihat apa yang barusan terjadi dan itu semua karena apa yang Yunho lakukan dihadapannya.
"... Kau.."
"Diriku adalah freak jika kau ingin tahu, pergilah. Aku tak ingin melihat wajahmu lagi setelah ini."
Jaejoong bukan main terkejut mengetahui kenyataan ini, iapun segera beranjak pergi dari sana, namun langkah kakinya tertahan begitu mendengar sebuah berita yang menjadi perhatian semua orang dilorong rumah sakit saat ini.
"..... Rumah singgah bagi anak-anak terlantar yang terletak di tepi kota Neo City malam tadi meledak.. Diduga karena terjadinya...."
Jaejoong dan Yunho menatap nanar panti tempat mereka selama 3 tahun mengajar disana secara sukarela, bagaimana mungkin... Youngwoon yang tak percaya berusaha untuk menghubungi Siwon namun nihil, tak ada yang mengangkat panggilannya.
"..... Usai penangkapan besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah dibawah komando Letnan Jung Yunho.."
Ketiganya terkejut, dan saling melempar pandangan satu sama lain. Sejak itulah nama Jung Yunho menyandang kebencian dari semua orang.
"... Tunggu..." Jungwoo mengangkat tangannya, ia merasa ada yang janggal dengan cerita Youngwoon dan Yunho atas kematian kakaknya.
"Kau yakin polisi mengatakan mobil kakakku ditabrak dari belakang."
"Kami yakin, bahkan salinan berkas penyelidikannya masih berada dirumah jika kau ingin melihatnya.." Youngwoon bahkan sampai tak dapat menunjukkan keterkejutannya atas kehadiran Jungwoo ketika melihat anak itu ternyata masih hidup karena ketegangan diantara Taeyong dan Yunho tadi.
"Ada apa?"
Jungwoo merasa ragu, kemudian ia menatap Taeyong untuk mendapatkan dukungan untuk berani mengatakan apa yang mengganjal dipikirannya, ketika pria itu menganggukan kepalanya Jungwoo akhirnya kembali menatap Youngwoon dan Yunho.
"Hyukjae Hyung.. Sebenarnya dia sudah melihat kematian Taemin Hyung sebelumnya, dia berkata mobil tersebut meledak saat melaju kencang.."
Yunho terdiam, ia kembali mengingat ucapan Jaejoong padanya malam itu, dirinya tak menabrak mobil Taemin "Kau yakin Hyukjae melihatnya?"
"Aku yakin sangat yakin, dia shock dan pingsan usai melihat masa depan. Begitu sadar, Hyukjae hyung bercerita padaku sembari menangis bahwa Taemin Hyung akan tewas. Isi kepalanya penuh dengan Taemin Hyung hingga ia tak menyadari bahwa malam itu House of Heaven akan diserang."
"Kau benar-benar yakin Jungwoo-ya?"
Jungwoo kembali menganggukkan kepalanya "Aku yakin Appa, tak mungkin diriku lupa bagaimana Hyukjae Hyung menjabarkan bagaimana cara Taemin Hyung tewas.."
Kini kedua pria berumur tersebut saling melempar pandangan, jika memang yang dikatakan Jungwoo sesuai dengan apa yang dilihat oleh Hyukjae maka Jaejoong benar.. Dia tak bersalah.
"Jika adikku tidak bersalah, maka..."
"Siapapun dibalik semua ini berhasil membuat kita saling menunjuk satu sama lain."
Yunho menghela nafas "Andai saat itu kecelakaan tak menimpa Jungsoo Hyung dan Jessica mungkin kita sudah tahu siapa dalang dibalik ini semua.."
"Diriku mengusir Jaejoong karena kupikir kecelakaan Jungsoo Hyung ulahnya."
"Jungsoo? Dokter Park?" Jayden bersuara, ia ingat betapa terkejut dirinya saat tahu bahwa dokter yang merawatnya telah tiada setelah 10 tahun lamanya terlewati, bahkan Aiden sangat terpukul karena hal itu.
"Kau mengenal Jungsoo Hyung?"
"Tentu Jayden mengenalnya Hyung, dia dan Aiden dirawat dengan baik oleh Jungsoo Hyung, dia dan kakaknya yang akan dibawa pergi olehnya 10 tahun yang lalu."
Kedua mata Youngwoon membulat, ia baru menyadari bahwa pria bersurai putih itu adalah, Jeno. Namun, kenapa anak itu terlihat tak mengenali teman-temannya?
"Sebentar.. Jaejoong, apa Jaejoong yang kau maksud adalah..."
"Komisaris Kim, dia adalah Jaejoong yang kami maksud.."
Taeyong cukup terkejut, ia segera bersandar pada kursi ternyata paman yang selalu disebutkan oleh Doyoung diusir oleh Ayah angkat mereka adalah Komisaris Kim, yang amat sangat menyebalkan itu.
Disaat yang lainnya sibuk membicarakan tentang hal tersebut Ten melangkah menjauh mendekati dapur dan Chenle, dirinya berniat untuk mengambil air karena kepalanya begitu pening.
Jumlah kepala diruangan ini tak sebanyak di sirkus namun cara mereka berpikir jauh lebih rumit dan dirinya lelah jika ikut merasakan dan memikirkan hal itu. Jemarinya baru saja meraih sebuah gelas, namun sebuah kilasan yang masuk kedalam penglihatannya membuat gelas tersebut terlepas dari genggamannya.
Hal tersebut berhasil menarik seluruh atensi berpindah pada dirinya "Ten? Kau tidak apa-apa?" Johnny segera mendekati karena khawatir, namun belum ia sampai langkahnya terhenti saat rasa sakit menyerang kepalanya.
Ngiiiing!!
"Argh!"
"Akh!"
Hampir seluruh freak yang berada disana memegang kepalanya saat ada suara berdengung yang kuat terdengar ditelinga mereka, bahkan Lucaspun turut merasakan suara tersebut berdegung di telinganya dengan kuat.
Hanya Jaemin dan Jungwoo freak yang tak merasakan apapun, mereka bisa mengsugesti diri mereka sendiri bahwa suara itu tak dapat masuk ketelinganya. Melihat Jungwoo mencoba untuk menenangkan Taeyong dan Lucas, Jaeminpun segera menghampiri Jayden yang kini terduduk dilantai sembari memegang kepalanya.
"Jayden.."
Ia menangkup wajah Jayden agar menatapnya "Dengarkan suaraku, Jayden! Hanya dengarkan suaraku!!" ucapnya dengan panik, suara dengung ini lebih lama daripada biasanya.
Saat suara dengung tersebut terhenti semua terlihat lemas kecuali Minseok dan Jongdae, bahkan Taeil dan Jongup tak merasakan apa yang lainnya rasakan, tapi mereka amat panik dengan keadaan barusan.
Mereka tak tahu harus melakukan apa, bahkan Yunho menutup kedua telinganya dengan kuat.
Chenle segera turun dari atas meja makan dengan berpegangan pada tepi meja, jujur saja ini suara dengung terlama yang didengarnya. Dirinya segera membantu Johnny untuk menarik Ten berdiri dari jatuhnya, tubuh pria itu lemas usai mendapatkan penglihatan.
"Apa yang kau lihat Hyung? Eoh? Kau baik-baik saja."
"H-Hubungi seseorang di Sirkus sekarang.."
Chenle yang paham bahwa mungkin saja penglihatan tersebut berhubungan dengan sirkus segera meraih ponselnya diatas meja, hanya satu orang yang ia pikirkan sekarang.
Jisung.
Dengan cepat jemarinya menekan nomor Jisung berharap panggilannya dengan cepat di angkat...
".... Jisung-ah.." Chenle mencoba memanggil Jisung karena pria itu tak menyapa setelah menerima panggilan tidak seperti biasanya.
Hanya terdengar suara desahan nafas berat dari seberang sana.
"..... Jangan kembali hhh kemari Chenle-ya.."
".. Somi-ya bawa Jisung!!"
Chenle menjatuhkan ponselnya, saat tak lagi mendengar suara Jisung yang terdengar lemah ia hanya mendengar suara Mark yang berteriak dan derap langkah kaki yang menjauh, apa yang terjadi?
Apa sirkus mereka di serang?
Tidak, tidak.. Ia meninggalkan Jisung disana.
"Ada apa Chenle-ya.."
Pria sipit itu menatap Jungwoo yang bertanya dengan raut panik kearahnya, bahkan kini Chenlepun tak dapat menyembunyikan keterkejutan dari wajahnya.
".... Mereka diserang."
⇨ To be continued ⇦
Tidak ada komentar:
Posting Komentar