myCatalog

Kamis, 27 Agustus 2020

US - SEVENTEEN



* US *

-

-

-

-

-







NEO CITY

2044

Hari sudah gelap bahkan hanya terdengar suara hewan malam diwaktu seperti ini, penerangan di seluruh mansion Kim pun sudah padam, sepasang kaki jenjang Jaehyun menuruni tangga mansion menuju dapur dari kamarnya, biasanya ia akan membawa sebotol besar air dari dapur menuju kamar sebelum dirinya memutuskan untuk tidur, namun malam kemarin ia lupa membawanya dan berakhir dengan tenggorokannya yang meronta minta untuk diisi.

Netranya menyipit menatap angka berapa yang terlihat dari jam yang tergantung pada dinding ruang tamu yang sangat gelap saat ini, kedua tungkainya melangkah pasti menuju dapur namun perlahan ia berhenti karena mendengar suara pertengkaran dari dalam sana.

Suara meja yang dipukul dengan keras membuat Jaehyun berjengit terkejut "Sejak kapan?! Sejak kapan kau merahasiakan kepulangan Jaejoong padaku eoh!!"

"Mengapa kau begitu sensitif oppa, Jaejoong adikmu, adikku juga. Apa kau tidak senang adikmu pulang? Bukankah itu tidak pilih kasih, sedangkan kau begitu bahagia dengan kepulangan Junmyeon?!"

"Ah bagaimana jika ku kembalikan pertanyaannya padamu? Mengapa kau sangat bahagia dengan kepulangannya berbanding terbalik dengan kepulangan Junmyeon, dia juga adikku dan itu berarti adikmu juga!"

Sang wanita tak dapat membatah ucapan dari si pria sama sekali, dirinya mau tak mau hanya diam sembari mendudukkan diri di kursi meja makan sembari memalingkan wajahnya yang kesal.
Jaehyun mencoba untuk mengintip, ia melihat Youngwoon kembai memukul meja dengan telapak tangannya kemudian menunjuk wajah istrinya "Jangan sekali-kali kulihat dia menginjakkan kakinya dimansionku, kau dengar itu baik-baik Kim Taeyeon-ssi!"

"Oppa!"

"Kau dengar atau tidak?"

Sang wanita yang tak lain adalah Kim Taeyeon mau tak mau menganggukkan kepalanya menahan rasa kesal didalam dadanya ia pun kembali bangkit dan beranjak keluar dari dapur setelah menghentakkan kakinya dengan kesal.

Beruntung Jaehyun sudah bersembunyi. Jadi dirinya tak perlu menyiapkan alasan apapun saat Taeyeon menangkapnya menguping pertengkaran mereka barusan walaupun itu tak disengaja sekalipun.

Usai ia melihat Taeyeon kembali naik menuju kamarnya Jaehyun perlahan keluar dari persembunyiannya dan melangkah memasuki dapur seolah-olah dirinya tak mendengar apapun. Ia bahkan berpura-pura terkejut saat melihat Youngwoon berada disana.

"Maaf kupikir tak ada orang.."

"Tak apa.."

Jaehyun segera mengambil botol air miliknya dari kulkas dan berniat untuk segera pergi saja dari dapur namun panggilan si pemilik rumah membuat langkahnya berhenti.

"Sebanyak apa yang kau dengar?"

Pria itu melirik menoleh sedikit kebelakang, lalu tersenyum "Tak banyak.. Tapi sepertinya kau berhasil membuat istrimu kesal."

Youngwoon terlihat tak berekspresi, ia yang tengah menatap meja makan beralih menatap pemuda Jung tersebut "Siapkan waktumu besok, aku akan membawamu kesuatu tempat."

"Baiklah.." Jaehyun meneruskan langkahnya keluar dari dapur sembari meminum air dari botolnya, setidaknya tenggorokannya terasa amat lega saat ini.

Hari sudah berganti, ketika siang datang terpaksa Himchan harus menelan kekecewaannya karena Jaehyun tak dapat berlatih bersamanya, pria itu harus ikut dengan kepala keluarga Kim. Entah ada urusan apa, dirinya tak ambil pusing.

Dan disinilah ia berada, dirinya lelah setelah sejak pagi berlatih menembak, iapun kini tengah berada di tengah taman yang terdapat dipusat kota Neo City menikmati hotdog sambil bersantai di kursi taman.

Kedua netranya menatap kesembarang arah hingga ia kenyang dengan apa yang dilihatnya, keluarga bahagia. Berapa banyak anak-anak yang tengah bermain dengan kedua orangtuanya? Membuatnya sangat iri.

Dirinya bukan tak tahu kalau hubungan kedua orangtuanya tak pernah baik sedari awal, seolah-olah mereka hanya menikah demi menghasilkan keturunan, selesai. Himchan tak akan menyalahkan sang ayah karena ayahnya memang sangat menyayangi mereka dengan cara yang keras.

Berbeda dengan sang ibu yang terlalu lembut, Himchan lebih menyukai metode sang ayah mendidiknya. Setidaknya ia kuat saat ini, walau ada yang harus ia korbankan karena lebih memihak pada sang ayah daripada sang ibu.

Ibunya lebih menyayangi Doyoung yang penurut, ibunya lebih memilih merawat Jaemin dan Jungwoo yang terlihat lemah. Dahulu, ia iri. Tentu saja iri bahkan jika ditanya apakah dirinya iri pada adik kandungnya dan kedua adik angkatnya, maka jawabannya adalah IYA. Dirinya hanya mendapat perhatian lebih dari sang ayah, mereka sekeluarga sangat jarang memiliki quality time bersama hingga mereka tak memiliki kenangan yang banyak seperti layaknya anak-anak normal kebanyakan. Itulah yang membuatnya iri, namun bercermin pada kejadian belum lama ini.

Ia semakin yakin bahwa ibunya memang salah menggunakan kelembutan untuk membesarkan mereka, Jungwoo berakhir tak berdaya begitu saja dan tewas. Ia tak ingin adik-adiknya yang lain mengalami hal yang sama.

Himchan adalah orang pertama yang setuju pada gagasan Ten untuk memisahkan diri dari keluarga dan dari Taeyong. Karena ia tahu Ten membawa semua yang pernah berlatih sangat keras di keluarga Kim untuk semakin di tempa lebih kuat lagi.

Sedangkan Taeyong lebih menerapkan metode yang diajarkan oleh sang ibu, bersembunyi tanpa menonjolkan apa yang mereka miliki dirinya paham mengapa Taeyong seperti itu. Mungkin sisi kemanusiaannya yang mendorongnya untuk setuju dengan apa yang ibunya ajarkan.

Terlalu lama memikirkan masa lalu hotdog dalam genggamannya sudah habis tak tersisa, Himchanpun meremas kertas pembungkus hotdog kemudian membuangnya ke tong sampah sembari bangkit berdiri berniat untuk membeli segelas kopi panas.

Namun saat dirinya tengah mengecek ponselnya sembari berjalan ke tong sampah terdekat tanpa sadar Himchan justru menabrak seseorang yang melangkah berlawanan arah dengannya ketika berbalik badan setelah membuang kertas pembungkus hotdog.

"Maaf.. Maafkan aku.." ucap pria itu sembari membungkuk pada Himchan.

"Tak apa, diriku yang salah.."

"Sekali lagi maafkan aku.."

Begitu pria yang tengah membungkuk tersebut kembali berdiri dan mendongak betapa terkejutnya Himchan saat melihat rupa pria itu, begitu juga dengan reaksi pria tersebut yang terkejut melihay siapa yang baru saja ditabrak olehnya.

Baru saja ia memikirkan dan merindukan sahabanya tadi, apa dirinya tengah bermimpi?

"....Jongup?"

Gelas kopi dalam genggaman pria tersebut terjatuh saat mendengar namanya disebutkan, terlebih saat melihat siapa yang saat ini berada dihadapannya.

15 tahun.

Sudah selama ini mereka tak saling bertatap muka dan kini...

"H-Hyung.."

Himchan segera menarik Jongup kedalam pelukan eratnya, ia tak perduli dianggap gila atau sebagainya. Dirinya hanya terlalu merindukan pria yang sudah 15 tahun ini tak dilihatnya. Sempat ia berpikir bahwa Jongup sudah tewas namun jasadnya entah berada dimana, namun ia kembali berpikir positif bahwa mungkin saja Jongup berada di suatu tempat yang aman.

Namun pelukan erat tersebut tak berlangsung lama karena pria itu mendorong Himchan agar melepas pelukannya, bahkan membalas pelukannya saja tidak.

"... Ada apa?" kening Himchan berkerut, ia tak mengerti mengapa Jongup menolak pelukannya. Apa karena hanya dirinya yang merasa rindu? Dan wajah apa itu? Mengapa ia melihat raut kemarahan disana.

"Malam itu.. Aku, melihat ibumu.."

Keningnya semakin berkerut tak paham, ibunya? Kim Taeyeon kah yang dimaksud Jongup? Apa yang dilakukan ibunya? "Apa maksudmu?"

"Menjauhlah dariku, aku sudah tak ada hubungan apapun lagi dengan panti, dirikupun tak ingin berhubungan dengan kalian." Jongup segera beranjak pergi namun Himchan segera mengejarnya, ia menahan lengan pria sipit itu dan menatapnya dengan tatapan tajam penuh pertanyaan.

"Aku terima jika kau tak ingin lagi mengenal kami, terlebih tak ingin mengingatku. Tapi jelaskan padaku ada apa? Apa yang terjadi malam itu!"

Jongup menyentak tangannya dari genggaman Himchan, ia kembali menatap pria yang 2 tahun lebih tua darinya itu "Apa kau bisa kupercaya?"

"Tentu...kau bisa percaya padaku. Mungkin kau tak pernah tahu selama ini diriku diam-diam selalu mencarimu?"

Pria itu terdiam mendengar ucapan frustasi Himchan, dirinya ingin percaya tapi iapun sulit merasa percaya. Namun mengingat Himchanpun tak tahu mengenai apa yang terjadi malam itu ia yakin selama ini mereka tak tahu siapa wanita gila yang menembaki para anak-anak malam itu.

"Kau yakin ingin tahu apa yang terjadi malam itu? Kau mungkin akan membenci ibumu setelahnya."
Himchan tak lagi memikirkan apa yang akan ia rasakan selanjutnya tentang sang ibu, ia hanya ingin tahu apa yang terjadi, siapa yang membunuh Yongguk sahabatnya dan kini membuat Jongup bahkan terlihat ingin menjauhinya.

"Katakan padaku seluruh detailnya."

Keduanya berpindah kembali menuju salah satu kursi taman, duduk saling bersebelahan dengan pandangan lurus kedepan menatap kembali beberapa anak-anak yang tengah bermain dengan kedua orangtuanya, terlihat menyenangkan namun sayangnya hal tersebut tak pernah keduanya rasakan dalam hidup mereka.

"Malam itu..." Jongup bersuara setelah sekian lama dirinya terdiam, mungkin memikirkan darimana ia akan memulai ceritanya.

"... Kami seharusnya akan pergi tidur setelah seluruh guru dan orang dewasa pergi dari panti menuju sebuah lab. Hanya tersisa Siwon Hyung disana, namun tiba-tiba saja beberapa pasukan berseragam serba hitam mendobrak pintu dan masuk kedalam panti."

Jongup dan Yongguk saling bertatapan saat mendengar suara gaduh diluar sana, ini kali pertama mereka mendengar ada keributan menjelang jam tidur bagi mereka yang masih kecil.

"Aku akan melihat, kau tetap disini." melihat Jongup mengangguk patuh Yongguk menepuk puncak kepala adik kecil yang disayangi olehnya dan Himchan tersebut. Iapun segera melangkah mendekati pintu dan membukanya perlahan.

Namun belum pintu terbuka seutuhnya Jongup mendengar suara tembakan dan Yongguk terjatuh keatas lantai. Kedua matanya membulat terkejut terlebih ketika ia melihat sebuah pistol muncul dari balik pintu dalam genggaman seorang wanita bertudung yang kini memasuki kamarnya.

Apa barusan Yongguk tertembak? Apa wanita yang wajahnya tak terlihat itu baru saja membunuh Yongguk? Tubuhnya yang gemetar ketakutan ditarik oleh beberapa pria dewasa berseragam hitam agar keluar dari kamar.

Tubuhnya meronta ketika melihat Yongguk yang sudah terkapar bersimbah darah, ia melihat beberapa anak-anak lain diseret keluar dari kamar mereka masing-masing, mereka membawa dirinya dan yang lainnya kehalaman depan panti.

Jongup semakin berontak saat melihat penjaga panti Kakek Jang pun sudah terkapar tak berdaya didekat pintu utama, apa yang terjadi? Apa salah mereka?? Tubuhnya dipaksa untuk berlutut bersamaaan dengan tubuh Jaemin yang tak jauh berbeda dengannya bergetar ketakutan.

Suara tembakan dari dalam panti terdengar ditambah dengan satu persatu dari mereka yang berlutut tengah di tembaki satu persatu dari belakang. Jongup menangis, ia takut. Hanya Yongguk yang biasa melindunginya saat dipanti namun dia sudah tewas, wajah Himchan melintas dalam benaknya ia benar-benar takut, Jongup meremas pergelangan tangannya yang terpasang gelang persahabatan antara dirinya dan ke-2 sahabat lainnya.

Semakin dekat suara tembakan tersebut semakin berkurang suara anak-anak yang menangis menandakan mereka semua sudah tewas entah apa yang sang penembak cari dengan menembak mereka semua.

Andai, andai saja Jeno tak tiba-tiba datang memukul dan menendang asal siapapun yang ingin menembak sisa dari mereka mungkin Jongup tak akan melihat wajah wanita dibalik hoodie tersebut ketika wanita itu terjatuh karena di pukul oleh Jeno.

Jongup segera berlari saat tatapan matanya saling beradu pandang dengan wanita itu, ibu dari sahabatnya yang juga sahabat dari Siwon orang yang sudah mengasuh mereka.

Dengan cepat tungkainya membawa dirinya memasuki hutan namun 2 tembakan yang meleset bersarang di lengan dan punggungnya, berbekal rasa takut dan keinginan untuk hidup Jongup terus berlari hingga ia merasa lelah.

Netranya hanya menangkap siluet 2 orang dewasa dan seorang anak-anak dihadapannya sebelum dirinya terjatuh tak sadarkan diri.

"Ada sebuah keluarga kecil yang menolongku dan membesarkanku, hingga diriku menjadi seperti saat ini. Mereka membawaku dan membangun kehidupan baru jauh diluar Neo City.."
Jongup usai bercerita iapun tak menyangka masih mengingat dengan jelas kejadian tersebut, padahal sudah 15 tahun berlalu. Ia menoleh pada Himchan yang kini duduk diam bersamanya di kursi taman, pria itu nampak terkejut mendengar cerita Jongup.

Apa ayahnya tahu bahwa ibunya terlibat? Bagaimana bisa ibunya masih bisa menangis sedih saat ikut menenangkannya karena menemukan jasad Yongguk jika ternyata pembunuh sahabatnya adalah ibunya sendiri.

"Ibuku membunuh Yongguk, iya bukan?" Himchan menoleh pada Jongup "Dia juga yang hampir melubangi kepala Jaemin dan menembakmu saat kau berlari kehutan, iya bukan?"
Ragu, Jongup mengangguk. Apa Himchan langsung percaya padanya? Ia pikir pria itu akan membela sang ibu dan menuduhnya pembohong.

"Lalu apa yang kau lakukan disini? Jika ibuku tahu kau masih hidup mungkin dia akan melenyapkanmu."

"Aku berniat menemui saudara angkatku. Diriku berniat untuk kembali dan bekerja dikota ini, bagaimanapun diriku lahir disini bukan."

"Pergi, jangan pernah kembali. Itu untuk keselamatanmu, biar diriku yang membalas kematian Yongguk." Himchan bangkit berdiri namun Jongup segera menahannya.

"Membalas? Diriku tak ingin membalas siapapun Hyung, bisakah kau tak perlu mengungkit masa lalu. Diriku sudah hidup normal selama ini."

"Bagus untukmu kau bisa hidup dengan normal, kau tahu mereka yang tersisa dan selamat dari kejadian malam itu tak dapat hidup dengan normal termasuk diriku. Kau tahu selama ini diriku berlatih dengan keras untuk melenyapkan siapapun yang terlibat akan insiden malam itu, termasuk jika dia adalah ibuku sekalipun."

"Hyung.."

"Ibuku, menenangkan diriku saat kami menemukan jasad Yongguk padahal dialah pembunuhnya, apa kau mengingat siapa lagi yang melakukannya? Apa Jung Yunho pun ada disana?"

Kening Jongup berkerut ia berpikir keras mengingat siapa itu Jung Yunho, namun begitu ia mengingatnya kepalanya menggeleng "Mengapa kau menanyakan seseorang yang tak ada disana Hyung. Seingatku setelah ayahmu mengantarkan Hyukjae dan Jungwoo dia pergi bersama dengan Yunho Ahjusshi."

Kali ini Himchan yang mengerutkan keningnya, ia semakin tak paham dengan apa yang diucapkan Jongup "Pergi bagaimana maksudmu eoh? Ibuku mengatakan pada kami semua hal yang terjadi pada malam itu adalah atas perintah Jung Yunho."

"Lalu? Setelah kau tahu ibumu pembunuh Yongguk Hyung kau masih mempercayainya? Aku melihatnya sendiri. Usai ayahmu mengantarkan Hyukjae dan Jungwoo ia menurunkan kaca mobilnya dan kulihat Jung Yunho berada disana juga turut melambai pada Hyukjae dan Jungwoo. Apa kau pikir diriku akan berbohong tentang itu?"

