myCatalog

Kamis, 27 Agustus 2020

US - THIRTEEN



* US *

-

-

-

-

-







NEO CITY

2044

Tidur nyenyak sama sekali belum tersentuh oleh Jayden sejak semalan, ia sudah mendengar laporan bahwa Tuan Han tiba-tiba saja berteriak-teriak sejak tengah malam menganggu pasien diruang ICU sehingga terpaksa dipindahkan ke kamar ISOLASI, namun yang terjadi justru jeritan pria tua itu semakin kencang seolah-olah ia tengah diikuti oleh sesuatu.

Oh benar-benar, seharusnya Jayden lubangi saja kepala pria tersebut kemarin agar tak semakin menyusahkan.

Suara ketukan pintu mengalihkan seluruh atensi penghuni ruangan hingga pintu terbuka dan terlihat Jungwoo dengan surai merahnya yang mencolok disana tersenyum dan melambai pada Lucas.

Sedangkan pria yang dicari segera melesat keluar tanpa babibu pada Jayden ataupun Johnny yang jelas-jelas terlihat terkejut dengan kedekatan keduanya kembali. Mereka masih ingat bagaimana galaunya Lucas ketika Jungwoo ternyata memiliki hubungan khusus dengan Taeil, tapi sekarang mereka justru dekat kembali?? Apa yang terjadi?? Apa yang sudah mereka lewatkan??

"Kau bergadang bukan semalaman? Ini kopi untukmu dan sarapan.. Isi perutmu walaupun kau sedang sibuk sekalipun."

Jungwoo memberikan segelas kopi hitam hangat dan 3 bungkus roti lapis buatannya berharap Lucas akan menghabiskannya atau setidaknya berbagi dengan temannya, ia mendapat pesan dari Lucas tadi pagi yang mengatakan bahwa dirinya tak bisa menjemput Jungwoo karena sejak semalam masih berada di markas.

"Ya.. Maaf aku tak bisa menjemputmu hari ini. Bagaimana keadaan Jaemin, kakinya sudah membaik? Kemarin dia pulang diantarakan Jayden ke apartemennya.."

"Jaemin?" Jungwoo berkedip pelan ia belum bertemu Jaemin sejak 2 hari yang lalu, sepertinya dia pulang ke apartemen pribadinya. Sejak tak ada Chenle disana maka apartemen yang biasa di tinggali mereka bersama kini hanya ada dirinya seorang, walau kemarin malam Taeyong pulang kesana untuk menemaninya tapi tidak dengan Jaemin.

"Sepertinya Jayden mengantarkannya pulang ke apartemen pribadinya.. Anak itu sudah 2 malam tidak pulang ketempatku, lagipula ada apa dengan Jaemin?"

"Kemarin malam dia ikut dalam misi, dia menyamar secara diam-diam tanpa sepengatahuan kami dan ya ada hal kecil yang terjadi hingga dirinya terluka.. Tenang, dia sudah di obati kemarin sebelum diantarkan pulang.." Lucas melihat raut terkejut dan khawatir yang ketara diwajah Jungwoo.

"Lucas.."

Pria tan itu menoleh ia mengangguk saat melihat Johnny memanggilnya "Baiklah aku akan kembali bekerja, nanti aku pasti akan mengantarkanmu pulang jika kau tidak keberatan."

"Tentu saja tidak."

Lucas tersenyum dan mengacak perlahan surai merah milik pria dihadapannya sebelum kembali beranjak masuk kedalam ruangan investigasi, sedangkan Jungwoo ia tentu saja kembali menuju ruang kerjanya sebagai staff namun begitu langkahnya melewati lorong menuju laboratorium entah mengapa ia merasa dirinya terpanggil untuk datang kesana saat ini juga.

Padahal ia sudah merencanakan akan mendatangi Hyukjae nanti saat jam istirahat datang, seperti biasanya.

Perlahan kedua tungkainya menuntun dirinya memasuki lorong laboratorium, ia melihat sekitar lorong yang cukup sepi. Jemarinya meraih knop pintu dan perlahan membukanya, tanpa mengumpulkan keberanian apapun ia memasukkan kepalanya kedalam dan menatap sekeliling yang sangat sepi. Bahkan Taeil pun tak ada di mejanya.

Tanpa rasa ragu sedikitpun Jungwoo masuk kedalam dan menutup pintu kembali dengan rapat, ia berlari pelan menuju ruang kaca yang berada ditengah laboratorium dan memasuki ruangan tersebut setelah membuka kode pintu yang terkunci tersebut dan tentu saja mengundang keterkejutan Hyukjae.

"Jungwoo?"

"Aku datang Hyung.."

"Bukankah kuminta kau datang di waktu yang sama seperti kemarin?" Hyukjae terlihat sedikit panik saat ini setelah melihat jam digital yang berada diatas pintu masuk, ini lebih cepat 3 jam dari waktu yang diminta olehnya. Dan Jungwoo tentu saja mengerti sinyal terkejut dan panik yang terbaca dari air wajah Hyungnya tersebut.

"Ada apa Hyung?"

Hyukjae mengulurkan tangannya agar Jungwoo segera meraihnya, begitu jemarinya diraih oleh si Bungsu Lee, Hyukjae segera menariknya dan membisikkan sesuatu ditelinganya.
Bersamaan dengan pintu laboratorium yang terbuka dengan kasar membuat Jungwoo segera berjongkok untuk bersembunyi. Sial, dirinya benar-benar salah memilih waktu untuk mendatangi Hyukjae.

Ia memeriksa flashdisk kecil yang diberikan Taeil padanya disaku celananya, berharap ia tak lupa bahwa tadi dirinya menyelipkan benda itu pada jaket kulit Lucas untuk keamanan.

"Aku melihatnya Jungwoo-ya.."

Jungwoo menoleh pada Hyukjae, pria itu menatapnya intens dan Jungwoo mengerti arti tatapannya itu, tatapan yang pernah ia lihat ketika Hyukjae melihat kematian dimasa depan..

Ia terduduk di lantai hingga menabrak kursi yang biasa akan didudukinya, apa Hyukjae melihat dirinya? Itukah mengapa kakaknya itu meminta Jungwoo untuk datang di jam biasa?

Pintu ruang kaca terbuka saat Jungwoo tengah merasa terkejut, ia bahkan tak berontak saat tubuhnya ditarik pergi keluar dengan paksa dari dalam, ia hanya menatap Hyukjae yang memberikan tatapan bersalah padanya.

Hyukjae bisa mendengar suara Jungwoo yang meminta agar dirinya dilepaskan namun tubuhnya tetap ditarik paksa oleh para pria berseragam serba hitam, ia menutup wajahnya dengan sebelah tangannya rasanya tak sanggup untuk melihat hal tersebut terjadi lagi.

Perhatian seluruh pekerja teralihkan ketika terdengar suara alarm peringatan yang berbunyi diseluruh gedung. Ini bukan alarm kebakaran, ini alarm peringatan bahwa gedung telah dimasuki oleh orang asing.

Tapi bagaimana mungkin?

Aiden melangkah dengan cepat keluar dari ruangannya disusul dengan staff lainnya yang memang berkepentingan ataupun hanya penasaran dengan apa yang terjadi.

Bahkan Jaemin yang baru saja datang dan berniat mengajukan permohonan agar Hyunjin bisa ia bawa pulang sampai menahan langkahnya ketika mendengar suara alarm tersebut.

"Ada apa ini?" Gumamnya.

"Apa benar ada yang menyusup kedalam ruang laboratorium?"

"Kudengar salah seorang staff.."

Dokumen yang berada dalam genggaman Jaemin terlepas dan terjatuh ke lantai, firasatnya sangat tidak bagus saat ini. Ia hiraukan rasa nyeri di paha kirinya dan kembali merapikan dokumennya yang terjatuh lalu segera berlari mengikuti beberapa orang menuju laboratorium.

"Mengapa terjadi banyak masalah disaat sibuk seperti ini, simpan seluruh copy file dan data dalam komputer kalian." Perintah Johnny, ia harus mengamankan data keamanan tim nya terlebih dahulu, kemudian dirinya beranjak keluar dengan segera ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Bagaimana bisa ada seorang penyusup dimarkas besar pertahanan milik negara? Apa yang dilakukan dibagian keamanan depan sana hingga meloloskan seorang penyusup?

Dirinya berpapasan dengan Aiden, kepalanya menunduk sedikit memberikan hormat kemudian melangkah bersama menuju ruang pertemuan.

"Hei kudengar, penyusup itu tertangkap di laboratorium. Kau tahu, tempat subjek itu berada.."

Jemari Lucas yang sedang sibuk memindahkan data di komputernya tiba-tiba saja berhenti bergerak, entah bagaimana ia teringat akan Jungwoo saat ini. Bagaimana jika, itu memang Jungwoo? Bagaimana jika pria itu sama sekali tidak mendengar kata-katanya untuk tak mendekati subjek tersebut.

Lucas segera bangkit berdiri dan meninggalkan mejanya menuju laboratorium "Yak! Kau mau kemana?!" Mau tak mau Jayden pun mengikuti Lucas setelah meminta tolong pada rekannya untuk memindahkan datanya dan data milik Lucas.

Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana wajah pucat Taeil saat ini begitu ia mendapati Jungwoo diseret keluar dari laboratorium, pria bersurai merah itu terus berontak dalam genggaman kuat para pria berseragam.

Jemarinya mengeluarkan ponsel dari balik saku dan menghubungi Taeyong dengan segera setelah dirinya bersembunyi di balik dinding "Ya Hyung? Aku sedang dalam misi.."

"J-Jungwoo.. Mereka menangkapnya."

Taeyong menurunkan masker yang menutupi setengah wajahnya, ia menatap pria berwajah kelinci dihadapannya yang memang tengah menatapnya "A-Aku akan kembali secepatnya."

"Taeyongie? Kau tak apa?" Doyoung menyentuh jemari Taeyong memastikan bahwa pria itu baik-baik saja usai menerima panggilan telepon.

Anggukan kepala ia gunakan sebagai jawaban, ia tak mungkin menjawab apa yang terjadi didepan anak buahnya dalam truck yang tengah membawa mereka saat ini. Padahal ia sudah hampir ingin melompat saja keluar dari benda yang membawanya dan kembali ke markas.

Jemarinya mengetikkan sebuah pesan singkat untuk Doyoung, pria kelinci tersebut segera mengecek ponselnya saat merasakan getaran di dalam sakunya, dan seketika matanya membulat terkejut melihat isi pesan dari Taeyong dan segera menatap dipengirim pesan dengan wajah panik.

Bukankah mereka harus kembali?

Sebuah taksi berhenti di depan markas pertahanan negara, 2 orang pria dengan topi hitam dan masker yang menutup setengah wajah mereka turun dari taksi tersebut, salah satunya menggunakan headset kecil ditelinganya namun dengan volume yang amat besar turun terakhir dari dalam taksi dan menatap kedalam gedung yang berdiri kokoh di hadapannya.

"Haruskah kita masuk sekarang?"

"Ya.. Bukankah kita akan menjemput kematian?"

Kedua tangan pria tersebut saling bertautan sebelum keduanya menghilang secara tiba-tiba dari depan gerbang, beruntung memang tidak ada siapa-siapa disana hanya saja mereka seperti sengaja menunjukkan diri mereka didepan kamera CCTV.

Kim Jungwoo mencoba melakukan perlawanan, sudah cukup rasanya ia bersembunyi selama ini ia menarik salah satu pria berseragam tersebut dan menangkup wajahnya membuat kedua mata mereka saling bertatap kemudian asap berwarna merah keluar dari mulut Jungwoo dan berpindah memasuki mulut serta hidung pria berseragam yang setengah wajahnya tertutup oleh masker kain tersebut.

Tak lama pria tersebut terjatuh ke lantai dan menjerit, Jungwoo membangkitkan kenangan buruk pada ingatan pria tersebut. Setiap tentara memiliki kenangan buruk yang menghantui mereka di medan perang masing-masing dan itu yang dengan sengaja Jungwoo korek dari dalam kepalanya.

Beberapa pria berseragam hitam tersebut menyerang Jungwoo namun ia berhasil menghindar dan membuat mereka tumbang dengan kekuatannya yang kini cukup menguras tenaganya. Jungwoo segera berlari dari sana ketika ia melihat siluet Lucas yang dengan panik menghampirinya.

Ia menggeleng agar Lucas tidak mendatanginya "Jangan kemari.."

Dor!

"Il..."

Dor!

"I..."

Dor!!

"Sam..."

Dor!!

"Sa.."

Bibir Hyukjae berhenti berhitung di iringi dengan air mata yang mengalir dari ekor matanya, 4 tembakan bersarang di tubuh Jungwoo adiknya, ia sudah melihatnya ia sudah tahu itu akan terjadi..

Tubuh Jungwoo tersentak kedepan hingga ia jatuh dalam pelukan Lucas yang menangkap tubuhya. Bahkan pria dengan surai merah itu sudah tak sadarkan diri, seperti apapun Lucas mengguncang tubuh Jungwoo pria itu sama sekali tak menyahut.

Pria tan itu bisa merasakan berapa banyak darah yang kini menempel di lengan dan telapak tangannya serta betapa pucat wajah Jungwoo saat ini "Jungwoo-yaa!!"

Jayden berhenti melangkah ia bukan main terkejut saat melihat salah satu dari prajurit berseragam hitam tersebut justru melayangkan tembakan pada Jungwoo, dia membunuh satu-satunya tersangka dan saksi mata atas kasus penyusupan ini.

"Apa kau sudah gilaa, eoh!!! Kau sialan apa yang sudah kau lakukan!!" Jayden menghampiri prajurit tersebut, hanya dia yang cukup sadar untuk menarik pelatuk sedangkan yang lainnya tersungkur sembari memegangi kepalanya, tak segan-segan ia memukul pria tersebut hingga tersungkur diatas lantai.

Sedangkan 2 pria dengan topi hitam dan masker tadi hanya melihat nanar kejadian dihadapannya dari balik dinding, bukan hanya mereka yang berada disana tapi juga beberapa orang lainnya yang terkejut karena penembakan tersebut termasuk Jaemin yang hampir tak bisa menahan tubuhnya untuk tak terjatuh saat ini juga saat melihat 4 peluru ditembakkan pada tubuh Jungwoo hingga pria itu tersungkur bersimbah darah saat ini.

Beruntung ia masih bisa mengontrol kedua kakinya agar dapat melangkah menjauh secara perlahan hingga menemukan tempat yang cukup sepi dan bersandar pada sebuah dinding dilorong panjang kemudian mulai menangis dalam diam sembari menutup mulutnya dengan tangan.

Ia tidak pernah membayangkan akan melihat kejadian yang sama, dua kali.

Tubuh Jungwoo sudah dibawa oleh bagian forensik menuju kamar jenazah, pria itu akan di autopsi guna kepentingan penyelidikan. Walau mereka semua sudah melihat pria itu tertembak 4 kali dipunggungnya namun mungkin saja Jungwoo menyembunyikan atau menelan sesuatu kedalam tubuhnya.

"Kalian gila? Dia sudah tertembak, dia sudah tewas! Apa yang ingin kalian lakukan dengan membelah tubuhnya?!" Umpat Lucas dengan kesal dirinya bahkan tidak menurunkan intonasi tingginya sedari tadi, sejak tadi Lucas berdiri diruang rapat hanya demi membela Jungwoo yang sudah tewas, ia bahkan tak perduli dengan sebagain tubuhnya yang penuh dengan darah.

Sedangkan Aiden tengah menunduk memijat pangkal hidungnya, ia hampir menangis saat tahu Jungwoolah penyusup yang dimaksud. Mengapa tak ada yang mengabarinya bahwa penyusup itu berada di laboratorium? Mengapa dirinya dan Johnny justru dikirim keruang pertemuan?
Andai ia tahu, dirinya pasti bisa melindungi Jungwoo.

"Kau! Mengapa kau sangat membela penjahat tersebut, apa kau komplotannya?!"

Johnny memukul meja dihadapannya "Berhenti memojokan anggota Tim-ku! Apa kau memiliki bukti bahwa Kim Jungwoo adalah penyusup? Bagaimana jika dia hanya disana karena rasa penasaran? Jika ya, maka anggotamu sudah melanggar kode etik dengan membunuh orang yang tidak bersalah!"

"JOHNNY!"

"BERHENTI!"

Aiden meninggikan suaranya, dirinya tengah berduka, apa mereka berdua harus saling sahut menyahuti seperti ini? "Apa kalian akan saling membunuh nantinya dihadapanku?" Lanjutnya, ia menatap Komisaris besar Kang yang tingkatnya berada dibawah Jung Yunho dan Johnny bergantian.

"Sebaiknya kau atur bawahanmu agar tidak sembarangan menembak satu-satunya orang yang akan menjadi saksi dan tersangka disaat yang bersamaan. Apa kau tak bisa mendidik anak-anakmu dengan benar?!"

Baik Komisaris besar Kang ataupun Johnny diam, mereka kembali duduk di kursi mereka masing-masing dengan menahan amarah sebelum seseorang membuka pintu dan datang ditengah rapat. Seluruh mata memandang pada pria yang sudah menginjak kepala 4 tersebut, para komisaris sudah tersenyum lebar karena mereka yakin autopsi akan dijalankan walaupun Aiden tak mengijinkan tentu tak akan ada yang bisa menentang Komisaris Utama Jung, terlebih itu adalah Subjek miliknya.

Namun pria itu melangkah dengan pasti menuju Komisaris Besar Kang dan melemparkan berkas kewajah pria yang bagaimanapun terlihat cukup tua diantara semua yang berada disana "Perhatikan baik-baik mental anak buahmu sebelum memintanya untuk bekerja, sialan!"

Jung Yunho melangkah mendekati Aiden "Tutup penyelidikan, apa yang akan kalian selidiki jika satu-satunya saksi dan tersangka sudah tidak ada. Dan tak perlu melakukan autopsi, hanya orang tidak waras yang masih merasa benar dengan tidak berprikemanusiaan tega melakukan autopsi seperti itu."

Pria Jung itu menatap Aiden dan berbicara cukup pelan, ia yakin hanya Aiden yang akan mendengarnya "Kau akan berterima kasih padaku nantinya Lee.." Ia segera beranjak pergi dari ruangan itu meninggalkan rasa malu diwajah Komisaris besar Kang dan tentu saja kelegaan diwajah Lucas, dan kerutan bingung di wajah Aiden. Hanya Johnny yang memandang Komisaris Jung pergi kembali melangkah keluar dan menundukkan sedikit kepalanya saat pria yang lebih senior tersebut menoleh padanya sebelum menghilang dibalik pintu besar ruang pertemuan.

Us

Keluarga Kim berduka, bahkan Kim Taeyeon menangis sejak siang didalam kamar dan enggan keluar. Mereka sudah mendengar bahwa Jungwoo yang sudah mereka rawat sejak kecil kini justru tewas karena tertangkap tengah bersama dengan subjek yang nyatanya adalah kakaknya sendiri, bagaimana itu bisa terjadi.

Plaaak!

Satu tamparan keras mendarat di wajah Taeyong, Youngwoon tengah menahan emosinya sebisa mungkin agar tangannya hanya ia gunakan untuk menampar Taeyong bukan memukulinya hingga babak belur.

Sedangkan Jaemin hanya bisa duduk dalam diam disofa ruang tengah berjengit setiap suara tamparan keras tersebut sampai pada wajah Taeyong, "Appa!!"

Doyoung menahan tangan Youngwoon yang hampir melayangkan tamparan lagi diwajah Taeyong, tak ada yang berani menahan tamparan dari di tuan rumah kecuali si Bungsu Kim.

Bahkan Himchan saja hanya bisa duduk berdampingan dengan Jaemin dan Jaehyun disisi kiri dan kanannya. Dirinya pun turut sedih dengan apa yang terjadi dan menimpa Jungwoo seharusnya bukan Jungwoo yang mengalami hal seperti ini, bahkan seharusnya keluarga Lee tidak pernah mengalami kesialan seperti ini.

"Apa kau ingin membelanya? Kubiarkan Jungwoo yang sudah kubesarkan sedari kecil ikut terjun kedalam bahaya bersama kalian, lalu saat Jungwoo diujung jurangpun kalian tidak dapat menolongnya!"

Sang penguasa mansion tiada hentinya memaki dan mengomel bahkan ia tak segan-segan menunjuk wajah Taeyong dan Doyoung anaknya karena kesal, andai dahulu ia tidak termakan janji manis kedua lelaki didepannya yang berkata akan menjaga Jungwoo sebaik-baiknya, mungkin saat ini anak itu masih ada didalam rumahnya dan meneruskan kerajaan bisnisnya saja bersama dengan Himchan.

"Sudah seperti ini apa yang harus kukatakan pada Taemin bila nanti kami bertemu di akhirat eoh?! Diriku tak dapat menjaga adik-adiknya!"

Tidak ada yang bisa menyahuti ucapan Youngwoon, pria Kim itu memang terlihat begitu menjaga keluarga Lee sedari dulu.

"Ambil jasadnya aku yang akan menguburkannya!"

"Tapi Appa..." Himchan hampir menyela, jika sampai mereka mengambil jasad Jungwoo maka mungkin keluarga besar mereka akan menjadi target kecurigaan selanjutnya.

"Aku tak perduli! Akan kuhadapi mereka, diriku masih seorang Kim jika mereka ingin tahu!" Tertua Kim pun beranjak pergi dari sana, ia sudah mengatakan hal mutlak. Bahkan Youngwoon sangat jarang berkata sekeras dan sekasar itu pada pada anggota keluarganya seberapa besarpun kesalahan mereka.

Kematian Jungwoo benar-benar mengobrak-abrik emosinya, sudah cukup ia terlambat menyelamatkan Taemin dan Minho, sudah cukup ia dengan bodohnya membiarkan Hyukjae dan Jungwoo berada dipanti malam itu, sudah cukup ia kehilangan selama ini.

Jaehyun segera bangkit berdiri ia meraih lengan Taeyong agar mengikutinya padahal jelas-jelas Doyoung saat itu tengah memastikan tidak ada luka di wajah Taeyong karena tamparan ayahnya sangat kencang. Wajah putih itu saja sampai memerah karena ulah sang ayah.

"Yak!"

"Doyoung-ah.. Biarkan Jaehyun membawa Taeyong.." Himchan tak perlu menahan ia hanya perlu berbicara dan menatap adiknya tersebut, walaupun Doyoung sangat ingin protes namun ia tak bisa untuk tidak mengikuti perintah sang kakak.

"Aku akan mengambilkanmu air Jaemin-ah.." Himchan menepuk punggung Jaemin kemudian meninggalkan kedua adiknya itu menuju dapur guna mengambilkan air bagi Jaemin, pria itupun tak kalah terlihat shock lebih dari siapapun saat ini.

Doyoung menggeser posisinya agar duduk bersebelahan dengan Jaemin ia perlahan menepuk bahu dan punggung pria Na yang terlihat tengah terkejut, dirinya ingat bagaimana Jaemin kehilangan sosok Jeno dan sekarang hal yang sama terjadi dengan cara yang sama.

"Jaemin-ah.."

"..... Ya?"

"Menangislah.." Doyoung merentangkan kedua tangannya dihadapan Jaemin, berharap dirinya bisa menggantikan posisi Jungwoo sejenak agar Jaemin setidaknya dapat menangis.

Jaemin segera memeluk Doyoung dan perlahan menangis, rasa sesak didadanya sedari tadi tak kunjung hilang ketika dengan mata dan kepalanya sendiri ia melihat aparat itu menembak Jungwoo sama seperti 15 tahun lalu saat aparat sialan itu menembak Jeno hingga sahabatnya itu tumbang.

Jaehyun membawa Taeyong menuju kamarnya ia mendudukkan pria tersebut pada sebuah kursi single didekat jendela kamar sedangkan Jaehyun mencari kotak obat yang kini menjadi barang penting bagi dirinya, ia membutuhkan obat-obatan itu untuk mengobati lebam dan lecet ditubuhnya usai berlatih.

Ia meletakkan kotak obat tersebut diatas meja dan mencari salep didalamnya begitu menemukannya Jaehyun segera menarik sebuah bangku agar dapat berhadapan dengan Taeyong kemudian mengoleskan salep tersebut di sudut bibir Taeyong yang sedikit memar dan di tulang pipi pria tersebut.

Bagaimanapun tangan milik Kim Youngwoon itu sangat besar dan terlihat amat sangat kuat, belum lagi Jaehyun yakin disaat muda pria itu pasti berlatih latihan fisik dengan sangat rajin, terlihat dari tubuhnya yang masih terlihat tegap hingga saat ini.

"Kau tak apa?"

Pria bersurai perak itu hanya menggeleng, ia masih memalingkan wajahnya dari Jaehyun. Pandangannya terarah pada kaca jendela yang memantulkan dengan samar wajahnya yang menahan kesedihan milik Taeyong dan raut khawatir milik Jaehyun.

"Menangislah.. Kau tak perlu menjadi kuat untuk siapapun jika kau lelah. Seorang pemimpin sekalipun bisa merasakan kesedihan."

Ucapan Jaehyun berhasil membuat Taeyong meneteskan air mata yang sudah ditahan olehnya sedari tadi, ia sudah hampir menangis meraung andai Jaemin tidak datang dan memeluknya sambil menangis kencang, terpaksa ia menahan kepedihannya. Ia bahkan tak berani meneteskan air matanya dihadapan Kim Youngwoon yang bahkan menahan tangisannya walaupun kedua matanya sudah memerah ketika memakinya.

Taeyong dididik menjadi kuat sejak dirinya sadar bahwa ia tak memiliki siapapun, ia hanyalah seorang yatim piatu yang hidup di panti sejak kecil, baik Siwon ataupun Youngwoon selalu mengatakan bahwa seorang pria pantang meneteskan air mata sesakit apapun kejadian yang menimpanya.

Namun, kali ini saja.. Ia lelah harus menjadi kuat dihadapan adik-adiknya, dirinya bahkan tak tahu bagaimana caranya mengatakan pada Ten dan yang lainnya bahwa Jungwoo sudah tiada, ia tak ada wajah untuk menghubungi Ten hanya untuk mengatakan berita duka ini.

"Ini bukan salahmu Taeyong-ah.." Jaehyun perlahan menarik pria itu masuk kedalam dekapannya, semakin erat pelukannya semakin pecah tangisan Taeyong.

Dirinya tak perduli bahwa nanti pakaiannya akan menjadi basah karena airmata Taeyong yang kini menangis dengan kencang dalam dekapannya, ia hanya ingin pria ini menangis layaknya manusia yang memang seharusnya meneteskan air mata ketika kemalangan menghampirinya.

"Menangislah.. Semua akan berlalu, takdir mungkin hanya sedang mempermainkanmu Taeyong-ah.." Gumam Jaehyun, namun tak ada sahutan sama sekali dari si rambut perak yang masih bergetar dalam tangisannya dipelukan Jaehyun.

Us

"Kau sudah akan pulang?"

Jayden mematikan komputernya, ia melihat Lucas melamun sejak tadi. Namun bagusnya pria tersebut tak sampai menangisi kepergian Jungwoo.

Tapi yang pernah didengarnya dari orang lain, terkadang lebih baik menangis daripada menahannya dan menjadi penyakit yang terpendam didalam diri. Ia khawatir bahwa Lucas akan seperti itu karena ia sama sekali tak menangis, bahkan dia bisa dengan lantangnya mengikuti rapat demi membela Kim Jungwoo didalam sana agar tidak dilakukan Autopsi.

"Ya.. Aku akan pulang.."

Kembali Jayden menatap Lucas, ia memastikan pria tersebut dalam keadaan baik-baik saja untuk pulang seorang diri "Kau yakin?"

"Aku sangat yakin.." Lucas beranjak bangkit, ia sudah membereskan seluruh meja kerjanya sejak tadi. Ia bahkan tak ada niat untuk bekerja semenjak insiden tersebut terjadi didepan mata kepalanya. 

"Aku akan pulang terlebih dahulu, titip salamku untuk kakakmu."

Lucas tahu bahwa Aiden pasti juga terpukul akan kejadian ini. Walau karena ucapannya justru menimbulkan tanda tanya dibenak Jayden, sejak kapan Lucas menitipkan salam pada kakaknya??

Dirinya melangkah dalam diam menuju parkiran mobil dan segera masuk kedalam mobil miliknya, ia menghidupkan lampu didalam mobil dan merogoh kantung saku jaket kulit yang digunakannya.

Terdapat sebuah flashdisk dan sebuah kertas yang ia yakin Jungwoo selipkan disaat-saat terakhirnya karena terdapat jejak darah disana. Tertera sebuah alamat yang menjorok di tepi kota. Namun ia segera menyimpan kembali kertas tersebut dan flashdisk pipih tersebut kedalam sakunya. Ia akan kealamat yang tertulis tersebut sekarang juga.

"Kau baik-baik saja?"

Kini Johnny yang bertanya pada Jayden karena anak itu sama sekali belum beranjak dari meja kerjanya sedangkan Lucas saja sudah beranjak pulang kembali ke apartemennya.

"Ya.. Sepertinya.."

"Apalagi yang menganggu pikiranmu? Kasus Tuan Han sudah dilimpahkan pada pengadilan, dia akan mendapatkan hukuman yang setimpal, setidaknya jika dia tidak mendekam dipenjara aku yakin dia akan mendekap dirumah sakit jiwa."

Jayden terkekeh ia senang dengan apa yang akan menimpa Tuan Han namun bukan itu pokok permasalahan yang menganggu sistem kerja otaknya saat ini.

"Bukankah kau mengatakan bahwa dilaboratorium sama sekali tidak ada CCTV, bahkan dilorong bagian luar laboratoriumpun tak ada CCTV iya bukan?"

Sang atasan menganggukkan kepalanya, ia pernah mengatakan bahwa di ruang Laboratorium sama sekali tidak ada CCTV karena dirinya pernah memasuki ruangan tersebut ketika subjek tersebut diperkenalkan oleh Jung Yunho, dan yang seperti Jayden katakan tidak ada CCTV disekitar sana.
"Memang tak ada, mengapa kau menanyakan itu?"

"Lalu darimana mereka tahu Kim Jungwoo menyelinap kedalam sana?"

Pertanyaan yang mengganjal dikepala Jayden akhirnya bisa ia utarakan, dan kini Johnnypun ikut memikirkan hal yang sama hingga tiba-tiba seseorang datang keruangan investigasi tanpa mengetuk terlebih dahulu dengan tergesah-gesah segera masuk kedalam.

"Ada apa?" Johnny yang sedang duduk santai ditepi mejanya pun segera bangkit berdiri, ia terkejut melihat seseorang dari bagian forensik berlarian masuk kemari dengan wajah panik bahkan mendekati pucat.

"Jasad... Jasad Kim Jungwoo menghilang.." Jawab pria tersebut dengan terbata.

"Apa!!"

Sedangkan Lucas memarkirkan mobilnya dipelataran bagian depan Heaven Circus begitulah tulisan yang terdapat pada gapura dipintu masuk tadi, netranya menatap sekeliling yang masih terlihat cukup ramai dengan sisa-sisa pengunjung, ia menatap sekali lagi kertas yang berada didalam sakunya sepanjang perjalanan dengan alamat yang kini dipijaknya.

Ia segera turun dari mobilnya dan kembali menatap sekeliling seolah tengah menilai sekitarnya dan memastikan apakah tempat tujuannya memang sesuai, mengapa Jungwoo memberikan alamat ini padanya? Apa ada seseorang yang akan menemuinya disini?

"Kau sudah datang, Lucas-ssi?"

Lucas terdiam sebentar, ia berbalik badan untuk memastikan suara yang didengarnya barusan. Ia melihat seorang pria berdiri tak jauh darinya dan perlahan membuka hoodie hitam yang menutupi sebagian wajah dan kepalanya tadi.

Kulit putih pucat dengan surai berwarna merah terang tertiup angin, pria tersebut tersenyum ramah padanya sama seperti terakhir kali Lucas melihatnya tadi pagi saat mengantarkan kopi dan 3 potong sandwich padanya.

Tapi..

Bagaimana mungkin?

Ia ingat pria itu bersimbah darah dan terlihat begitu pucat dan membiru dalam dekapannya.

"Ju-Jungwoo?"

Pria bersurai merah itu tersenyum manis dan mengangguk "Ya.. Aku masih hidup Lucas-ssi..."

"..... Apa kau terkejut?"

To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar