* US *
-
-
-
-
-
2044
Malam itu Jungwoo menuruni bus di halte yang berada tak jauh dari restoran tempatnya dan Lucas berjanji untuk bertemu. Netranya sudah menangkap siluet Lucas yang berada tak jauh dari halte dan melambai padanya dengan senyum cerah nan lebar, sangat khas dirinya.
Tanpa sadar Jungwoopun ikut menyunggingkan senyum lebarnya begitu mendapat sambutan hangat dari pria yang ia pikir tak akan pernah tersenyum padanya lagi akibat kesalahpahaman hari itu.
"Apa kau lama menungguku?"
"Tidak, diriku baru saja sampai."
Bohong tentu saja, namun bukan Jungwoo yang terlambat. Melainkan memang Lucas yang datang setengah jam lebih awal, ia hanya ingin melihat Jungwoo datang dan tersenyum ramah kepadanya seperti yang barusan terjadi.
Mereka seperti tengah berkencan bukan?
Biarlah Lucas mengatakan dirinya munafik, kapan lagi bukan ia merasa seperti berkencan dengan Jungwoo? Mereka bertemu dimalam hari dan diluar jam kerja, biarkan Lucas berpikir dengan imaginasinya sekali saja malam ini.
"Kupikir kau akan menungguku direstoran..."
Pria tampan berkulit tan itu tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal sama sekali, perilakunya tersebut hanya membuat Jungwoo terkekeh pelan dengan senyum kikuk kemudian menunduk sebentar. Dirinya paham mengapa Lucas tidak menunggu kedatangannya saja di restoran.
"Aku ingin menjemputmu kemari, Aiden Hyung sedang menunggu di restoran.."
"Maaf merepotkanmu untuk memjemputku kalau begitu."
"Tak masalah.." keduanya melangkah dalam keadaan canggung, entah apa yang membuat mereka sulit berbincang padahal sangat banyak hal yang ingin Lucas ataupun Jungwoo ucapkan.
Sepertinya kejadian di laboratorium membuat keduanya membatasi diri.
"Sesungguhnya diriku penasaran.. bagaimana kau mengenal Taeil-ssi hingga kalian bisa bersama.."
Akhirnya Lucas membuka pembicaraan terlebih dahulu, ia benar-benar dilanda rasa penasaran yang berkepanjangan ketika tahu mereka berdua menjalin hubungan, melihat Jungwoo berbincang dengan Taeil pun ia tidak pernah.
Namun pertanyaan itu membuat Jungwoo berhenti melangkah, ia mengubah posisinya berhadapan dengan Lucas. Rasanya sangat ingin mengatakan pada pria berkulit tan itu bahwa yang dilihatnya tidaklah benar.
Lagipula bukankah Lucas masuk dalam target yang dituju oleh Ten sebagai sekutu secara diam-diam saat menggunakan panah yang digunakan Renjun saat itu? Meluruskan yang tidak benar saat ini bukanlah sebuah kesalahan iyakan?
"Kau ingin tahu yang sebenarnya? Akan kukatakan. Diriku dan Taeil Hyung tidak memiliki hubungan apapun.." ia tahu ucapannya hanya akan menimbulkan tanda tanya di kepala Lucas "Diriku hanya melakukan itu untuk berpura-pura. Kupikir akan ada seseorang petugas laboratorium yang masuk saat itu."
"Namun itu ternyata dirimu." Jungwoo sedikit menunduk, ia merasa bahwa dirinya salah mengambil keputusan saat itu, dan ya memang itu keputusan yang amat sangat disesali olehnya hingga saat ini "Dan itu sedikit membuatku menyesal."
Senyum bodoh di wajah Lucaspun kembali terlihat setelah sekian lama Jungwoo tidak melihatnya, keduanya terkekeh bersama. Mungkin mereka lupa bahwa Aiden masih menunggu direstoran.
"Diriku sedikit lega kalau begitu Jungwoo-ssi... uh..." Lucas menggaruk hidung besarnya sambil terkekeh lagi seperti orang bodoh, ia tak tahu kalau mengetahui Jungwoo masihlah seorang single benar-benar membuatnya semakin mati kutu daripada mengira pria itu sudah dimiliki oleh orang lain.
"Tapi..."
"Ya?"