Himchan terkejut bukan main, dirinya terduduk di kursi taman. Bagaimana mungkin sang ibu dengan sengaja membohongi mereka semua anak-anaknya dan anak angkatnya, dan ayahnya pun hanya diam tak mengucapkan satu patah katapun untuk menyangkal hal tersebut.

"Pergilah Jongup-ah, jangan biarkan siapapun tahu kau masih hidup." Himchan melepas topi hitam yang digunakannya kemudian memakaikannya pada kepala Jongup, jika dirinya saja masih bisa mengenali Jongup apalagi pemerintah yang masih mengincar siapapun yang berhubungan dengan panti.

"Tetaplah bersembunyi." Himchan beranjak berdiri namun ia melihat seseorang yang dikenalnya melangkah menghampiri mereka berdua.

"Taeil-ssi?"

"Himchan-ssi?" Taeil yang baru saja tiba segera membungkuk pada Himchan, ia kenal salah satu anak dari Kim. Taeyong pernah mengenalkan mereka dulu, namun.. saat netranya melihat siapa pria yang masih duduk di kursi taman tepat dibalik tubuh Himchan matanya menyipit untuk memastikan bahwa itu adalah orang yang dirinya cari.

"Jongup? Apa yang kau lakukan disini?"

"Taeil Hyung?"

Sebagai pihak ditengah Himchan segera menoleh menatap Jongup dan Taeil bergantian "Kalian saling mengenal?"

"Tentu saja kami saling mengenal, apa kau mengenal adikku?" Taeil yang sebelumnya terlihat sopan kini mulai bersikap hati-hati.

"Kukatakan padamu tadi ada keluarga yang menyelamatkanku, itu adalah keluarga Taeil Hyung."

"Ini bukan waktunya untuk menjelaskan dan menceritakan apapun Moon Jongup, kutanya sekali lagi mengapa kau ada disini?!"

'Taeil-ssi bisa kau tak membentaknya, dia kemari mencarimu. Dan ya aku mengenalnya..."

Taeil kembali menoleh pada Jongup yang tengah menatap kedua pria yang lebih tua darinya tersebut tengah beradu argumen "Jika kau memang keluarga yang pernah menolongnya, kumohon bawa dia kembali keluar dari kota ini. Mungkin dirinya tak aman berada disini."

"Apa maksudmu Hyung, aku tak ingin pergi!"

"Bukankah kau melihat ibuku? Maka jika ibuku melihatmu berada disini mungkin kau akan disingkirkan Jongup-ah, aku tak ingin kehilangan sahabat lagi cukup Yongguk tidak lagi dengan dirimu." Himchan segera menoleh pada Taeil yang terlihat kebingungan saat ini "Jadi kumohon padamu Taeil-ssi, bawa dia keluar dari kota ini sebelum ibuku tahu Jongup benar-benar masih hidup."

Tunggu sebentar, Taeil benar-benar tidak paham dengan apa yang terjadi? Mengapa Jongup secara tiba-tiba dapat menjadi incaran nyonya besar Kim? Apa juga hubungan wanita kelas atas itu dengan adik angkatnya? Namun, jika yang diminta oleh Himchan adalah untuk menjauhkan Jongup dari mara bahaya tentu akan ia lakukan tanpa berpikir ulang.

"Dan, bisa kau selidiki tentang ibuku? Aku menunggu hasil penyelidikanmu besok, utamakan hal tersebut terlebih dahulu, kumohon."

".....Baiklah.." walau dirinya tak paham namun iapun tak mungkin menolak, sedikit banyak dirinya mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi hingga melibatkan seorang nyonya besar.

"Hanya hubungi aku jika kau sudah menyelesaikan penyelidikannya dan tentukan tempat pertemuan jangan mengatakan hal apapun dalam pesan yang kau kirim padaku. Jika diriku tak tiba dalam 1 jam pergi dari tempat itu."

"Hyung... Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan."

"Bertanya langsung pada ibuku.." Himchan segera beranjak pergi sebelum Jongup kembali berniat menghalanginya, terima kasih pada Taeil yang sudah menahan Jongup terlebih dahulu agar tak menghalangi Himchan.

"Taeil Hyung, aku berniat untuk menahannya melakukan kegilaan."

"Dengarkan aku, keadaan saat ini memang sudah semakin gila di kota ini. Kau yang harus segera pergi dari Neo City, aku tak perduli apa hubunganmu dan Himchan-ssi beserta dengan ibunya, yang kutahu orangtuamu yang mana adalah orangtuaku tengah mencarimu dengan panik karena anak mereka hilang."

Jongup tak dapat berkata apa-apa lagi, dirinya sengaja kabur dari rumah agar dapat datang ke Neo City dan menemui Taeil. Sudah 2 tahun ia tak bertatap muka dengan Taeil, mereka selalu bersama sedari kecil hingga pria itu memutuskan untuk mencari pekerjaan di Neo City.

"Aku hanya ingin melihatmu Hyung.."

"Kau sudah melihatku sekarang, saatnya kau pulang."

"Tidak.. Aku tak akan meninggalkanmu disini, kupikir kau bekerja normal Hyung. Tapi kau ternyata menyelidiki kejadian 15 tahun lalu bersama teman-temanmu. Aku akan tetap disini menemanimu."

Helaan nafas kasar Taeil hembuskan dari mulutnya, Jongup kembali berulah dengan kekeras kepalaannya seperti biasa ketika dirinya menginginkan sesuatu, walau itu sangat jarang dan hal yang diminta pun hanyalah hal kecil selama ini, namun berbeda dengan saat ini.

"Apa Himchan-ssi kurang menjelaskan betapa berbahayanya keberadaanmu dikota ini? Dia tak mau kehilanganmu dirikupun begitu aku tak ingin kehilangan adikku..."

Jongup menyatukan kedua tangannya didepan dada "Kumohon Hyung, akan kulakukan apapun perintahmu untuk melindungi diriku tapi tidak untuk kembali keluar dari kota ini."

Rasanya kepala Taeil hampir pecah hanya karena adiknya saat ini keras kepala, mau tak mau ia pun mengiyakan namun dirinya butuh bantuan seseorang. Rasanya terlalu riskan membiarkan Jongup tinggal di tempatnya bermukim saat ini, terlalu kecil dan keamananya yang kurang memadai.

Ia teringat akan tawaran Lucas padanya beberapa waktu lalu untuk menetap di apartemennya, untuk berjaga-jaga dan sebagai keamanan jangka panjang. Sepertinya ia akan menerima tawaran tersebut kali ini, demi menjaga Jongup dan tentu saja menjaga nyawanya sendiri.

Us

Lucas mempersilahkan kedua tamunya masuk kedalam apartemennya, ia memiliki tempat tinggal yang cukup luas. Yang kurang mengenakan adalah dirinya tinggal seorang diri, kedua orangtuanya sudah tiada dirinya adalah seorang pewaris tunggal yang seharusnya melanjutkan kerajaan bisnisnya namun dirinya enggan.

Ia menyerahkan bisnis tersebut pada sepupu jauhnya dan memutuskan untuk fokus pada apa yang ia inginkan. Menjadi dirinya yang sekarang, netranya menatap Taeil dan adiknya sempat diceritakannya tersebut, ia tersenyum lebar saat mendapatkan teman satu atap.

"Masuklah anggap saja rumah sendiri, diriku senang mendapatkan teman serumah." ucap Lucas panjang lebar usai menutup pintu apartemennya, bahkan senyum lebar menghiasi wajahnya saat ini. Ia mengisi alamatnya pada database kantor adalah sebuah rumah biasa kecil didistrik 10 yang ia berikan pada beberapa tunawisma untuk ditempati sembari sesekali mengantarkan pada tunawisma tersebut, sedangkan rumah ini? Tidak terlacak.

Hanya Johnny, Jayden dan Aiden yang mengetahui latar belakang Lucas. Oleh karena itu jika dikatakan tempat siapa yang aman dari pengawasan pemerintah maka jawabannya adalah rumah Lucas.

"Disana dapur, dan kamar mandi berada di setiap kamar. Kalian bisa membuat apa saja yang kalian inginkan, bahan makanan tak pernah kosong karena akan ada yang mengantarkan bahan makanan seminggu sekali, dia akan meletakkannya didepan. Dan.. Mungkin beberapa hari kedepan tempat ini akan ramai karena diriku dan Jayden akan melakukan penyelidikan rahasia disini, kau bisa dipercaya bukan Taeil-ssi?"

Dirinya terus mengoceh sembari bertanya basa basi, karena jika bukan ide dari Jungwoo dirinya tak akan mencoba mendekati Taeil dan menarik informasi dari pria tersebut. Usai keduanya yakin bahwa bukan Taeil lah pengkhianat diantara mereka maka Jungwoo meminta Lucas untuk menjaga Taeil dan cara inilah yang paling aman.

"Tentu kau bisa percaya padaku.. Tapi.. Bisakah kupinjam komputermu? Ada yang harus kuselidiki dan sepertinya terlalu beresiko jika kulakukan dikantor ataupun melalui ponselku."

"Tentu.." Lucas mengarahkan Taeil dan Jungup pada meja kerjanya yang biasa digunakan olehnya dan Jeno. Ia mengaktifkan komputernya yang memiliki 4 layar di sisi kanan dan kiri, inilah alasan dirinya selalu diberi tugas untuk menyelidiki hal-hal rahasia oleh Johnny atapun Aiden, dirinya memiliki teknologi yang hampir setara dengan seorang hacker.

Jemarinya menjalankan mode keamanan agar jaringannya tak dapat dilacak dan apapun yang tengah dicari olehnya tak dapat di lihat oleh siapapun, bahkan dirinya tak akan terlihat. "Kau bisa mencari apapun sekarang.."

Taeil segera mendudukkan bokongnya pada kursi busa yang terdapat didepan komputer tersebut dan mulai membuka server pemerintah, jujur saja Lucas cukup terkejut dengan apa yang dibuka oleh Taeil, karena dirinya tak pernah berhasil membobol server resmi pemerintah.

"Aku tak sangka kau dapat membobolnya.."

"Kau tak tahu sejauh apa diriku belajar hingga sampai dititik ini. Diriku akan membantumu dalam setiap penyelidikan, tenang saja Lucas-ssi."

Ia akan berpikir atas tawaran Taeil yang terdengar amat menggiurkan, setelah ini dirinya akan menghubungi Johnny untuk membahas tentang bergabungnya Taeil dalam misi rahasia mereka. "Baiklah lakukan sesukamu, Jongup-ssi aku akan mengantarkanmu ke kamar jadi kau bisa beristirahat."

Lucas hampir melangkah menuju kamar tamu namun pria tersebut tetap diam dan berada di tempat menatap Taeil yang tengah mencari data usai membobol server rahasia milik negara. Ia yang penasaranpun segera ikut melihat siapa yang tengah dicari oleh Taeil, kedua matanya menyipit melihat data pribadi seorang gadis disana.

"Kim Taeyeon? Siapa dia?"

"Seseorang yang terlibat 15 tahun lalu.." Taeil menjawab apa adanya, ia sedang fokus agar dapat menggali data yang lebih dalam lagi.

"Dia yang membunuh Yongguk Hyung, dia yang ingin menembak kepala Jaemin dan kepalaku malam itu."

"Apa yang akan kau lakukan dengan data tersebut?"

"Seharusnya kuletakkan didalam flashdisk, namun mengingat Taeyong dirawat oleh wanita ini sedari kecil diriku tak tahu apakah dia akan percaya dengan apa yang tengah kucari. Namun yang pasti, data ini akan kuberikan terlebih dahulu pada Kim Himchan..."

Lucas menutup mulutnya usai mendengar penjelasan panjang lebar Taeil yang sangat sulit dipahami olehnya mengapa permasalahan demi permasalahan semakin merangkak keluar dan bertambah satu persatu, ia segera beranjak menjauh mendekati jendela "Selesaikan apa yang akan kau kerjakan aku akan menghubungi Johnny Hyung."

Seperti yang dikatakan olehnya, Lucas menghubungi Johnny ia segera mengutarakan maksudnya "Taeil cukup berbakat hyung, jika kau ingin menyelidiki komisaris Kang dan Komisaris Kim beserta Komisaris Song kau bisa menggunakan jasanya. Akan lebih mudah, dia dapat memanfaatkan teknologi yang kumiliki disini.."

Johnny yang tengah mendudukkan dirinya pada atas kap mobil menatap langit yang masih berwarna biru diatas sana mendengarkan dengan seksama setiap ucapan Lucas "Apa kau benar-benar sudah melihat kemampuannya?"

"Sudah Hyung, dia sedang membobol server milik pemerintah saat ini."

Jawaban Lucas membuat kening Johnny berkerut, Taeil bahkan bisa meretas situs resmi pemerintah yang begitu ketat? "Apa yang dicarinya hingga membobol situs pemerintahan?"

Lucas menggaruk keningnya, ia tak yakin ingin mengatakan secara gamblang bahwa ia tahu tentang kejadian 15 tahun lalu bahkan mengetahui identitas Aiden serta Jayden karena, dirinya yakin Johnny tak akan paham.

"Dia mencari informasi seorang wanita bernama Kim Taeyeon.."

Mendengar nama itu disebutkan Johnny segera bangkit berdiri dari duduknya "Siapa?"

"Kim Taeyeon, Taeil berkata bahwa wanita itu terlibat dalam kasus 15 tahun lalu, dirikupun kurang paham apa maksudnya..."

"Untuk siapa dia mencari data tersebut?"

"Himchan.. Kim Himchan.."

Hening, tak ada suara apapun baik dari Johnny ataupun Lucas. Yang satu tengah berpikir yang satu tengah menunggu sahutan dari atasannya "Kau baik-baik saja Hyung?"

"Aku akan menghubungimu nanti Lucas."

Johnny segera mematikan sambungan teleponnya dan berlari memasuki gedung abu, hal yang dikatakan Lucas adalah sesuatu yang harus ia sampaikan saat ini juga pada kedua pria dewasa didalam sana.

"Paman!!"

Kedua pria dewasa yang berdiri didepan altar Park Jungsoo dan Jung Jessica segera menoleh, tak lupa seorang pemuda di sisi pria yang lebih tua.

"Lucas baru saja mengatakan sesuatu padaku."

"Kim Taeyeon terlibat dalam kasus 15 tahun yang lalu."

Pria dengan tubuh yang lebih tegap tersebut terlihat terkejut hingga ia mundur beberapa langkah, beruntung pria yang dipanggil paman oleh Johnny segera menahan tubuhnya.

"Kau tak apa Hyung?"

Pria tegap itu menggeleng sebagai jawaban, ia kembali menatap Johnny "Katakan sekali lagi, siapa yang terlibat dalam kejadian 15 tahun lalu?"

Johnny terdiam, ia tak menyangka reaksi pria Kim itu akan seperti itu. Netranya menoleh pada paman yang membesarkannya sejak kecil pria itu mengangguk, ia meminta Johnny meneruskan ucapannya.

"Kim Taeyeon istrimu, dia terlibat dalam kasus 15 tahun lalu. Dan anakmu Himchan, meminta seseorang untuk menyelidiki Kim Taeyeon."

Tubuhnya ambruk dan jatuh terduduk membuat kedua pria disisi kanan dan kirinya segera menahan badan tegapnya, ia terkejut. Bagaimana mungkin wanita yang dinikahinya walau terpaksa tega melakukan hal keji seperti itu. Dan Himchan anaknya, bagaimana perasaannya saat tahu ibunya seperti itu?

"Kau tak apa Paman Kim?" Pemuda di sisi kiri pemilik mansion Kim bersuara ia pun terkejut, terlebih mengetahui hal itu saat ini.

"Tak apa Jaehyun-ah, aku tak apa..." Kim Youngwoon menutup kedua matanya sebentar, ia kemudian beralih menatap pria disisi kiri dan kanannya kedua Jung yang harus berpura-pura saling menjauhi dan membenci karena keadaan.

Bagaimanapun ia pun lelah harus berpura-pura membenci sahabatnya sendiri, membiarkan semua orang menyalahkan sahabatnya atas kejadian yang tak pernah didalangi oleh sahabatnya tersebut.

"Kau harus menemui Ten, segera..."

"Hyung.. Bukankah kau seharusnya memikirkan anakmu terlebih dahulu."

"Aku akan segera pulang, temui Ten segera katakan perihal ini padanya.." Youngwoon segera bangkit walau kepalanya terasa berdenyut saat ini "Ayo Jaehyun-ah kita kembali ke mansion."

Pria bertubuh tegap itu beranjak terlebih dahulu, sedangkan Jaehyun segera turut bangkit berdiri, ia membungkuk pada altar milik kakaknya Jessica, kemudian beralih pada pria berkulit Tan di sisinya "Kuharap ini cepat selesai, aku lelah harus berpura-pura untuk membencimu paman..." Jaehyun membungkuk memberi hormat pada sang paman, ia segera beranjak dari rumah abu menyusul Youngwoon.

Menyisakan Johnny dan sosok paman yang menolongnya sejak kecil "Paman..."

"Satu per satu dari mereka akan terlihat. Maka diriku akan bisa mengetahui siapa sebenarnya musuhku." pria itu menatap altar sekali lagi, Hyung yang dihormatinya dan keponakan tersayangnya yang tewas 10 tahun lalu karena kelalaiannya.

Kini ia tahu siapa pengkhianat sialan itu. "Kau berkata Kim Jaejoong sudah kembali bukan?"

"Ya... Dia sudah kembali."

"Buatkan janji pertemuanku dengannya, katakan padanya Jung Yunho ingin bertemu dengannya.." pria tan tersebut berbalik badan dan pergi meninggalkan altar bersama dengan Johnny dibelakangnya.
Sepertinya layar panggung sudah diangkat olehnya, ia akan menghadapi Kim Jaejoong secara langsung kali ini.

To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar