* US *
-
-
-
-
-
NEO CITY
2044
"Kau harus berkunjung ke apartemenku, ada hal yang ingin kutunjukan padamu Jayden Lee.." Lucas menarik kursi berodanya agar meluncur mendekati Jayden yang tengah sibuk mengerjakan laporan.
"Apa itu? Koleksi video delapan belas garis merah?"
Satu tepukan mendarat dikepala Jayden membuat pria bersurai terang itu meringis dan menyentuh kepalanya, Lucas baru saja memukulnya dengan tumpukan kertas laporan ditangannya "Apa diriku semesum itu? Jika diriku memiliki video itu tentu saja tak akan kuberikan padamu. Intinya kapan kau ada waktu untuk berkunjung? Apa kau tak bosan hanya berkutat didalam asrama bersama dengan Aiden Hyung?"
Jayden menyentuh kepalanya yang masih berdenyut akibat pukulan Lucas yang memang tak main-main padahal keduanya tahu pria tinggi berkulit tan itu hanya sembarang memukul tanpa maksud menyakiti "Baiklah, aku akan kesana lusa mungkin. Laporanku sangat banyak yang belum selesai, aku tak ingin Johnny Hyung menagihnya lagi."
"Itu karena dirimu terlalu senang berkeliaran diluar.."
Pria tampan dan tinggi itu mengedarkan pandangannya kesekeliling setelah bersandar pada kursi kerjanya sendiri, laporan miliknya sudah selesai jadi dirinya benar-benar tak memiliki pekerjaan lain selain mengusik Jayden.
Dirinyapun sudah mendatangi kantin tadi, biasanya netra coklatnya akan mendapati pria pujaannya duduk disalah satu meja seorang diri dengan makanan dihadapannya, tapi tidak dengan hari ini.
Apa dia tidak masuk?
Pertanyaan itu yang berkali-kali terngiang di benak Lucas ketika memikirkan Jungwoo, si pria bersurai merah yang belum menghubunginya hingga sekarang. Padahal pria itu sudah tahu nomor ponselnya, apa pria itu lupa cara menggunakan ponsel?
"Lucas.."
Baik Lucas ataupun Jayden mendongak karena suara Johnny terasa begitu dekat dengan mereka, dan benar saja pria tinggi atasan mereka itu sudah berdiri diantara meja kerja Jayden dan Lucas dengan senyum lebar nan ramah yang membuat siapapun akan curiga melihatanya termasuk Jayden dan Lucas tentunya.
"Daripada kau melamun memikirkan pria bersurai merah itu sebaiknya kau membantuku untuk pergi ke laboratorium dan mengambil laporan yang di minta Aiden Hyung. Aku harus mengecek kembali laporan yang tak kunjung sampai dimejaku sebelum kuserahkan pada Aiden Hyung."
Lucas segera duduk dengan tegak saat Johnny terang-terangan menyebut ciri-ciri Jungwoo dengan tepat, ia segera menoleh dan menatap Jayden horror, apa sahabatnya ini menceritakan tentang dirinya yang menyukai Jungwoo pada Johnny?
"Aku hanya memberitahu Aiden Hyung."
"Dan Aiden Hyung yang memberitahuku. Sudahlah cepat, aku tak ingin kau mati karena terlalu lama melamun. Karena anjing tetanggaku mati akibat terlalu lama melamun." Johnny tertawa usai melontarkan kalimat tersebut kemudian kembali menuju mejanya, dirinya benar-benar tak memiliki terlalu banyak pekerjaan, beginilah mereka jika sedang tidak memiliki kasus sama sekali.
Sumber sistem keamanan belum benar-benar beroperasi jadi hanya satu tim saja yang sudah bergerak untuk menerima laporan dari sumber sistem tersebut dan anehnya itu bukan tim miliknya ataupun skuardon rahasia terkuat milik negara.
Mereka berkata akan melakukan uji coba sistem keamanan kemarin, namun hanya menggunakan pasukan tingkat rendah dan lihat hasilnya? Orang yang seharusnya di tangkap justru melarikan diri.
"Temani aku.." Lucas kembali mendekati Jayden, padahal pria bersurai terang itu sangat ingin menolak namun melihat bagaimana wajah Lucas saat memohon padanya membuat Jayden meletakkan pulpen hitam ditangannya.
"Baiklah, tapi setelah itu kembali lagi kemari pekerjaanku masih sangat banyak."
"Tentu saja..."
Keduanya melangkah beriringan menuju lorong panjang yang terhubung dengan satu-satunya pintu keluar masuk laboratorium, langkah keduanya terhenti ketika Lucas menegur salah satu pekerja yang ia yakin berasal dari dalam lab terlihat dari jas putih yang mereka gunakan.
"Hei, Johnny Hyung meminta hasil laporan tentang Subjek E-04 mengapa belum kalian kirimkan?"
Kedua orang tersebut mendengus malas mendengar teguran tersebut "Ambil saja sendiri." kedua orang itu sama sekali tidak menunjukkan rasa hormatnya pada Lucas ataupun Jeno, apa mereka tengah merasa diambang surga saat ini karena merasa keamanan negara kini berada ditangan mereka.
"Benar-benar, apa mereka minta kaki dan tangannya untuk kupatahkan?"
Jayden tak berkomentar apapun ia menepuk punggung Lucas agar meneruskan langkah mereka ke laboratorium dan menghiraukan kedua orang tersebut, mereka hanya perlu mengambil laporan kemudian segera kembali, pekerjaannya sangat banyak dan dirinya tak ada waktu meladeni kedua manusia kurang sopan tersebut.
"Laporan apa yang diinginkan olehnya? Sumbernya saja sangat lemah, sekali kusuntikkan racun tak mematikanpun pria bodoh itu akan mati seketika."
Langkah Jayden terhenti sebentar, ia mengerutkan keningnya dan berbalik. Pria dan wanita itu sudah melangkah cukup jauh namun mengapa suara keduanya hinggap di telinganya?
"Aku tak percaya dengan cara mereka bersikap.."
Suara Lucas kembali masuk kedalam gendang telinganya, ia segera menyusul Lucas dan menghiraukan apa yang baru saja didengar olehnya.
"Apa karena sekarang mereka mengurus sumber sistem keamanan jadi mereka bisa seenaknya? Lalu.." Lucas membuka pintu laboratorium sambil mengoceh panjang lebar "Mereka menyuruh kita untuk.... J-Jungwoo-ssi?" namun ocehannya terhenti seketika karena melihat pria yang dicarinya ternyata berada di dalam laboratorium tengah bercumbu dengan Moon Taeil.
Apa dirinya sedang bermimpi saat ini?
"Lucas-ssi.."
Namun sepertinya tidak, karena ia mendengar pria bersurai merah itu menyebutkan namanya.
Lucas dan Jungwoo masing-masing tak dapat menyembunyikan keterkejutan dikedua mata mereka, bahkan ucapan Taeil membuat Lucas makin tak dapat mengeluarkan ocehan apapun lagi dari bibirnya.
Bagaimana menjelaskannya??
Jiwanya terasa hilang setengahnya karena melihat Jungwoo bersama dengan Taeil bercumbu di hadapannya.
"Sadarkan dirimu.." ucap Jayden sembari menepuk perut Lucas agar sadar dari fase sakit hatinya, pahamilah dengan kejadian barusan Lucas seharusnya bersyukur.
Mereka adalah double agent, seseorang yang sudah menjadi double agent sangatlah disarankan untuk tak memiliki pasangan hidup ataupun keluarga, menyukai seseorang adalah sebuah dosa besar.
Pasangan adalah kelemahan terbesar mereka, dan Lucas baru saja di selamatkan dari kenyataan bahwa dirinya akan memiliki kelemahan dimasa depan.
