myCatalog

Kamis, 27 Agustus 2020

US - FOURTEEN


* US *

-

-

-

-

-







NEO CITY

2044

BEFORE JUNGWOO'S DEATH

Malam itu usai pertunjukan Ten mengumpulkan beberapa orang yang kiranya dapat membantunya mencari solusi, bagaimanapun kematian yang dilihat olehnya adalah bagian dari mereka. Belum lagi, ada suara Hyukjae yang memintanya untuk melakukan penyelamatan.

Ini kali pertama ia harus menentang kematian, dirinya bahkan tak tahu bagaimana caranya?
Ten sudah tahu waktu, hari dan bagaimana kejadian tersebut terjadi, dan kini ia menuliskan kronologi kejadian yang akan menimpa Lee Jungwoo. Kematian yang akan menghampirinya, esok.

"Jika kau ingin diriku melakukan teleport untuk membuatnya terhindar dari tembakan akan kulakukan, seharusnya diriku bisa melakukannya." Chenle membaca susuan kata yang di tulis oleh Ten, dirinya sudah cukup yakin dengan kemampuannya saat ini.

"Bukankah itu terlalu beresiko?" Mark menimpali, ia bukan tak setuju namun jika Chenle menggunakan kekuatannya sekali lagi maka mungkin mereka akan dengan mudah mencari tahu dimana Jisung dan Jungwoo berada dengan melacak seorang teleporter."

"Kau tak mungkin mengulang kejadian yang sama. Kau sudah melakukannya untuk menolong Jisung, kau tak bisa menggunakan cara yang sama untuk menolong Jungwoo.."

Ucapan Mark ada benarnya, Chenle pun bungkam. Namun Ten terpikirkan cara lain saat ini dan mungkin akan lebih beresiko tinggi dari pada hanya sebuah luka tembakan semata.

"Bukankah kau sangat pandai meracik Chenle-ya.."

Seluruh anggota rapat menoleh terkejut pada ucapan Ten, siapa yang tak tahu Chenle jauh lebih mahir meracik racun daripada menguasai kekuatan teleportnya sendiri.

"Apa rencanamu sebenarnya Hyung?" takut-takut Donghyuk sudah enggan membayangkan rencana Ten. Pria yang memimpin mereka di sirkus ini selalu memiliki rencana yang tak terpikirkan oleh orang lain, namun rencana miliknya dipastikan 80% berhasil.

"Racun apa yang kau ingin kuracik? Dan untuk siapa racun itu?"

"Racik racun paling mematikan, racik juga penawarnya. Kau pernah dengar racun yang diminum oleh Juliet? Buatlah racun seperti itu untuk Jungwoo.."

"Sepertinya aku paham rencanamu.."

"Kau mengerti Donghyuk-ah?"

Donghyuk mengangguk, ia meraih kertas yang tercatat kronologi kematian Jungwoo "Dia tertembak 4 kali, di kepala, leher, punggung, dan kaki tepat dihadapan pria bernama Lucas.." ia kembali meletakkan kertas tersebut.

"Kau hanya perlu meminumkan racun tersebut pada Jungwoo sebelum peluru mengenai tubuhnya, dan.. pastikan hanya 2 peluru yang mengenai bahu dan punggungnya sisanya, singkirkan."

"Jungwoo tetap tertembak dan terluka, dia pun tetap akan terlihat tewas karena racunmu. Namun dirinya akan kembali sadar setelah 4 jam."

"Darimana kau tahu dia akan sadar setelah 4 jam Donghyuk-ah?" Mark kembali bertanya, ia terkadang tak paham dengan segala ide yang muncul tiba-tiba di dalam kepala sahabat tersayangnya ini.

"Harus 4 jam, jika lebih dari itu mungkin mereka akan memasukkannya kedalam peti mati."
Lee Donghyuk menatap Chenle yang terlihat tengah berpikir "Kau bisa membuatnya? Juliet Poison?"

Chenle mengangguk, ia sanggup menciptakan racun tersebut dan meminumkannya pada Jungwoo tepat waktu, ia harus bisa.

"Keselamatan Jungwoo semuanya bergantung pada kecepatanmu dan racunmu Chenle-ya.. Kau yakin?" Ten menanyakan sekali lagi, ia tak ingin Chenle terbebani, namun memang itu adalah satu-satunya cara teraman saat ini untuk menyelamatkan Jungwoo dan menghindari Chenle dari bahaya.

"Aku bisa, akan kubuat racun itu saat ini juga.." Chenle segera beranjak dan tak ada yang menghalangi anak itu berkreasi dengan racun-racunnya.

Ten menghela nafas, entah lega atau ia masih merasa memiliki beban yang cukup berat. Mata kucingnya menatap sekeliling hanya tersisa Mark dan Donghyuk, tak ada Somi karena anak itu tidak ingin terlibat terlalu jauh ia hanya ingin menerima perintah.

Namun ada yang kurang diantara mereka "Dimana Renjun?"

"Dia pergi setelah Jaemin menghubunginya.."

"Oh.. Baiklah.."

Sepertiga malam Chenle habiskan untuk meracik racun yang dimaksud, setiap bahan ia masukkan sesuai dengan takaran yang ia lihat didalam buku. Entah bagaimana ia bisa memiliki buku yang berisi catatan racun tersebut namun buku itu yang membantunya meracik selama ini.

Seluruh bahan sudah lengkap, ia hanya perlu memanaskannya hingga matang kemudian memindahkannya kedalam sebuah botol kecil. Ya botol kecil, ia tak akan menyisakan sedikitpun racun dimeja kerjanya karena dirinya akan pergi dipagi buta dan ia tak ingin kembali kemudian melihat Jisung tergeletak tak sadarkan diri.

Sebuah botol kecil dengan cairan berwarna hitam pekat sudah berada ditangannya, Chenle tersenyum puas melihat hasil karyanya. Ia sudah siap untuk besok.

"Gunakan ini..." Jisung memberikan earphone kecil miliknya pada Ten, "Ini akan membantumu menghindar dari pikiran ratusan orang di kota sana." dirinya sudah tahu bahwa Ten dan Chenle akan pergi ke markas besar ditengah kota dan ia pun tahu hal tersebut akan menyiksa Ten jika pria itu harus mendengarkan pikiran banyak orang.

"Terima kasih Jisungie, berlatih-lah dengan Yuta dan Winwin, Renjun sepertinya belum kembali.. Kupinjam sebentar sahabatmu ini."

Jisung mengangguk dan menoleh pada Chenle yang menatapnya "Berhati-hatilah.."

Keduanya berangkat menggunakan teleport hingga tiba di wc umum stasiun terdekat dengan markas keamanan milik negara, Ten sempat terkejut dengan ratusan bahkan ribuan suara yang masuk kedalam kepalanya, mereka semua berpikir mengumpat bahkan bersedih.

"...ng? Hyung??" panggilan Chenle akhirnya mengalihkannya, ia melihat pria sipit itu memakaikan earphone yang Jisung berikan pada kedua telinganya kemudian menyambungkannya pada ponsel milik Chenle dan menghidupkan musik rock dengan volume yang cukup kencang.

"Apa kau masih mendengar mereka?"

Ten tersenyum, ia menggeleng pelan. Keduanya melangkah keluar dari stasiun kereta bawah tanah kemudian menaiki taksi menuju tempat tujuannya begitu sampai Chenle yang keluar terlebih dahulu menghela nafas "Ini begitu dekat, mengapa kita harus menaiki taksi? Bukankah sebaiknya diriku membawamu berteleport langsung saja kedalam?"

Pria disisinya tak menjawab, namun Ten menoleh pada CCTV yang tergantung disana. Ia ingin menunjukkan pada dalang dari semua ini kalau mereka semua masih ada, mereka masih hidup dan mereka sudaj kembali.

"Diriku ingin berkunjung layaknya seorang tamu yang terlihat Chenle-ya.. Walaupun sang tuan rumah akan terkejut sekalipun."

"Haruskah kita masuk sekarang?" Chenle tak paham maksud ucapan Ten, dirinya hanya ingin segera masuk dengan cepat dan menyelesaikan misinya.

"Ya.. Bukankah kita akan menjemput kematian?"

Sesudahnya Chenle mengenggam jemari Ten dan menteleport dirinya dari sana masuk kedalam bersamaan dengan Ten yang menoleh pada CCTV dan menyapa siapapun yang tengah menatap CCTV dengan topi yang digerakkan.

"Ada apa Hyung?"

Jungwoo mengerutkan keningnya, tangannya ditarik oleh Hyukjae ia mendengar bisikan panjang yang dikatakan oleh kakaknya itu hingga kalimat terakhir yang cukup membuatnya terkejut.

"Takdir menantimu Jungwoo-ya, tapi percayalah Ten pasti menyelamatkanmu." bisiknya, namun bersamaan dengan itu pintu laboratorium terbuka Jungwoo terkejut setengah mati.