"Apa yang kau lakukan disana?" tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar dari bibir Lucas, keningnya mulai berkerut dan menatap Jungwoo yang terlihat kebingungan mencari jawaban. Tapi sepertinya Lucas tahu apa yang dilakukan oleh pria manis ini di laboratorium.
"Kau bukan mendekati subjek itu bukan?"
"..... Sebenarnya.."
"Jangan lakukan itu, apapun yang sedang kau lakukan sekarang, apapun pertanyaan dalam kepalamu saat ini tentang subjek itu. Jangan lakukan apapun, itu berbahaya Jungwoo-ssi. Kau tak tahu dirimu akan berhadapan dengan siapa nantinya."
"Tapi..."
"Dengarkan aku, jangan pernah datang lagi ke laboratorium seorang diri."
Biasanya, Jungwoo lah yang bisa mengendalikan oranglain dengan kekuatannya. Namun kali ini ia membiarkan Lucas mendiktenya dan Jungwoo mengangguk mengiyakan permintaan Lucas yang terlihat khawatir. Setidaknya ia tidak ingin berdebat dengan Lucas mengenai apa yang pria itu takuti, mungkin selain dirinya yang tengah menjalankan sebuah misi, Lucas pun mungkin juga tengah mencari sebuah kebenaran.
Akhirnya keduanya tiba di restoran tempat mereka akan bertemu dengan Aiden, pria itu sudah sampai sejak tadi bersama dengan Lucas yang menjemputnya. Namun baru mereka berada disana sebentar Lucas segera meminta ijin agar diperbolehkan menjemput Jungwoo di halte terdekat.
Aiden yang paham bahwa pria yang akan dijemput oleh Lucas adalah seseorang yang sudah membuat sahabat adiknya itu jatuh hati, ia hanya menganggukkan kepalanya sambil terkekeh.
"Maaf membuatmu menunggu lama Hyung.."
"Tak apa..." Aiden bernafas lega saat melihat Lucas datang ia pikir dirinya akan berakhir seorang diri di restoran ini, namun ia terkekeh melihat Lucas datang dengan senyum lebar diwajahnya dan segera duduk dihadapan Aiden, sedangkan pria bernama Jungwoo yang belum pernah dilihatnya namun sering ia dengar dari Jayden itu tengah melepas hoodie yang menutupi kepala dan setengah wajahnya.
Begitu Jungwoo duduk dihadapannya dan Aiden melihat keseluruhan wajahnya, betapa terkejutnya pria berumur 30 tahun tersebut. Wajah itu sangat mirip dengan Taemin, si sulung dari keluarga Lee. Ia tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Satu-satunya yang sangat mirip dengan Lee Taemin adalah Jungwoo si bungsu.
"J-Jungwoo?"
Pria bersurai merah itu menarik senyumannya, ia lega ternyata Donghae alias Aiden masih mengenali dirinya "Donghae Hyung.."
"Kalian saling mengenal?" Lucas menunjuk Aiden dan Jungwoo bergantian, namun ia sadar bahwa Jungwoo memanggil atasannya tersebut dengan nama yang asing ditelinganya "Donghae? Siapa Donghae?" Lucas membeo tanda tak paham dan tak mengerti dengan apa yang terjadi dihadapannya, mengapa Jungwoo memanggil atasannya dengan nama yang tak pernah didengar oleh dirinya?
"Kau benar-benar Lee Jungwoo?"
"Tentu Hyung, aku Lee Jungwoo.." Jungwoo kembali mengangguk, ia baik-baik saja selama ini. Dirawat dengan baik oleh keluarga Kim selama ini, bahkan menyandang nama depan mereka, untuk perlindungan kata mereka.
"Bagaimana kabarmu Hyung?"
Aiden menatap Jungwoo dan Lucas bergantian, jika dirinya merespon lebih dari ini maka Lucas akan curiga tentu saja. "Kau bisa mengatakan apa saja didepan Lucas. Ten Hyung berkata, Lucas-ssi bisa menjadi sekutu yang baik."
"... Ten?" Lagi, Aiden tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, ia bahkan tak pernah bermimpi bertemu lagi dengan Hyukjae, kemudiam Jungwoo dan kini ia mendengar nama Ten disebutkan.
"Ayolah.. Aku tak mengerti apa dan siapa yang kalian bicarakan." Lucas kembali memberi protes setelah melihat Jungwoo memberikan anggukan lagi sebagai jawaban pada Aiden, mengapa ia sama sekali tak tahu apa-apa tentang ini? Lagipula dia tak pernah mendengar bahwa Aiden memiliki nama asli Donghae selama ini.
Dirinya bahkan tak paham siapa itu Ten yang diucapkan oleh Jungwoo? Ia merasa seperti orang bodoh saat ini karena terus menerus menunjukkan wajah penuh tanda tanya pada keduanya.
Aiden terdiam sesaat ia menatap Lucas dan Jungwoo lagi bergantian, jujur saja dirinya ragu namun jika Ten saja bisa merasa bahwa Lucas dapat menjadi sekutu yang baik maka dirinyapun percaya, ia perlahan menghela nafasnya, kemudian mengeluarkan ponselnya dan mematikan benda elektronik tersebut hingga menjadi tak aktif dihadapan keduanya "Lakukan hal yang sama dengan milik kalian." mendengar perintah Aiden keduanya segera mengeluarkan ponsel dan mematikan ponsel milik mereka.
Usai ponsel keduanya berada dalam keadaan tak aktif mereka meletakkan ponsel tersebut diatas meja Aiden berjaga-jaga kalau saja ada yang menyadap ponsel mereka. Pembicaraan mereka setidaknya akan menyangkut dengan kejadian 15 tahun lalu dimana seluruh penghuni House of Heaven diberitakan tewas tak bernyawa. Bagaimana kalau keberadaan mereka kembali terekspose?
Awalnya mereka diam tak memulai pembicaraan apapun sembari melayani pertanyaan seorang pramusaji yang menghampiri mereka dengan buku menu yang cukup besar, lebar dan tebal. Namun setelah pramusaji pergi meninggalkan ketiganya mereka kembali saling bertatap.
"Apa kau yakin Lucas dapat di percaya?"
"... Kau yakin menanyakan hal ini didepan wajahku Hyung?" Lucas menunjuk wajahnya sendiri dengan telunjuk. Ia tak percaya Aiden meragukannya langsung didepan wajahnya tanpa ragu sedikitpun, pantas dirinya bisa menjadi pemimpin.
"Tentu, Jungwoo yang akan menilaimu."
Lucas segera menoleh pada Jungwoo dan pria itu hampir tertawa melihat bagaimana bentuk dan ekspresi wajah Lucas saat ini yang sangat ingin minta dipercayai "Aku yakin Hyung.."
"Baiklah.." Aiden kembali menghela nafas "Katakan padaku, apa yang terjadi? Kupikir kalian semua tewas malam itu. Dari dalam mobil yang membawaku kulihat mereka meledakkan rumah kita."
"Ya mereka melakukan itu, diriku yang tengah bersembunyipun mendengar suara ledakan. Namun Donghyuk menyerap seluruh energi panas kedalam tubuhnya, sehingga gedung tersebut hanya hancur karena ledakan energi dari tubuh Donghyuk bukan karena terbakar." Jungwoo menghela nafasnya pelan ketika mengingat malam itu.
Ia hari itu hanya ingin datang berkunjung bersama dengan Hyukjae untuk mengunjungi teman-teman mereka, Lee Taemin dan Choi Minho hari itu tengah memiliki tugas lain sehingga tak dapat mengantarkan mereka.
Sehingga Kim Youngwoon yang mengantarkan kedua anak tersebut sebelum beranjak pergi menyusul Taemin yang sudah pergi sejak subuh pagi, pria itu berjanji akan menjemput mereka tepat pukul 8 malam jika pekerjaan tak mengkhianati waktu.
Tetapi justru terjadi penyerangan oleh aparat pemerintah pukul 7 malam. Saat itu yang bisa ia lakukan hanyalah berlari kehutan seperti perintah Hyukjae dan Ten usai membuat keduanya saling terkoneksi dengan kekuatannya.
"Aku tak bisa pergi... Jungwoo, pergilah."
"Aku tak mungkin bisa sendirian Hyung.."
"Aarrghh!" Hyukjae mencengkram kepalanya, benar-benar terasa sakit ia merasakan banyak kejadian buruk akan terjadi dihadapan mereka, ledakan, tembakan, api dimana-mana, kematian.
Ten memeluknya dengan kuat "Hyukjae Hyung, berhenti merasakannya!"
"Mereka..." Hyukjae mencengkram jemari Jungwoo membisikkan sesuatu pada Ten dan Jungwoo. Keduanya terlihat ragu namun akhirnya mereka mengangguk satu sama lain.
Jungwoo menggunakan kekuatannya, ia membisikkan sugesti pada Hyukjae tepat ditelinganya "Kau akan terkoneksi dengan Ten Hyung dimanapun kau berada. Ingat itu Hyung, kau akan menyalurkan apapun yang kau lihat pada Ten Hyung."
"Sekarang kau pergi Jungwoo, aku yang akan menjaga Hyukjae Hyung disini. Pergilah.."
Terpaksa Jungwoo kecil pergi berlari kearah hutan, ia hiraukan suara tembakan yang menewaskan teman-temannya. Ia bahkan terus berlari tapa menoleh kebelakang dan menaiki rumah pohon yang dibangun oleh Donghae dan Jeno untuk digunakan Hyukjae bersama dengan Jaemin, Renjun dan dirinya.
Tubuh kecilnya masuk kedalam rumah pohon dan bersembunyi hingga terdengar ledakan kuat dari arah panti.
"Donghyuk?" Jujur saja Aiden terkejut saat tahu Donghyuk menyerap seluruh energi demi menyelamatkan semuanya yang tersisa, yang ia ingat anak kecil itu amat sangat manja padanya dan Mark.
"Lalu bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja?" pertanyaaan Aiden mengembalikan Jungwoo dari ingatan kelamnya, ia menatap pria itu sesaat sebelum menjawab.
"Dia baik-baik saja, walau dirinya sempat demam tinggi dan tak sadarkan diri selama seminggu lamanya. Mungkin kau hanya akan terkejut melihat sedikit perubahannya usai mengyerap energi sebanyak itu saat ini."
Jawaban Jungwoo tentang keadaan Donghyuk saat ini membuat Aiden menghela nafas lega, anak itu tidak pernah menyerap energi yang terlalu besar sebelumnya. Jika sampai seluruh ledakan diserap olehnya Aiden yakin itu akan terasa sangat menyakitkan.
"Kupikir kau tidak akan mengingatku Hyung.. Karena Jeno sama sekali tidak mengingat diriku."
"Siapa Jeno?" Akhirnya Lucas kembali bersuara setelah dirinya terdiam hanya mendengarkan sedari tadi, ia tak mengerti apapun dengan apa yang dibicarakan oleh kedua manusia dihadapannya itu.
"Temanmu, Jayden."
Lucas pikir ia sudah tahu hampir seluruh cerita kehidupan Jayden dan Aiden, namun sepertinya ia salah. Jayden dan Aiden bagaikan sebuah kotak pandora yang terkunci, bahkan kini Jungwoo pun terlihat seperti kotak pandora bagi Lucas, penuh dengan kejutan dan tanda tanya.
Banyak hal yang dirahasiakannya terlihat dari mata dan raut wajahnya, jangan tanya bagaimana Lucas bisa merasakannya. Ia berlatih bertahun-tahun untuk dapat menilai oranglain, hanya Aiden yang lolos dari penilaiannya. Pria itu benar-benar tidak dapat ditebak dengan segala sikap tenangnya, Aiden berlatih dengan sangat baik untuk menyembunyikan segalanya.
"Aku tak tahu apa yang disuntikkan oleh para peneliti didalam laboratorium padanya hingga dia melupakanku dan melupakan segalanya, namun seseorang berkata padaku agar dirikupun berperilaku seperti Jeno. Melupakan semuanya dan memiliki identitas baru agar selamat, mau tak mau diriku dan Jeno jadi seperti saat ini.."
Aiden menatap Jungwoo, ia tak menyangka akan bertemu pria itu disini. Dia masuk kedalam pemerintahan walau hanya menjadi staff kecil sekalipun kalau sampai ada yang tahu mereka berasal dari House of Heaven habislah sudah nyawa Jungwoo. "Lalu apa yang kau lakukan disini? Kau masuk kedalam pemerintahan dan bukan bersembunyi, apa yang ada didalam benakmu?"
"Kami merencanakan semua ini bertahun-tahun Hyung, perlahan satu per satu dari kami akan menyelinap masuk kedalam pemerintahan dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi malam itu."
"Satu persatu?"
"Taeyong Hyung.. Dia sudah berada disini sejak 5 tahun lalu, ia bersama dengan salah satu anak dari Paman Kim yang membawanya kemari, Kim Doyoung apa kau ingat dengannya? Lalu diriku, dan Jaemin."
"Sebentar... Jaemin? Jaemin si anak baru dibagian kesehatan itu?" Lucas kembali bersuara.
"Sepertinya kau sudah bertemu dengannya, jika yang kau maksud Jaemin itu sama seperti dengan Jaemin yang kumaksud itu artinya kau memang sudah bertemu dengannya."
"Tentu saja aku sudah bertemu dengannya, bahkan Jaydenpun bertemu dengannya."
Baiklah kali ini Jungwoo dan Aiden terkejut, bagaimanapun perpisahan keduanya sangatlah tidak baik. Dan saat ini Jayden pun melupakan Jaemin, bagaimana perasaan anak tersebut saat tahu sahabatnya tak mengingatnya sama sekali.
Jungwoo berdehem perlahan, ia ingin mengalihkan pembicaraan dari masalah Jaemin dan Jeno. Mereka akan memikirkan yang terbaik untuk keduanya nanti setahunya Jaemin pun dapat mengontrol emosinya sejauh ini.
"Lalu, apa kau tahu Hyukjae Hyung masih hidup selama ini?"
Makanan yang mereka pesan datang sebelum Aiden sempat menjawab, ia melemparkan senyum ramah pada pramusaji namun wajahnya kembali serius ketika mereka kembali ditinggalkan oleh pramusaji tersebut.
"Kupikir dia tewas malam itu karena tembakan tersebut. Tapi ternyata setelah 15 tahun aku melihatnya berada di laboratorium menjadi seorang subjek, diriku hampir tak dapat menyembunyikan keterkejutanku saat melihatnya tak sadarkan diri didalam sana dengan rentetan alat yang menempel pada tubuhnya. Apa kau pikir diriku bertahan disini hanya untuk mencari keamanan? Aku benar-benar ingin menemukan orang yang melakukan semua ini Jungwoo-ya."
"Bukankah sudah jelas yang melakukannya adalah Jung Yunho? Tujuan kita hanya dia Hyung.."
"J-Jung Yunho?" Lucas terkejut bukan main, bukankah nama yang disebutkan oleh Jungwoo adalah salah satu petinggi di pemerintahan saat ini? Pria berkuasa yang baru beberapa waktu lalu berhadapan dengan mereka di ruang investigasi.
"Bukankah sudah kukatakan Lucas, kau tak mengenal Jung Yunho seperti kami mengenalnya."
Mau tak mau kepala Lucas mengangguk-angguk tanda mengerti, walaupun sebenarnya isi dalam tempurung kepalanya benar-benar tengah bekerja keras saat ini untuk mencerna segala hal yang baru didengarnya saat ini.
"Memang dia satu-satunya orang yang patut untuk dicurigai, aku sedang menyelidiki tentang dirinya. Kau tenang saja, aku akan menemukan keadilan bagi kita."
"Dan Jungwoo-ya, menjauhlah dari bahaya. Kumohon, Hyukjae pasti akan mengatakan hal yang sama seperti diriku."
"Aiden Hyung benar, walau diriku tak paham permasalahan apa yang kalian miliki dimasa lalu dengan petinggi Jung tapi kau harus menjauhi masalah, dan jangan lagi datang ke laboratorium."
Ucapan Lucas membuat Aiden segera menatap Jungwoo terkejut "Kau ke laboratorium? Berhenti menemui Hyukjae, kau hanya menempatkan dirimu dalam bahaya."
"Tapi..."
Lucas meremas jemari Jungwoo yang berada dibawah meja, ia memberi sinyal untuk mengiyakan saja permintaan Aiden karena dirinya yakin jika Jungwoo bersikeras justru atasannya ini akan lebih keras lagi pada Jungwoo dan tentu saja akan memperketat penjagaan pada laboratorium.
"Baiklah Hyung.."
"Habiskan makanan kalian, kita akan membahas tentang Hyukjae lagi nanti setelah keadaan membaik. Diriku bukan tak ingin menyelamatkannya lebih cepat, hanya saja masih ada yang harus kulakukan."
"Aku mengerti Hyung.. Hyukjae Hyung pun mengerti.."
Ketiganya melanjutkan makan malam dalam diam, berakhir dengan perbincangan ringan tentang pekerjaan dan kabar dari beberapa penghuni House of Heaven yang tersisa dan masih hidup. Sebagian dari mereka memutuskan untuk tinggal di pinggiran kota dengan berkedok mendirikan sebuah sirkus, sedangkan yang tersisa lainnya berada disini dikota dan memasuki pemerintahan perlahan demi perlahan.
Semuanya demi mengungkap kejadian 15 tahun lalu.
Sepanjang perjalanan pulang Lucas dan Jungwoo hanya berbagi udara didalam mobil tanpa ada perbincangan sedikitpun, pria tan itu mengerti mungkin saja Jungwoo tengah memikirkan tentang larangan Aiden padanya.
"Kau baik-baik saja?"
"Ah... Ya aku baik-baik saja." Jungwoo menoleh dan tersenyum kikuk, ia baru menyadari bahwa sedari tadi dirinya mendiamkan Lucas. "Maafkan diriku Lucas-ssi, aku tak bermaksud mendiamkanmu."
"Bertemu dengan Aiden Hyung mungkin membuatmu sedikit teralihkan, tak apa Jungwoo-ssi aku tak masalah akan itu." Lucas membelokkan mobilnya diperempatan menuju flat dimana Jungwoo tinggal.
"Benarkan disini tempatmu tinggal?" pria itu kembali menatap layar ponselnya yang sedari tadi menjadi penunjuk jalan baginya. Jungwoo segera mengangguk dan hendak turun dari mobil setelah mengucapkan terima kasih, namun Lucas menahan lengannya.
"Berjanjilah padaku kau akan menjauhi masalah. Seberapa besar rasa penasaranmu kuharap kau benar-benar menjauhi laboratorium setidaknya untuk saat ini."
Perlahan Jungwoo kembali menganggukkan kepalanya walau dirinya tengah berbohong untuk hal yang satu itu. Ia sudah berjanji akan datang pada Hyungnya tersebut, maka ia akan datang. Jauh dalam lubuk hatinya ia amat sangat ingin meminta maaf pada Lucas karena terpaksa berbohong pada pria itu.
"Dan satu lagi.."
"Apa itu?"
Tak sedetikpun Lucas mengalihkan tatapan matanya dari kedua manik coklat Jungwoo, "Apa besok diriku bisa datang untuk menjemputmu? Kita berangkat bersama? Bagaimana?"
"...... Tentu saja, akan kutunggu jam 8 pagi."
Sekali lagi, keduanya melempar senyuman canggung sebelum Lucas melepaskan cengkramannya pada lengan Jungwoo dan membiarkan pria itu beranjak turun dari mobil dan memasuki gedung flatnya. Menyisakan Lucas yang tengah merayakan kemenangan dengan meninju-ninju udara didalam mobil. Tanpa ia tahu bahw Jungwoo pun saat ini tengah mengigit bibir bawahnya dan bergegas masuk kedalam gedung flat lebih cepat.
"Yassh!!"
⇨ Us ⇦
Pagi ini wajah Lucas terlihat berseri-seri dan tentu saja hal tersebut mengundang tanda tanya di wajah Jayden bahkan Johnny yang tahu bahwa selama beberapa hari kemarin pria itu selalu diam saja dan termenung seorang diri.
"Sepertinya dia sedang sangat bahagia."
"Mungkin dia sudah mendapatkan pengganti pria bersurai merah tersebut."
"Sudahlah, ah aku ingin memintamu untuk sementara hentikan penyelidikan tentang Park Jisung. Ada satu kasus baru yang harus ditangani... Kasus ini benar-benar meresahkan."
Johnny memberikan sebuah map berwarna merah pada Jayden yang artinya kasus ini sudah cukup meresahkan, setiap kasus yang mereka tangani memiliki warna masing-masing untuk setiap kasus, dan merah itu artinya kasus tersebut sudah amat sangat meresahkan.
Beberapa warga melaporkan bahwa anggota keluarga mereka menghilang dan tak kembali, setelah di lakukan penyelidikan dan pencarian beberapa daftar orang hilang ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, beberapa lagi ditemukan dalam keadaan kritis dengan luka-luka lebam disekujur tubuhnya.
Johnny sudah mengutus beberapa orang melakukan penyelidikan dan semua bukti yang ditemukan dilapangan mengarah pada seorang konglomerat yang bernaung di sekitar Distrik 6, Distrik yang dikenal dengan kumpulan para konglomerat menengah keatas.
Beberapa kali CCTV menangkap bukti bahwa tersangka tersebut menjemput para korban dengan menawarkan mereka pekerjaan. Kemudian menculik mereka dan melakukan tindakan kekerasan hingga berujung kematian, atau luka-luka yang amat parah.
"Kau sudah menyelidikinya?"
"Tentu saja, aku meminta Jongdae Hyung dan Sehun Hyung yang melakukannya. Kulihat kau dan Lucas sudah cukup sibuk jadi kupikir mengurangi beban kalian dengan meminta kedua senior itu yang bekerja tidak ada salahnya."
Jayden menganggukkan kepalanya tanda mengerti, iapun tak mempermasalahkan hal tersebut sama sekali. Jemarinya mulai membuka map tersebut dan meneliti setiap laporan yang tertera didalam map tersebut termasuk hasil autopsi, visum dan wawancara terhadap korban yang selamat.
Kegiatan membaca dan memahami kasus yang tengah dilakukan Jayden tertahan ketika ia melihat sebuah nama penanggung jawab yang tertera di bagian bawah laporan hasil wawancara yang dilakukan untuk para korban selamat,
"..... Jaemin?"
"Ya.. Dokter baru di bagian kesehatan yang melakukan wawancara terhadap para korban selamat. Dia akan datang sebentar lagi, jika kau ingin bertanya tentang kasus tersebut kau bisa langsung saja bertanya padanya. Dia melakukan kontak langsung dengan para korban yang selamat."
Kali ini Jayden yang tersenyum menanggapi ucapan Johnny "Dengan senang hati Hyung.."
Tak lama, pintu masuk bagian investigasi diketuk. Dan begitu pintu terbuka terlihatlah Na Jaemin dengan jas dokter miliknya tengah tersenyum ramah membalas sapaan beberapa petugas didalam sana hingga tatapannya berakhir pada Jayden yang berdiri sejajar dengannya dan tengah memegang map merah dijemarinya sembari melambai singkat padanya.
Map yang baru dikerjakan olehnya beberapa hari lalu dan kini tengah berada dalam genggaman Jayden, itu artinya ia akan bekerja sama dengan pria bersurai terang yang tengah tersenyum padanya tersebut, sebuah kebetulan.
"Ah itu dia orangnya..."
Lucas mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya saat mendengar suara Johnny dan pintu ruangan mereka yang terbuka. Benar saja ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Na Jaemin yang mereka bicarakan kemarin kini tengah saling melempar tatapan dengan sahabatnya dengan jarak kurang lebih 5 meter.
Bagaimana jika sahabatnya itu tahu kalau Jaemin mengenalnya dengan dekat? Bagaimana jika Jayden tahu ia pernah menjadi tameng mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Jaemin?
"Selamat siang, diriku Na Jaemin dari bagian forensik. Siap membantu kalian.."
Jaemin memperkenalkan dirinya dengan ramah dan senyum lebar pada seluruh anggota investigasi yang menatapnya, namun hanya satu orang yang mendekatinya dan mengulurkan tangannya kehadapan Jaemin dengan senyum simpul yang ramah.
"Jayden Lee, aku yang akan memegang kasus ini. Untuk kedepannya kita akan bekerja sama Jaemin-ssi..."
Ragu, Jaemin menatap jemari Jayden dihadapannya kemudian perlahan mendongak menatap wajah Jayden yang masih menatapnya sambil tersenyum, dirinya seolah dejavu.
"Lee Jeno, aku akan menjadi temanmu mulai hari ini.. Siapa namamu?"
Pria kecil dengan mata bulat yang awalnya terlihat takut-takut saat menginjakkan kakinya diHouse of Heaven untuk kali pertama perlahan mendongak dan menatap siapa yang mengulurkan tangan padanya, menyambut kedatangannya pertama kali ditempat ini.
".... J-Jaemin, Na Jaemin."
Ia menyambut jabatan tangan Jayden dan menyunggingkan senyum simpul, "Terima kasih... Jayden-ssi.."
Sedangkan Lucas hanya menatap keduanya dalam diam, dirinya tak pernah berani membayangkan hal yang dialami Jaemin akan dialami olehnya dan dirinya akan berpura-pura untuk tak mengenal orang yang tak mengingatnya.
⇨ To Be Continued ⇦
Tidak ada komentar:
Posting Komentar