"Johnny Hyung memintaku datang untuk mengambil laporan yang harus diserahkan pada Aiden Hyung.." ucapnya mencoba mencairkan suasana canggung.
Sesungguhnya suasana ini aneh bagi Jayden, aura canggung diantara Lucas dan Jungwoo sangat ketara dimata Jayden yang amat peka. Mereka hanya 2 orang yang saling bertukar sapa dan senyuman hampir setiap pagi, namun aura ini seolah-olah Lucas mendapati Jungwoo yang tengah berselingkuh dibelakangnya dan Jungwoo merasa bersalah akan hal itu.
"Ah laporan itu." Taeil melangkah meninggalkan Jungwoo dan Lucas bersama Jayden yang menyusulnya.
"Aku tak tahu dirimu dan Taeil ternyata.."
"Dirikupun terkejut.." potong Jungwoo, "Aku akan kembali terlebih dahulu keruanganku." Jungwoo segera beranjak pergi meninggalkan tanda tanya besar di kepala Lucas, iapun akhirnya mencoba menghiraukan Jungwoo sesaat ketika Jayden kembali dengan berkas dalam map kuning ditangannya.
"Aku tak yakin mereka sudah menyelesaikannya, namun aku sangat yakin itulah berkas yang seharusnya mereka serahkan pada atasan."
"Baiklah, tak apa mengenai isinya. Toh merekapun yang meminta kami mengambilnya sendiri, terima kasih Taeil Hyung.." ucap Jayden, ia segera beranjak dengan Lucas yang masih terdiam namun keduanya sempat menunduk sopan pada Taeil sebelum beranjak keluar dari laboratorium.
Sepeninggal keduanya Taeil menghela nafas lega, anda mereka tahu bahwa dirinya berusaha sebisa mungkin bersikap biasa saja tadi. "Ah diriku hampir gila.." ia menoleh pada subjek E-04 didalam ruang berbentuk lingkaran besar yang dikelilingi kaca tersebut, entah bagaimana ia harus membuat Jungwoo tidak lagi nekat datang kemari seorang diri.
Jika sampai Jungwoo tertangkap basah maka habislah mereka semua, bahkan termasuk dirinya.
⇨ Us ⇦
Pria tinggi dengan langkah panjang itu membawa map kuning ditangannya, tungkainya melangkah teratur tidak lambat namun tidak cepat. Ia mengetuk sebuah pintu berwarna coklat tua, begitu mendengar sahutan dari dalam baru ia menyentuh gagang knop pintu dan membukanya kemudian menutupnya kembali usai berada didalam.
"Kau sudah mendapatkan laporannya?"
"Sepertinya iya.." jawaban ragu dari pria tinggi itu membuat pria lainnya yang duduk dibalik sebuah meja segera mendongak.
"Apa maksudmu, Johnny?"
Pria tampan itu memberikan map kuning yang diterimanya dari Jayden "Aku sudah membacanya, tak ada yang salah dalam laporan itu. Hanya saja, isi rekam medis si Subjek yang membuatku bertanya-tanya.."
Aiden menerima laporan tersebut ia membaca dengan teliti laporan di halaman awal tentang dimana mereka menemukan subjek, test apa saja yang selama 15 tahun ini mereka lakukan pada subjek E-04 tersebut. Membaca deretan kalimat tersebut membuat Aiden mengepalkan tangannya dalam diam, mungkin jika tak ada Johnny dihadapannya laporan ini sudah ia remas dan hancurkan.
Perlahan jemarinya membalik halaman laporan yang mencatat rekam medis terakhir subjek E-04 kemarin, keningnya berkerut bersamaan dengan ucapan Johnny "Bagaimana subjek selemah itu bisa menjalankan sebuah sistem kemarin malam? Apa itu tak akan membuatnya semakin melemah? Bahkan sumber itu bisa saja tewas saat menjalankan sistem."
Ya, Aiden membacanya dengan jelas.
Kondisi Hyukjaenya sangat lemah, tak mungkin bagi pria itu untuk dapat melihat masa depan yang membutuhkan sangat banyak energi, ia bukan hanya mengarang namun dirinya mengetahui hal tersebut dengan jelas.
Ia menutup map laporan tersebut dan mendongak menatap Johnny, dirinya dan pria itu kini diliputi oleh pertanyaan besar. "Apa ada CCTV yang terdapat didalam laboratorium? Sehingga kita bisa mengecek apa mereka benar-benar menggunakan sumber sistem atau tidak kemarin malam?"
Johnny menggeleng "Sayangnya tidak, penggunaan CCTV didalam laboratorium sudah dihentikan sejak 10 tahun lalu, dengan alasan agar tak ada yang mengetahui proyek rahasia milik negara." pria tinggi itu mendudukkan tubuhnya pada kursi yang berhadapan dengan Aiden "Kemarin lusa saat kita diundang hadir kedalam laboratorium, diriku diam-diam mencoba mencari tahu letak CCTV namun nihil tak ada satupun CCTV didalam sana."
Aiden menatap kembali berkas kuning dihadapannya "Siapa yang melakukan uji coba itu untuk pertama kali? Bawa dia kepadaku, sebaiknya kita bertanya secara langsung bukan?"
"Kau ingin menemui mereka sekarang juga? Karena diriku sangat penasaran."
Ini yang Johnny sukai dari cara bekerja Aiden, mereka sejalan. Apa yang mengganjal dalam benak mereka harus diselesaikan saat itu juga "Tentu saja sekarang Johnny atau kita akan kehilangan keterangan paling akurat." sahut Aiden dengan senyum miring dibibirnya.
"Yes Sir!"
Dengan semangat Johnny segera melangkah keluar sembari menghubungi Lucas "Cari siapa yang saja yang bertugas melakukan uji coba sistem keamanan yang baru dilaksanakan kemarin malam. Bawa mereka keruang pemeriksaan ada yang ingin diriku dan Aiden Hyung tanyakan pada mereka." pria itu kembali menyimpan ponselnya kedalam saku dan segera menuju ruang pemeriksaan. Ia akan menghubungi Aiden saat mereka sudah datang.
Pria berumur 40 tahun berjalan tergesah, terlihat raut kesal di wajahnya yang kurang bisa disembunyikan diwajah angkuhnya. Ia melangkah dengan 4 pengikut dibelakang tubuhnya, mereka melangkah melewati beberapa koridor hingga tiba dilorong menuju ruang pemeriksaan.
Jayden dan Lucas yang bertugas untuk berjaga diluar cukup terkejut melihat pria berumur tersebut datang, dari wajahnya sangat mudah ditebak bagi mereka yang terlatih. Pria ini datang bukan untuk hanya sekedar mampir.
"Minggir kalian.."
"Tapi Johnny Hyung dan Aiden Hyung tengah.."
"Aku meminta penjelasan?" potongnya, ia tak perduli apa yang Lucas katakan. Yang dirinya inginkan saat ini masuk kedalam dan membuat perhitungan pada kedua manusia didalam sana.
Jayden membukakan pintu dengan senyum diwajahnya "Silahkan. Kami sudah memperingatkanmu sebelumnya... Paman Jung."
Pria itu mendengus mendengar cara Jayden berbicara, mungkin anak itu lupa siapa yang membawa dirinya dan kakaknya ke fasilitas keamanan? Sekarang setelah mereka meraih kesuksesan maka dirinya terlupakan?
Ia masuk kedalam seorang diri karena Jayden menahan ke-4 pengikut pria tua tersebut agar tidak masuk "Apa kalian juga memiliki urusan disini? Tetap berdiri dimana tempat kalian berpijak saat ini atau kupatahkan leher kalian ber-4." ancam Lucas yang memang sedang tidak dapat mengontrol emosinya hari ini.
Ke-4nyapun akhirnya berdiri diam diposisi mereka berada, tak ada yang berani berurusan dengan Lucas kecuali anggota tim nya sendiri.
"Apa yang kalian lakukan!"
Kedatangannya sama sekali tidak membuat Aiden ataupun Johnny bergeming, mereka justru sedikit penasaran kenapa pria tua yang membanggakan hasil karya sistem keamanan terbarunya ini sampai rela turun tangan sendiri menghampiri anak buah pilihannya.
"Waw, kau datang sendiri demi mereka." Aiden bangkit dari duduknya, ia puas melihat ke-2 pekerja dihadapannya gemetar ketakutan, walaupun dirinya tak menerima jawaban apapun tapi reaksi yang mereka berikan sudah cukup membuatnya yakin bahwa ada yang ditutupi dari proses ujicoba yang ada.
"Mereka karyawan pilihanku, tentu saja diriku datang membuka suara bagi mereka."
Johnny menopang dagunya sambil menatap pria tua itu, bahkan bibirnya tersenyum "Kami hanya mengobrol, apa kau juga ingin ikut berbincang dengan kami ber-4?" sahut Johnny sembari melirik reaksi ke-2 muda mudi dihadapannya, keduanya senang melihat kedatangan pria tua ini.
Seolah-olah malaikat penyelamat mereka datang dan akan segera membawa keduanya pergi dari tempat ini.
"Kau bisa langsung bertanya padaku, ini proyekku."
"Tapi sistem ini tanggung jawabku." tambah Johnny tanpa menunggu jeda.
"Dan aku pemimpin ditempat ini, berikan aku laporan seakurat mungkin tentang subjekmu, atau akan kuajukan pembatalan proyek sistem keamanan terbaru milikmu." lanjut Aiden yang kini berdiri berhadapan dengan pria angkuh tersebut, ia tersenyum ramah sama seperti saat mereka bertemu di lab beberapa hari lalu.
"Terima kasih paman Jung.. Perbincangan diriku dan Johnny sudah selesai dengan mereka."
Aiden bersiap untuk melangkah keluar namun tungkainya tertahan, ia melirik kesamping, raut angkuh dari pria yang dahulu membawanya dan Jayden ketempat ini tidak pernah hilang. "House of Heaven, nama tempat yang menarik.. Entah mengapa terdengar familiar di telingaku." gumam Aiden pelan, ia kemudian meneruskan langkahnya keluar disusul dengan Johnny yang sempat sedikit menunduk hormat pada pria itu.
Walau dirinya tidak suka pria tua nan arogan itu tapi bagaimanapun dirinya lebih muda daripada pria itu.
Sepeninggal keduanya pria itu segera menghampiri kedua pekerjanya menghiraukan kalimat yang dilontarkan Aiden walau hal tersebut mengusiknya "Apa yang kalian katakan pada mereka?"
"Kami tidak mengatakan apapun, Johnny Timjangnim hanya menanyakan kabar kami setelah bekerja semalaman."
"A-Apa?!" pria itu kembali tidak bisa menyembunyikan kekesalannya, bagaimana bisa ia terjebak dalam permainan konyol mereka berdua?! "Lalu mengapa kalian terlihat ketakutan eoh?!"
"A-Aiden Lee menatap kami tanpa berkedip bagaimana kami tidak takut melihatnya seperti itu?"
Kembali pria itu mendengus, Aiden... Anak itu apa sudah berani membangkang padanya?
Jayden dan Lucas mengikuti kemana langkah Johnny dan Aiden melangkah, keduanya memang kurang paham tapi sepertinya kedua atasan dihadapan mereka ini menemukan sesuatu yang menarik.
"Dia begitu panik..."
"Kau tahu bukan siapa yang harus kau curigai untuk kasus uji coba kemarin?" Aiden berhenti, dirinya berdiri saling berhadapan dengan Johnny "Dia sangat membanggakan subjek E-04 dihadapan kita kemarin, apa menurutmu dia akan membiarkan tim bodohnya itu membuat subjeknya tewas karena uji coba semata disaat Subjeknya masih sangat lemah dan tidak siap sama sekali?"
"Maksudmu itu perintah palsu?"
Aiden menepuk bahu Johnny "Pelankan suaramu, ingat dimana kita berada saat ini." ia meremas pelan bahu pria yang lebih tinggi darinya itu "Kau bisa menyelidikinya diam-diam, aku yakin tak ada uji coba apapun kemarin malam. Temukan siapa yang menjadi buronan sejak kemarin malam." ia mengalihkan pandangannya pada Jayden dan Lucas "Aku ingin laporan tentang uji coba kemarin malam, berita, video atau apapun ada dimejaku malam ini. Kalian paham?"
Keduanya mengangguk mengerti, tapi Johnny masih mengerutkan keningnya tidak paham. Bukankah Pria itu adalah senior mereka? Untuk apa melakukan hal diluar prosedur hingga menciptakan hasil uji coba palsu? Bahkan mengeluarkan perintah palsu yang menggerakkan tim kelas bawah? "Tapi Hyung... Kau yakin dengan asumsimu?"
"Aku tak yakin, tapi diriku hanya terlalu mengenal siapa pria busuk itu. Jung Yunho, dia punya segala cara untuk melakukan apapun."
Jayden berkedip beberapa kali saat mendengar ucapan Aiden, ia paham dengan maksud dari kalimat tersebut. Mungkin orang-orang pikir ketika mereka masih kecil saat itu hanya menjalankan sebuah tes belaka, namun kenyataannya? Jung Yunho meninggalkan mereka bersama dengan pekerja lab yang memaksa mereka memahami kinerja kerja pemerintahan, mendoktrin mereka menjadi tentara pemerintah, menempa diri keduanya agar tidak memperdulikan keadaan sekitar.
Jemarinya mengepal, ia ingat bagaimana Jung Yunho hanya diam saja saat pekerja laboratorium memukul dirinya dan sang kakak hanya karena dirinya seorang salah menghafalkan sebuah rumus partikel kimia.
Jika mengingat masa itu rasanya Jayden sangat ingin berlari saja dari tempat ini, menghilang dan pergi sejauh mungkin. Namun Aiden selalu berkata 'Bersabarlah.. Bersabarlah hingga kita berhasil.'
Hingga hari ini dirinya tak pernah mengerti maksud ucapan Aiden tersebut, kini mereka sudah berhasil bukan? Keduanya di segani, keduanya memiliki kedudukan yang cukup membuat sebagian orang tak akan berani memandang mereka dengan sebelah mata. Namun Aiden tetap tak ingin beranjak dari tempat ini, keberhasilan macam apa yang dicari sang kakak sebenarnya?
"Jayden.."
Suara Aiden masuk kegendang telinganya, ia tersadar sudah melamun cukup lama ternyata. Hanya tersisa dirinya dan Aiden saat ini, ia menatap kakaknya yang meremas bahunya "Sedikit lagi, bertahanlah Jayden. Jangan pernah lepaskan topengmu, saat kita benar-benar berhasil, kita berdua akan angkat kaki dari tempat ini."
"Ya Hyung.."
"Kumpulkan laporan yang kuminta, ada pekerjaan baru yang harus kita selesaikan." Aiden mengacak surai adiknya sebelum Jayden memutuskan untuk pergi terlebih dahulu meninggalkan Aiden setelah menundukkan kepala pada sang kakak, bagaimanapun Aiden tetap atasan yang harus dihormati olehnya ditempat kerja.
Sedangkan Aiden menghela nafas perlahan, ia menatap sekelilingnya tanpa minat. Hanya koridor kosong yang menemaninya saat ini hingga ia melangkah perlahan, tungkainya memimpinnya tanpa arah melewati beberapa koridor dan lorong yang membawanya hingga terhenti didepan pintu masuk laboratorium tanpa sadar.
Netranya memandang pintu besar tersebut dalam diam, bahkan dirinya tak bisa berhenti mengomando otaknya sendiri untuk tidak memikirkan seseorang dibalik ruangan ini setelah tahu kalau pria itu masih hidup.
Jemarinya terulur untuk menyentuh gagang pintu masuk laboratorium, dibalik pintu ini Hyukjaenya berada setelah selama ini ia pikir pria itu sudah tiada. Aiden tak tahu kapan dirinya bisa mengeluarkan pria itu dari dalam sana. Bayangkan saja yang terakhir kali dirinya lihat 15 tahun lalu adalah Lee Hyukjae yang tak sadarkan diri didepan kedua matanya.
"Hyukie!!"
"Bawa anak ini, sepertinya pemerintah bisa menggunakan otak pintarnya." tubuh kecilnya terseret ia melihat adiknya dan Hyukjae tergeletak diatas tanah bersimbah darah dari luka tembak di tubuh keduanya.
"Kumohon, bawa adikku. Sembuhkan adikku maka aku akan melakukan apapun kumohon."
Kedua orang dewasa disana mengangguk dan menarik tubuh adiknya yang bernafas tersengal-sengal hampir menjemput ajal usai menyelematkan sahabatnya dari maut.
Dirinya mengatupkan kedua tangannya berdoa agar adiknya dapat diselamatkan, dan doanya terkabul. Seorang pria dewasa menghampirinya dan berjongkok dihadapannya sambil membuka masker yang menutupi wajahnya. Pria itu tersenyum sambil menepuk puncak kepalanya "Adikmu baik-baik saja, dia selamat."
"Benarkah? Terima kasih Hyung.." ucapnya dengan senang, ia sangat berterima kasih. Ia tak tahu dimana saudaranya yang lain ia hanya dapat meminta mereka membawa sang adik yang terluka parah, satu-satunya keluarga miliknya yang tertinggal.
"Panggil aku Dokter Park, aku yang bertanggung jawab di laboratorium dalam gedung ini."
Ragu.. Namun dengan bibir bergetar ia memanggil pria dewasa itu "D-Dokter Park.."
Pria dewasa itu kembali tersenyum simpul dan menepuk puncak kepalanya dan memperlihatkan sebuah lesung pipit di pipi tirusnya "Bertahanlah berada disini, yang terbaik yang akan menang. Apa yang sudah kau alami aku tak paham bagaimana rasanya namun melihatmu dan adikmu aku sangat paham kalian menderita, datang kemari pun tidak akan mengurangi penderitaan kalian."
"Namun bertahanlah, kau pasti bisa."
Kepalanya mengangguk patuh, dokter itu satu-satunya orang dewasa dalam fasilitas keamanan ini yang sangat memperhatikan dirinya dan adiknya, dia sangat baik berbanding terbalik dengan yang lainnya, setidaknya mereka bisa merasakan sosok Siwon dalam diri pria ini, hingga 5 tahun kemudian pria itu hilang tanpa jejak.
Entah Dokter itu saat ini masih hidup atau tidak, karena tidak ada kabar apapun yang ia dapatkan dari dokter tersebut sampai saat ini.
Aiden menghela nafasnya perlahan, ia mengurungkan niat untuk masuk kedalam laboratorium demi melihat Hyukjaenya. Bertemu saat ini akan membuatnya melunak, sedangkan Aiden tidak dapat bersikap lemah disaat seperti ini. Jika dirinya tidak berpura-pura seperti baja maka ia tidak akan bisa melindungi adiknya.
Ibu jarinya menyentuh pergelangan tangan yang tertutup oleh lengan kemeja sebentar kemudian beranjak pergi dari sana kembali menuju ruangannya. Ia mencoba melupakan kelemahan terbesarnya yang berada di balik pintu tersebut.
'Tunggu sampai diriku berhasil, maka akan kubawa kau dan Jeno keluar dari neraka ini, Hyukie.'
⇨ To Be Continued ⇦
Tidak ada komentar:
Posting Komentar