Ia tentu saja terkejut karena dirinya terkepung saat ini dan tentu saja karena ucapan Hyukjae padanya. Dengan cepat Jungwoo meraih kertas dan menuliskan sebuah alamat, jika sempat dan harus sempat ia harus menyelipkan kertas ini pada saku Lucas tempatnya tadi menyelipkan flashdisk miliknya.

Jika prediksi Hyukjae dan Ten salah, maka ia akan benar-benar tewas.

Tubuh Jungwoo diseret keluar dari ruang kaca ditengah laboratorium walau wajahnya terlihat terkejut namun ia tengah berpikir keras bagaimana caranya ia menuntun Lucas menghampirinya?
Sebelum pintu ruang kaca tertutup Jungwoo berontak ia dengan sengaja mendorong tubuhnya agar menabrak tombol merah yang menghidupkan alarm bahaya.

Jika memang dirinya tertangkap basah bukankah sudah seharusnya alarm tersebut dibunyikan? Tahu alarm dibunyikan tubuh Jungwoo semakin diseret dengan kasar, ia masih berusaha berontak guna mengulur waktu. Setidaknya hingga Lucas muncul dihadapannya, semakin tubuhnya di tarik dengan kasar semakin Jungwoo memberikan perlawanan.

Ia lelah, mereka seperti berniat membawa Jungwoo pergi dari tempat ini dengan cepat sebelum ada yang datang lagi jadi mau tak mau Jungwoo harus menggunakan kekuatannya, ia mengorek memori terkelam dari setiap prajurit disana dan membuat mereka memutar memori tersebut terus menerus. Dan sebisa mungkin memukul sisanya dengan tangan kosong walaupun combatnya tak sepandai Ten ataupun Taeyong.

Dirinya berlari saat merobohkan tubuh lawannya walau ia tahu dirinya akan dikejar hingga ia melihat Lucas tengah berlari dari ujung lorong kearahnya.

"Sekarang Chenle.."

4 tembakan di lontarkan pada Jungwoo, Chenle dan Ten yang sudah menyusup masuk kedalam segera mencari dimana keberadaan laboratorium dan mereka menemukannya disaat yang tepat.

Chenle berteleport secepat mungkin meneteskan cairan racun pada bibir Jungwoo yang terbuka bersamaan dengan dirinya yang muncul kurang dari sedetik diatas tubuh Jungwoo, kemudian kembali menghilang dan muncul dibalik tubuh Jungwoo. Ia mengambil 2 peluru dan menjatuhkannya dilantai kemudian memindahkan 2 peluru lainnya pada bahu dan punggung Jungwoo. Lalu kembali menghilang lagi sebelum ia muncul di sisi kanan Ten sembari menyembunyikan tubuhnya dibalik pilar dinding.

Melakukan lompatan saat berteleport kurang dari 2 detik dan melakukan banyak hal dalam waktu singkat benar-benar membuatnya lelah.

Begitu dirinya mengintip dari balik pilar ia dan Ten melihat 2 peluru tertanam di tubuh Jungwoo mendorong tubuhnya yang sudah terkena racun jatuh didepan Lucas yang menahan tubuhnya.

"Uhuuk!"

Jungwoo sadar ada yang salah dengan tubuhnya, ini bukan terasa seperti ditembak. Susah payah ia menyelipkan kertas tersebut disaku yang sama seperti tadi pagi ia menyelipkan flashdisk miliknya sebelum kesadarannya menghilang.

Ten menurunkan topi yang digunakannya agar tak ada orang-orang yang melihatnya. Iapun terkejut saat melihat pria bersurai terang disana tengah mengamuk dan memaki pria berseragam yang menembak Jungwoo.

"Benar ternyata.. Lee Jeno, anak itu masih hidup.."

Misi belum usai begitu saja, Chenle sudah memulangkan Ten sedangkan dirinya masih harus bersembunyi diruang gelap yang berada di salah satu gedung keamanan negara. Rasanya tak sabar menanti waktu hingga Jungwoo terbangun kembali.

Ia melihat jam yang melingkar di tangan kanannya, sudah 3 jam dan Chenle tak memiliki kesabaran seperti seorang Park Jisung yang betah menungguinya bermain game ataupun menungguinya mencari sebuah buku di sebuah perpustakaan kota yang besar.

Chenlepun memutuskan untuk beranjak keluar dari tempat persembunyiannya, ia berjalan mengendap-endap agar tak ada yang mengetahui keberadaannya. Dirinya mengeluarkan kertas yang disimpan disaku celananya mencoba melihat dimana dirinya berada dan kearah mana dirinya harus beranjak menuju ruang jenazah.

Sial, kenapa dirinya harus seorang diri kekamar yang berisi mayat? Andai ada Jisung disini mungkin sijangkung itu yang akan Chenle suruh membuka pintu memasuki kamar jenazah.

Saat dirinya sudah tiba didepan ruang jenazah yang terasa gelap dan dingin, tiba-tiba saja Chenle merasa ragu untuk masuk kedalam namun suara langkah kaki membuatnya justru segera beranjak masuk tanpa banyak berpikir ulang dan menutup pintu ruang Jenazah dengan rapat bersamaan dengan 2 penjaga melewati bagian depan lorong ruang Jenazah..

"Sial sial.."

Chenle masih mengumpat sembari dengan tergesah-gesah membuka satu persatu kain penutup setiap jenazah, ia bahkan sampai meringis ngeri setiap melihat beberapa mayat yang bentuknya benar-benar sudah tak karuan. Ia segera menutup kembali kain penutup mayat secepatnya dan berharap dirinya tidak akan mengingat wujud mereka setiap akan memejamkan matanya ketika tidur.

Ia menarik kain penutup terakhir dan akhirnya ia menemukan Jungwoo, Chenle melihat dada pria bersurai merah itu mulai bergerak walau sangat pelan "Hyung?!" Chenle menepuk wajah Jungwoo agar dengan cepat tersadar namun sepertinya luka tembak dan darah yang terus mengalir membuat Jungwoo sangat lemas.

"Sial!"

Chenle mencari pakaian apapun yang bisa digunakan oleh Jungwoo saat ini didalam lemari penyimpanan pakaian bekas yang digunakan oleh mayat yang berada disini, karena ia harus membawa Hyungnya itu ke sirkus saat ini juga.

"Hyung!!! Ten Hyung!!"

Chenle terjatuh dengan tubuh berat Jungwoo dalam gendongannya walau ia berteleportasi sekalipun rasanya tubuh lemas Jungwoo benar-benar sangat berat.

"Jungwoo Hyung?!"

Donghyuk dan Mark segera mengangkat tubuh Jungwoo yang masih terlihat lemah, sialnya darah masih mengalir dari luka tembaknya, hanya Yuta, Winwin dan Yangyang yang tak mengerti siapa pria itu? Walau mereka tahu Ten dan yang lainnya memiliki saudara lain di perkotaan namun mereka tak pernah menyebutkan siapa dan bagaimana rupanya.

Hanya Chenle yang sering datang berkunjung, anak itu sangat suka melanggar peraturan yang dibuat oleh seseorang bernama Lee Taeyong disana.

"Apa yang terjadi?" Renjun yang baru saja keluar dari tendanya usai bersiap-siap setelah seharian beristirahat karena membantu Jaemin kemarin sungguh terkejut melihat Jungwoo dalam keadaan terluka berada disini dihadapannya.

Kemarin Jaemin sekarang Jungwoo mengapa mereka yang berada dikota mudah diserang? Apalagi Jaemin dan Jungwoo merupakan yang terlemah selain kekuatan dari mulut manis mereka.

"Bawa Jungwoo masuk.." Ten membuka tendanya dan membiarkan Donghyuk membawa tubuh Jungwoo dengan dibantu Mark.

"Kau baik-baik saja?" Jisung membantu Chenle bangkit pria itu terlihat lelah.

"Aku baik-baik saja, diriku harus melihat keadaan Jungwoo Hyung.."

Jisung mencekal lengan Chenle "Dengarkan aku, sudah banyak yang akan mengurus hyungmu. Kaupun perlu beristirahat.." ia menarik Chenle menuju tenda Somi yang baru saja menyiapkan makan malam karena sebentar lagi sirkus akan segera dibuka.

"Aku hanya takut.. Bagaimana jika diriku kurang tepat menempatkan jarak pelurunya? Bagaimana jika komposisi racun yang kuciptakan salah? Bagaimana jika diriku yang justru membuat Jungwoo Hyung tewas?"

Jisung mendudukkan Chenle ia mencengkram dengan erat jemari pria itu berusaha menenangkannya, bersamaan dengan Somi yang meletakkan semangkuk sup hangat untuk Chenle.

"Berhenti berpikir yang tidak-tidak... Kau sudah melakukan yang terbaik. Ten Oppa memintaku memberikan sup ini saat kau kembali, kau harus memulihkan tenagamu. Jungwoo Oppa akan baik-baik saja."

Ten membuang semua barang yang ada di atas mejanya agar Donghyuk dan Mark bisa meletakkan tubuh Jungwoo disana. Donghyuk membuka kemeja yang membalut tubuh Jungwoo walau tak banyak darah masih mengalir dari luka tembakan di punggung pria manis itu tapi dirinya yakin Jungwoo sudah kehilangan darah yang cukup banyak.

"Dia baik-baik saja bukan?"

"Kurasa kita harus mengeluarkan pelurunya.." Renjun mengeluarkan belati yang dipinjamnya dari Yuta kemarin dirinya harus menyelamatkan Jungwoo.

"Aku saja yang melakukannya" sanggah Yuta, ia segera mengambil alih posisi Renjun dan Donghyuk "Kau pasti masih lelah setelah berkelahi semalaman. Winwin, bantu aku ambilkan air panas.." lanjutnya kemudian meminta bantuan Winwin, pria itu segera beranjak tanpa membantah.

Sedangkan YangYang masih diam memperhatikan berharap dirinya dapat membantu disana, dirinya pun berinisiatif untuk pergi mencari pakaian baru dan tentu saja perban yang banyak agar dapat digunakan.

Tubuh Renjun ditarik oleh Ten untuk duduk di tepi ranjang miliknya, Yuta benar, mungkin Renjun bisa saja tidak fokus karena kelelahan dan ia tak ingin mengambil resiko biarkan Yuta yang melakukan ini. Bukankah dia memang pernah melakukan hal yang sama ketika salah satu hewan yang Mark temukan terluka?

Satu peluru keluar dari tubuh Jungwoo pria itu meringis menahan rasa sakit, peluh sebesar biji jagung kini menetes dari kening Jungwoo, ia benar-benar tersiksa namun ia tahu dirinya harus tetap sadar walaupun lemah.

"Tetaplah sadar, satu peluru lagi." ucap Yuta, ia membakar ujung pisau miliknya dan kembali mengorek keluar peluru dari dalam tubuh Jungwoo. Panasnya pisau bisa menghalau darah yang keluar dari luka tersebut.

Beruntung kedua peluru yang tertanam ditubuh pria ini tidak terlalu dalam, hanya saja pria ini memang kehilangan cukup banyak darah.

"Kita harus membatalkan pertunjukan.. Tak mungkin kita tinggalkan Jungwoo Hyung begitu saja." Mark tak tahu lagi harus melakukan apa, mereka panik dengan keadaan Jungwoo, bibir pria tersebut kembali pucat saat peluru terakhir berhasil dikeluarkan.

Yangyang keluar dari dalam tendanya dengan membawa satu stel pakaian baru dengan sebuah hoodie jumper yang cukup tebal agar Jungwoo tak kedinginan, ditangannya juga ia membawa beberapa gulung perban.

Kedua tungkainya melangkah cepat hingga ia terhenti saat ada 2 orang pria berdiri didepan tenda milik Ten, 2 orang asing yang tak dikenalnya. Perlahan namun Yangyang menghampiri kedua pria tersebut dan memberikan tatapan penuh pertanyaan pada kedua pria tersebut, karena dirinya tak bisa berbicara.

"Kau pasti Yangyang.."

Dirinya cukup terkejut mendengar namanya di sebutkan oleh pria dihadapannya yang terlihat ramah dan tersenyum padanya. Terlihat sebuah dimple dalam dan manis dari wajah pria tersebut, sedangkan disisi kanannya seorang pria beralis tebal dengan kulit seputih susu berdiri dalam diam hanya memasukkan kedua tangannya kedalam saku.

"Aku akan membatalkan pertunjukkan dan meminta Somi mengembalikan tiket pengunjung.."
Suara Ten yang panik membuyarkan lamunan Yangyang tentang siapa pria dihadapannya, dirinya dan 2 orang asing tadi segera menoleh kearah kain tenda yang disibak dan menampilkan Ten disana.

"Yangyang.. Kau membawa perban? Cepat masuk tolong bantu Donghyuk..." Ten segera meminta Yangyang beranjak masuk, setelah pria itu masuk Ten hampir beranjak usai menghiraukan 2 pria tadi hingga namanya dipanggil.

"Ten.."

Langkahnya terhenti, ia seperti mengenal suara tersebut. Dirinya segera menoleh dan terkejut melihat siapa yang berada dihadapannya saat ini "Lay Hyung? Junmyeon Hyung??" pria itu adalah pengurus panti yang bisa dibilang tangan kanan Choi Siwon, saat kejadian malam itu Lay sedang pergi kembali kenegara asalnya begitu kembali dirinya tak menemukan lagi dimana letak House of Heaven yang hanya ditinggalkan selama 7 hari olehnya, yang tersisa hanyalah reruntuhan belaka, sedangkan pria satunya adalah seorang Kim yang kini hidup bersama dengan Lay setelah pertemuan pertama mereka 10 tahun lalu.

"Aku datang.. kurasa kau membutuhkan bantuanku didalam."

Ten tersadar, ucapan Lay benar. Pria itu adalah seorang healer, dia pasti bisa menyelamatkan Jungwoo didalam sana. "Ikut aku Hyung.."

Dirinya kembali masuk kedalam bersama dengan Lay, "Kalian bersihkan diri dan bersiaplah untuk pertunjukkan. Jungwoo akan baik-baik saja.." lagi, hampir seluruh penghuni tenda terkejut kecuali Yuta dan Winwin, hanya Yangyang yang terlihat tak tahu harus berekspresi seperti apa saat ini.

"Lay Hyung?!"

⇨ Flashback End ⇦

".... Apa kau terkejut?"

Lucas sangat ingin mengangguk namun gerak tubuhnya justru melakukan hal lain, ia segera melangkah cepat mendekati Jungwoo dan memeluk pria manis itu dengan erat bahkan kali ini Lucas menangis setelah sedari tadi dirinya tak menangis.

"Katakan padaku kali ini kau benar-benar masih hidup? Kau bukan hanya sekedar halusinasiku saja bukan?"

"Ini aku Lucas-ssi.. Aku masih hidup.."

Perlahan Lucas melepas pelukannya ia tak perduli wajahnya sudah basah dengan air mata, jiwanya bagai hilang separuh saat melihat Jungwoo tertembak dihadapannya tadi, untuk menangis saja dirinya sampai tak sanggup yang bisa ia lakukan hanya membela pria itu agar tak dilakukan autopsi pada jasadnya.

"Kau... Apa yang kau lakukan eoh? Bukankah sudah kukatakan padamu jangan mendekati laboratorium... Jika kau mendengarkanku maka kau tak akan tertembak... Dan...." Lucas menghentikan ucapannya sendiri. Bukan, tak ada yang salah dari ucapannya. Jungwoo benar-benar tertembak didepan matanya tadi, namun bagaimana caranya Jungwoo kembali hidup?

Jungwoo mengulurkan tangannya pada Lucas "Diriku paham dengan pertanyaanmu, maka akan kuperkenalkan dirimu pada keluargaku." begitu uluran tangannya tersambut Jungwoo menggerakkan tangannya yang lain pada wajahnya sendiri sebagai kode agar Lucas menghapus seluruh jejak airmatanya sambil terkekeh.

Dirinya tak pernah mengira dapat melihat Lucas meneteskan airmata hingga seperti itu. Dengan segera pria tan tersebut menghapus jejak basah diwajahnya sungguh memalukan, dirinya menangis seperti anak kecil barusan.

Keduanya melangkah memasuki tenda sirkus paling besar ditempat itu, mereka menghampiri 2 orang yang memang tengah menatap kedatangan keduanya.

"Apa kau yakin pria ini bisa dipercaya?" Lay menatap Lucas dari ujung kepala hingga ujung kaki, seolah-olah tengah menilai baik dan buruknya pria tersebut.

Bagaimanapun ia pernah kehilangan seluruh keluarganya yang ia kira tewas hingga dirinya menemukan mereka kembali ketika ia mendapat pekerjaan menjadi seorang tutor dari seorang anak pria bernama Kim JunMyeon 10 tahun lalu.

Pria itu kini sudah dewasa dan justru menjadi pasangan hidupnya setelah dia diusir pergi dari keluarganya sendiri. Jangan bertanya berapa umur seorang Lay, dia sudah berumur lebih dari 300 tahun sepertinya karena sesungguhnya pria tersebut tak pernah menua hingga saat ini, karena seorang healer sangat susah untuk dilenyapkan.

"Ten Hyung mengatakan..."

"Aku dapat percaya penilaian Ten, dia bisa membaca dan mengeledah isi kepala anak ini dalam sekali melihat. Tapi diriku butuh penilaianmu, mengapa dirimu sampai dengan mudah mempercayainya? Bagaimanapun dia seorang manusia.."

Lucas menaikkan salah satu alisnya, tentu saja dirinya manusia, memang makhluk yang berada didalam tenda ini seluruhnya makhluk halus? Lagipula mengapa dirinya harus mengalami hal ini 2x, Aiden sempat meragukan dirinya bahkan tepat dihadapannya dan kini? Pria ini pun turut meragukannya tanpa ragu.

Ten terkekeh membuat Lay dan Jungwoo menoleh padanya "Tidak-tidak, lanjutkan..." dirinya tak bisa untuk tak terkekeh saat tanpa sadar mendengar bagaimana Lucas berpikir untuk menanggapi ucapan Lay pada Jungwoo, mengapa pria yang terlihat menyeramkan tersebut punya pola pikir yang sangat unik.

"Aku percaya padanya. Awalnya diriku percaya bahwa dia bisa diandalkan karena penilain Ten Hyung terhadapnya, namun setelah mengenalnya dirikupun dapat mempercayainya."

Mau tak mau Lay menganggukkan kepalanya walau ia masih menilai susah payah pria dihadapannya tersebut, namun sepertinya Lay sudah malas berpikir. Ia mengeluarkan belati kecil dari balik sakunya dan mengores lengan Lucas begitu saja hingga terluka.

"Arrghh!"

Lucas segera meremas lengannya dan menatap Lay, ada masalah apa pria ini dengannya "Apa yang kau lakukan?"

Tak ada jawaban, bahkan Jungwoo pun hanya menatapnya saja tanpa protes hingga Lay menarik lengannya hingga genggamannya dan Jungwoo terlepas, pria itu menutupi luka Lucas dengan telapak tangannya namun tak menyentuhnya.

Lucas dapat merasakan ada hawa panas yang berasal dari telapak tangan pria tersebut hingga perlahan darah yang mengalir dari lengannya terhenti, begitu ia melihat keadaan lengannya kembali hanya terdapat lukas gores yang sudah hampir mengering.

"Jika kau ingin tahu, begitulah diriku menyembuhkan Jungwoo. Lagipula adikku itu tak mati karena 2 tembakan tersebut.."

"T-Tapi.. Aku melihatnya.." Lucas menunjuk Jungwoo dengan wajah terkejut, tentu saja ia terkejut berapa kali dalam waktu kurang dari 20 menit dirinya terkejut.

Jungwoo yang hidup lagi, dirinya yang disembuhkan secara ajaib, dan dirinya pun baru sadar mungkin memang semua makhluk yang berada didalam tenda ini adalah makhluk halus. Atau dirinyapun juga sudah menjadi makhluk halus?

"Lucas-ssi, bisakah kau berhenti berpikir yang aneh-aneh? Kami semua manusia bukan makhluk halus."

Kali ini Lucas terkejut hingga menatap Ten dengan horor, bagaimana bisa pria ini mengetahui isi pikirannya??

"Tak perlu terkejut, kau ingat tentang Ten Hyung yang kukatakan percaya padamu didepan Donghae Hyung, dialah orangnya.." Lucas mengangguk-angguk mencoba untuk paham, namu tetap saja penjelasan Jungwoo sama sekali tidak membantunya menjelaskan bagaimana bisa pria itu tahu apa yang dipikirkan oleh Lucas saat ini.

Sedangkan Jungwoo kini mengulurkan tangannya pada Lucas "Benda yang kutitipkan padamu?"
Untuk hal ini Lucas segera paham dan merogoh sakunya, ia mengeluarkan flashdisk pipih tersebut dan menyerahkannya kembali pada Jungwoo.

"Kapan kau menyelipkannya?"

"Tadi pagi, dan untuk kertasnya kuselipkan saat diriku tertembak tadi."

"Ah...." Lucas paham, mungkin jika kejadian tadi benar terjadi maka dirinya harus mengantarkan flashdisk tersebut ketempat ini. Ia menatap Jungwoo dari atas kepala hingga ujung kaki "Tapi.. Jika kau disini? Bagaimana dengan jasad di ruang jenazah? Jika kau memang harus berpura-pura tewas seperti tadi, bukankah akan menimbulkan kecurigaan jika jasadmu tak ada?" Dirinya belum terlalu paham apa yang terjadi dengan Jungwoo mengapa dia melakukan ini, dan mengapa terjadi hal ini dan itu, namun ia hanya tak ingin keberadaan Jungwoo diketahui oleh Komisaris Kang.

"Junmyeon sudah mengaturnya, dia akan mengirimkan jasad palsu ke rumah keluarga Kim, Kakak tertua Junmyeon pasti akan meminta jasad Jungwoo untuk dikembalikan pada mereka jadi lakukan saja, tapi rahasiakan keberadaan Jungwoo yang sebenarnya. Apa kau mengerti?" Tanya Lay penuh dengan penekanan pada pria tan itu dan Lucas segera mengangguk mengerti.

Sepertinya ia butuh waktu untuk memahami segala hal mulai saat ini.

Ponselnya bergetar dari balik saku mau tak mau ia harus menerimanya terlebih ketika ia melihat id pemanggil "Ya Jayden?" Lucas sedikit menjauh dari Lay, Jungwoo dan Ten, namun berakhir ia menatap ketiganya.

"Aku akan segera kembali."

Sambungan terputus, Lucas kembali mendekati ketiganya usai menyimpan ponselnya kedalam saku "Sebaiknya kalian menyiapkan jasad baru itu secepat mungkin, markas sudah tahu bahwa jasad Jungwoo menghilang, aku akan kembali ke markas sekarang juga." Lucas membalik tubuhnya berhadapan dengan Jungwoo ia menarik pria itu dan mengecup keningnya cukup lama membuat Lay dan juga Ten segera berbalik badan karena enggan menatap adegan lovey dovey dihadapan mereka.

Jungwoo membulatkan matanya, ia terkejut dengan apa yang baru saja Lucas perbuat namun dirinyapun tak dapat menyembunyikan kedua telinganya yang merona saat ini. "Aku akan menghubungimu lagi nanti atau mungkin besok aku akan berkunjung, kau aman disini." Lucas segera beranjak pergi usai mengacak pelan surai Jungwoo.

Saat dirinya melangkah keluar ia berpapasan dengan Renjun si pria berlengan metal "Renjun-ssi? Kau.. Kau juga mengenal Jungwoo?"

"Tentu saja.. Hati-hati di jalan Lucas-ssi.." Renjun sedikit menunduk sebagai salam hormat sebelum dirinya memasuki tenda.

Untuk sepersekian detik ia merasa takjub dengan sirkus dihadapannya, Jungwoo dan keluarganya bukan main-main. Namun apa dia juga merahasiakan kematiannya dari atasan mereka Aiden? Mungkin Lucas akan bertanya esok hari.

Renjun memasuki tenda dan menghampiri ketiga pria diujung sana, ia lega melihat Jungwoo yang sudah terlihat lebih sehat daripada saat ia datang tadi. "Junmyeon Hyung berkata ia akan membawa jasad tanpa nama itu ketempat Kim's kurasa masalah selesai."

"Bagus kalau begitu, masalah jasad setidaknya akan berakhir saat ini." Namun Lay dan Ten menatap Jungwoo.

"Ada apa?"

"Hyukjae Hyung memintaku agar dirimu diselamatkan dan disembunyikan, apa ada yang terjadi disana?"

Untuk sesaat Jungwoo terdiam, ia masih ingat ucapan Hyukjae padanya yang berbicara dengan tergesah agar pria itu tidak membuang waktu sama sekali.

"Hyukjae Hyung berkata padaku.."

"Bersembunyilah, bagaimanapun kau seorang Lee. Diantara kalian ada pengkhianat, diantara Kim yang tinggal bersama kalian ada yang mulai mengeluarkan belatinya secara perlahan.."

"Ada pengkhianat di antara Kim.." Jungwoo menatap Renjun, Lay dan Ten. "Dan mulai hari ini diriku kembali sebagai Lee, siapapun itu aku akan membalas apa yang terjadi pada Taemin Hyung dan apa yang menimpa Hyukje Hyung.."

"Pulihkan keadaanmu, dan ikutlah berlatih dengan Jisung disini." Ten menepuk bahu Jungwoo ia perlahan melangkah keluar dari tenda. Keningnya berkerut seluruh permasalah semakin rumit, memorinya membawanya pada masa kecil saat ia berhadapan dengan 2 orang yang dikenalkan Siwon sebagai sahabatnya.

Ia hanya mengingat dengan samar seharusnya ia ingat bahwa dirinya mungkin saja pernah bertemu dengan pembunuh yang sebenarnya dahulu ketika ia masih kanak-kanak.

Seharusnya dia bisa tahu siapa yang menghancurkan mereka diantara semua orang itu.. Dirinya yakin kali ini orang itu yang perlahan ingin menyingkirkan mereka lagi seperti dahulu..

To Be Continued

Zhang Yixing (Lay), Dahulu adalah tangan kanan kepercayaan Choi Siwon untuk mengelola House of Heaven. Setelah kejadian malam itu dirinya terpisah dari para anak-anak spesial selama 5 tahun sampai dirinya dipertemukan lagi karena menjadi seorang tutor dari seorang remaja bernama Kim Junmyeon. Lay adalah seorang healer, ia dapat menyembuhkan apapun bahkan dirinya sendiri sangat sulit untuk tewas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar