* US *
-
-
-
-
-
NEO CITY
2044
Taeil menatap Jungwoo yang kini berdiri dipintu ruang laboratorium tempatnya bekerja. Beruntung sudah tak ada orang didalam ruangan laboratorium karena mereka sudah beranjak menuju kantin untuk makan siang. Ia menatap pria manis itu dari atas hingga bawah "Kau benar-benar tidak mengerti peringatan yang kuberikan?"
"Aku mohon, diriku hanya ingin bertemu dengannya 1x lagi saja."
Terpaksa Taeil membuka pintu laboratorium lebih lebar agar Jungwoo bisa masuk kedalam dan ia segera menutup pintu tersebut. Pria itu kembali mendudukkan dirinya pada kursi meja kerjanya "Kau memiliki waktu setengah jam, sedangkan diriku akan mencoba membuka beberapa file yang terkunci lalu kita akan keluar bersama dari sini."
"Mengapa hanya setengah jam?"
"Setelah berciuman apa kau ingin kita melakukan hal lain di tempat ini saat seseorang datang disaat jam istirahat hampir selesai?" pertanyaan Taeil berhasil membuat Jungwoo terdiam, sepertinya dia teringat akan reaksi Lucas saat melihatnya dan Taeil berciuman waktu itu.
Mengingat hal itu membuatnyapun teringat bahwa dirinya dan Lucas sudah beberapa waktu ini sama sekali tidak saling bertemu apalagi bertegur sapa, nomor ponsel pria itu yang tersimpan dalam kontaknyapun hanya Jungwoo tatap tanpa tahu bagaimana cara memulai pembicaraan dengan pria itu, lagi.
"Cepat temui subject itu, aku akan bekerja sambil berjaga."
"Terima kasih Hyung.." Jungwoo segera berlari pelan menuju pintu satu-satunya akses memasuki ruang kaca, ia menekan nomor kode akses yang sudah ia hafal saat Taeil membukakan pintu untuknya. Pintu ruang kaca terbuka, ia melihat Hyukjae hanya termenung diam terlentang diatas bangsalnya.
"Hyung.."
Hyukjae menoleh dan tersenyum pada pria bersurai merah tersebut, ia tidak terkejut akan kedatangan Jungwoo seolah-olah dirinya memang tahu bahwa dirinya akan mendapatkan seorang tamu.
"Bukankah berbahaya bagimu jika berada disini? Jungwoo-ya.."
Jungwoo mendekat dan menarik sebuah kursi untuk duduk didekat bangsal Hyukjae, ia meraih jemari Hyukjae yang sudah tidak diikat. Pria ini mengapa tidak mencoba untuk kabur? Jika hanya tersisa satu ikatan saja di tubuhnya, lagipula kali ini ia melihat Hyukjae tak selemah sebelumnya.
"Diriku tak akan ketahuan.."
"Mengapa kau tak mencoba untuk pergi Hyung? Kau tak lagi terikat erat seperti sebelumnya.."
"Untuk apa diriku mencoba jika sudah tahu hasilnya?"
Jawaban Hyukjae membuatnya terdiam, ia tidak bisa menyalahkan kalau ucapannya itu benar adanya. Pasti Hyukjae sudah melihat apa yang akan terjadi jika dirinya bersikeras pergi dari tempat ini.
"Selama ini kau baik-baik saja bukan Jungwoo-ya?"
"Aku baik-baik saja, Keluarga Kim menjagaku dengan sangat baik."
".... Taemin Hyung..." ucapan Hyukjae tertahan, ia seperti tengah berusaha melupakan kejadian buruk yang menimpa keluarganya. Ia menatap Jungwoo yang menunduk saat ia mengucapkan nama Hyung tertua mereka. Rupa Jungwoo begitu mirip dengan Taemin, melihat pria itu sama saja dengan melihat Taemin namun membawa luka karena kakak tertua mereka sudah tiada 15 tahun lalu.
"Apa dia dimakamkan dengan layak?"
".... Ya, sangat layak, bersama dengan Minho Hyung mereka sudah bahagia disana."
"Andai 15 tahun yang lalu diriku lebih cepat melihat masa depan.. Mungkin, tak ada kejadian seperti ini Jungwoo-ya.." ujar Hyukjae penuh dengan penyesalan.
"Tidak ada yang menyalahkanmu Hyung, disaat itu baik dirimu dan diriku sama-sama terkejut dengan berita tewasnya Taemin Hyung.."
Perlahan, Hyukjae mengangkat tangannya yang lain untuk mengelus surai merah Jungwoo ia menepuknya pelan. Ada banyak hal yang muncul dikepalanya saat itu hingga dirinya tak tahu mana yang terlebih dahulu harus diungkapkan olehnya. Bahkan kecelakaan Taemin dan kekasihnya Minhopun tidak ada sama sekali dalam penglihatannya.
Tok Tok
Keduanya menoleh kearah kaca yang diketuk, Taeil berdiri disana sambil mengangkat tangan kanan dan memamerkan jam tangannya. Menunjukkan bahwa waktu 30 menit Jungwoo untuk berbincang dengan Hyukjae sudah hampir berakhir, tentu saja pria lugu tersebut tak ingin harus berakting berciuman lagi dengan Jungwoo jika sampai seseorang datang melihat mereka.
"Waktu berkunjungku sudah habis hyung.. Aku akan menemuimu beberapa hari lagi." Jungwoo segera bangkit, namun Hyukjae menahannya.
Ia menatap Jungwoo yang tengah menatap heran padanya "Datanglah 2 hari lagi dijam seperti ini Jungwoo-ya.." ujar Hyukjae pelan dan menarik Jungwoo akan mendekat padanya dan membisikkan sesuatu.
Jungwoo sekali lagi menatap Hyukjae dengan tatapan tak percaya, namun ketukan di kaca menyadarkannya. Kepalanyapun mengangguk menuruti keinginan Hyukjae untuk datang kembali dua hari lagi.
"Aku pergi dulu Hyung.."
"Temui Donghae, sebelum kau datang kemari lagi, kumohon.."
Sekali lagi Jungwoo menganggukkan kepalanya patuh, ia merasa bahwa kali ini permintaan Hyukjae untuknya datang bisa saja permintaan terakhirnya. Bisikan Hyukjae padanya benar-benar membuatnya tak tenang setelah ini. Perlahan Jungwoo melangkah keluar dan kembali menghampiri Taeil, pria itu sudah kembali duduk di meja kerjanya meraih flashdisk tipis dari komputernya.
"Kau sudah akan pergi bukan? Ini.." Taeil memberikannya sebuah flashdisk, namun Jungwoo mengerutkan keningnya. Seingatnya Taeil sudah memberikan laporan sebelumnya bukan?
"Hyungmu.." Taeil menggerakkan dagunya kearah ruangan kaca tempat Hyukjae berada, "Dia memintaku untuk membuat salinan copy data yang kuberikan padamu sebelumnya. Dia berkata kau bisa menyimpan salinan ini selain Taeyong."
Ragu, namun Jungwoo menerimanya dan menyimpan flashdisk tersebut didalam sakunya "Terima kasih Taeil Hyung, kuharap kau bisa menjaganya." usai berpamitan Jungwoo segera beranjak keluar dari laboratorium.
Ia berniat untuk menemui Jaemin di bagian kesehatan guna menceritakan hal ini. Namun, permintaan Hyukjae tentang Donghae tak bisa ia hiraukan begitu saja, hyungnya itu bahkan sudah memintanya untuk menemui Donghae 2x.
Langkah panjang yang sebelumnya pasti menuju koridor bagian kesehatan seketika berganti, ia berbalik badan dan segera melangkah menuju bagian investigasi. Semakin lama langkahnya kian cepat hingga tanpa sadar dirinya menabrak Lucas saat berbelok untuk menaiki tangga.
"Jungwoo-ssi? Kau terlihat terburu-buru..." Lucas tersenyum lebar saat tahu yang menabrak dan masuk dalam dekapannya adalah Kim Jungwoo, namun senyumnya menghilang ketika menyadari bahwa Jungwoo tak seharusnya berada di bagian investigasi.
"Apa yang kau lakukan disini Jungwoo-ssi?"
Awalnya Jungwoo ingin berbalik saja dan membatalkan niat awalnya, namun entah bagaimana permintaan Hyukjae untuk yang kedua kalinya benar-benar mengusiknya dan kembali berputar dalam ingatannya. Seharusnya ia tak pernah mendatangi Donghae sebelum rencana Taeyong untuk membalas Jung Yunho terlaksana.
Namun ia tak bisa mengabaikan permintaan Hyukjae "Lucas-ssi, bisa kau bawa aku untuk menemui atasanmu?"
"Johnny Hyung?"
Jungwoo menggeleng pelan "Aiden Lee.."
⇨ Us ⇦
Malam itu sirkus dipenuhi dengan sorak sorai ramai pengunjung, karena mereka kedatangan satu tambahan hiburan dalam pementasan. Terhitung malam ini akan ada stunt bike dalam rundown acara, 2 hari Jisung berlatih selama itu juga Mark menyiapkan arena khusus untuk Jisung melakukan lompatan-lompatan dengan sepeda yang akan digunakannya.
Dengan bantuan Donghyuk untuk menyatukan besi yang dilelehkan akan lebih mudah bagi Mark. Bahkan pekerjaan tersebut selesai lebih cepat dari biasanya karena bantuan Somi yang dengan gesit dan cekatan memindahkan benda-benda berat, gadis itu benar-benar terlalu bertenaga.
Kini Mark berdiri dibalik tirai, pertunjukan Jisung bersama Winwin dan Yangyang akan segera dimulai. "Pastikan wajahmu tertutup, mereka mungkin sudah mengenalimu karena kau sangat terkenal di media lokal.." ucap Donghyuk sembari menunggu Jisung memakai masker buff yang menutupi setengah wajahnya sembari memegangi helm yang akan digunakan Jisung, tak lupa pria itu juga menggunakan doodle untuk menutupi matanya yang mungkin akan terkena serpihan pasir atau tanah.
"Jika penampilan malam ini kau berhasil besok kau sudah bisa berlatih pedang denganku." Sahut Yuta dari kejauhan, pria itu tengah memakai pakaian kebanganggannya setelah membersihkan setiap mata pisau miliknya.
"Mengapa itu terdengar menakutkan daripada melompat dari ketinggian?" Gumam Jisung dan hanya didengar oleh Donghyuk yang membantunya untuk memakai helm.
Ryan si gorila mendekati Jisung sembari membawakan sepeda yang akan digunakan pria tampan itu, gorila tersebut bahkan menatap Jisung dengan bangga karena menjadi bagian dari mereka saat ini.
"Terima kasih Ryan."
Gorila itu menunjukkan balasan 'sama-sama' dengan gerakan tangan kemudian beranjak pergi kembali menghampiri Lolly. "Dia berkata, sama-sama." Ucap Mark saat melihat Jisung yang bingung melihat Ryan pergi begitu saja.
"Ah.."
"Kau akan terbiasa Jisung-ah, Ryan sangat ramah. Jika kau dekat dengannya dia akan melindungimu.." Ujar Donghyuk setelah usai memakaikan anak itu helm, jisung sudah terlihat sangat tertutup, tidak akan ada yang mengenalinya.
Ia menaiki sepedanya sembari menghela nafas pelan, biasanya ia akan menjadi seorang stunt menggantikan orang lain dan dibayar, namun kali ini ia akan menjadi dirinya sendiri walaupun wajahnya tak terlihat, Jisung tidak sedang menggantikan oranglain.
Tepukan pelan di bahunya membuat Jisung menoleh ia melihat Chenle disana, "Kali ini kau akan melihat sampai selesai pertunjukanku bukan?"
"Tentu.."
Sorak sorai orang-orang yang sudah melihat lompatan Winwin di atas udara bersama trapezenya menandakan sudah waktunya bagi Jisung untuk keluar. Ia mengayuh pedal sepedanya ketengah arena bersamaan dengan duo Winwin dan Yangyang yang saling melompat berpindah trapeze, Jisung mengayuh hingga menaiki papan tertinggi dan meluncur terjun kebawah bersama dengan sepedanya dengan kecepatan tinggi dipapan seluncur raksasa yang dibuat oleh Mark.
Sepedanya kembali menanjak keatas hingga berputar beberapa kali diatas udara membuat beberapa penonton berdiri dan menanti apakah Jisung dapat mendarat. Namun bukan hal itu yang terjadi.
Jisung melompat meraih tangan Yangyang yang melompat kearahnya dengan kaki yang mengait erat di besi trapeze, usai menangkap tangan Jisung dengan mudah Yangyang melempar tubuh Jisung pada Winwin yang melakukan gerakan sama dan menerjunkan dirinya sendiri meraih sepeda milik Jisung dan mengganti posisinya dengan pria tinggi itu menjadi pengendara sepeda.
Sedangkan Jisung dan Winwin saling mengayun agar dirinya bisa berpindah pada trapeze lainnya. Susah payah Jisung menyamakan waktunya untuk meraih Trapeze dengan Yangyang dibawah sana yang mendarat dengan sepedanya.
Pertunjukan ke-3nya diakhiri dengan tepukan dan sorakan riuh penonton yang terkejut dengan atraksi baru dari sirkus favorit mereka, Jisung menaikkan tubuhnya keatas besi trapeze dan duduk di besi tersebut seperti yang pernah dilakukan Yangyang sebelumnya.
Nafasnya berat, jantungnya berdetak mungkin ratusan kali lebih cepat daripada saat ia pertama kali menjadi stunt disebuah drama. Ia melirik kearah Winwin yang juga tengah duduk di trapeze miliknya dan tersenyum padanya, setidaknya Jisung benar-benar bangga pada dirinya sendiri saat ini.
Perlahan trapeze keduanya bergerak turun hingga Jisung dan Winwin menginjakkan kedua kakinya dibumi, bersamaan dengan Yangyang mereka membungkuk pada penonton yang masih bersorak kencang, usainya mereka kemudian segera kembali ke belakang.
Walau tak lebih dari 10 menit namun rasanya itu bagai sejam untuk Jisung, dan ia menyukai seluruh sorak sorai para penonton yang menyukai atraksinya.
"Aku berhasil, aku berhasil!!" Jerit Jisung dengan kencang, ia memeluk Chenle usai melepas helm dan kacamatanya, namun pria itu meringis karena luka akibat latihan beratnya dengan Ten tak kunjung usai.
"Ah, kau memelukku terlalu kuat Jisung-ah tubuhku benar-benar sakit."
"Maaf-maaf, aku akan mengobatimu." Jisung melepas pelukannya kemudian mengacak surai coklat Chenle dan mengajak pria itu pergi bersamanya untuk berganti pakaian.
Winwin mendekati Ten yang sejak tadi menjadi penonton di balik layar sembari melepas beberapa aksesoris ditubuhnya, pria itu sengaja menutup tenda meramalnya karena ingin melihat bagaimana penampilan Jisung untuk pertama kalinya.
"Bagaimana dengan Chenle? Apa perlu ajari dirinya melompat dari atas?"
"Kau hanya akan mendengar teriakannya." Sahut Ten sambil terkekeh saat mendengar ide tersebut meluncur dari biburnya, ia melirik Winwin dan tersenyum simpul pada pria yang lebih tinggi itu "Terimakasih sudah mengajari Jisung. Kurasa dia sudah dapat berlatih dengan Yuta dan Renjun."
"Jangan sungkan padaku, Jisung bukan anak yang susah untuk di ajari. Dia hanya butuh dorongan, dan tentang Chenle, mungkin karena dia terlalu lama berada dikota dan dimanjakan jadi kau akan sedikit sulit melatihnya."
Ten mengangguk, ucapan Winwin memang tak salah. Taeyong benar-benar memanjakan Chenle, tak membiarkan Chenle melatih kekuatannya sendiri. Tidak boleh menggunakan bukan berarti tidak paham bagaimana cara menggunakannya, cara Taeyong melindungi Chenle memang sejak awal salah dimata Ten.
"Chenle sudah mengalami sedikit kemajuan, mungkin karena dia harus melawanku jadi hal itu sedikit sulit baginya."
"Kalau begitu kau berhentilah menggali."
Ucapan Winwin membuat Ten menoleh, ia tak paham maksud ucapannya namun entah mengapa ucapan itu memang tertuju untuk dirinya seorang "Berhenti menggali apa yang orang lain pikirkan. Aku tak ingin melihatmu seperti dua bulan yang lalu saat berteriak karena kepalamu sakit luar biasa. Kau juga manusia Ten, apa yang orang pikirkan dan rasakan sama sekali bukan tanggung jawabmu."
Ia ingat dirinya membuat keributan sembari meringis dan meronta ketika kepalanya terasa begitu sakit, entah bagaimana caranya ia merasakan jeritan dan keputusasaan banyak orang secara bersamaan. Esoknya mereka semua baru paham apa yang terjadi karena melihat berita sebuah kecelakaan bus tak jauh dari bukit tempat sirkus mereka berada.
"Sudah berapa lama kau berada disini? Kau hanya membaca dan mendengar pikiran beberapa dari kami, jika kau mungkin harus kembali menginjakkan kaki ke kota, apa kau bisa menerima seluruh pikiran mereka yang masuk kedalam kepalamu?"
"Diriku tak meragukanmu, aku hanya takut kehilanganmu. Membaca pikiran adalah kelebihanmu, tapi terlalu banyak membaca pikiran banyak orang juga akan menjadi kelemahanmu." Winwin menepuk bahu Ten yang terdiam akibat mendengar ucapannya kemudian beranjak pergi dari sana, ia harus membersihkan riasan diwajahnya.
Sedangkan Ten menunduk sejenak sebelum dirinya sadar bahwa Donghyuk dan Mark sedari tadi mendengar pembicaraannya dengan Winwin, mereka juga pasti khawatir pada dirinya.
"Aku baik-baik saja. Kalian tenang saja." Ten tersenyum simpul sebelum beranjak keluar dari tenda utama dan kembali ke tendanya, meninggalkan Donghyuk dan Mark yang kini saling bertatap satu sama lain.
"Apa kita akan kembali ke kota Mark?"
Pria berwajah tirus itu menggeleng, ia meraih jemari Donghyuk dan menggenggamnya erat "Jika kau tak ingin kembali kita akan tetap berada disini. Kota sama sekali bukan tempat untuk kita Donghyuk-ah..."
Ucapan Mark tak salah, dirinya dan Donghyuk bahkan lebih terlihat aneh dan menakutkan daripada yang lainnya. Seluruh tubuh Donghyuk bahkan dapat terbakar dengan mudah jika emosi menyulut dirinya oleh karena itu Mark selalu berada disisinya untuk menenangkan pria tersebut.
Sedangkan Mark, ia tak bisa hidup tanpa Lolly, mereka sudah bersama sejak 16 tahun lalu jadi meninggalkan Lolly di hutan untuk pindah ke kota hanyalah hal mustahil yang dapat mereka lakukan.
"Sudahlah jangan pikirkan apapun, sebentar lagi giliranmu dan Lolly aku akan mengamati dari belakang bersama yang lainnya." tentu saja yang lainnya adalah teman-teman bukan manusia Mark karena usai pertunjukan Donghyuk dan Lolly ia akan keluar bersama beberapa hewan.
Donghyuk menganggukkan kepalanya dengan patuh dan beranjak sembari memanggil Lolly untuk mengikutinya, keduanya beranjak untuk bersiap meninggalkan Mark.
Pria itu masih memperhatikan Donghyuk hingga punggungnya menghilang dibalik tirai bersamaan dengan Yuta yang menghampiri Mark saat ia usai dengan pementasan yang dilakukannya.
"Sejujurnya diriku penasaran, mengapa kau sangat menjaga Lee Donghyuk sampai seperti itu? Ditempat ini selain Ten tentu saja sahabat masa kanak-kanakmu itu yang paling kuat."
Pertanyaan Yuta sangat beralasan, karena dirinya melihat Mark memang amat sangat menjaga Donghyuk sejak dirinya pertama kali menginjakkan kaki di sirkus ini. "Kau sadar dia bisa membakar kita semua dalam sedetik jika dia mau.." ucapannya membuat Mark justru menerawang, namun dirinya hanya tersenyum dan tak menjawab ucapan Yuta padanya. Ia ingat bagaimana Donghyuk menyelamatkan nyawanya dan Lolly, tanpa Donghyuk mungkin mereka semua benar-benar tewas malam itu dalam ledakan tersebut.
"Mengapa tak ada suara apapun? Mengapa Siwon Hyung belum kembali?" Donghyuk hanya merasakan kesunyian tanpa mendengar suara apapun lagi, ia menatap Mark yang masih mendekapnya dengan erat.
"Dia akan kembali percaya padaku Donghyuk-ah.."
Boom!
Gedung bergetar hebat, Mark semakin memeluk Donghyuk dan Lolly yang gemetar ketakutan dalam dekapannya, ada suara ledakan hebat dari lantai atas, sedangkan mereka berada dilantai bawah tanah untuk bersembunyi dan mereka saat ini benar-benar buta akan keadaan yang terjadi diatas sana.
Sudah lebih setengah jam tak ada satupun yang datang setidaknya ikut bersembunyi bersama mereka, apa tak ada yang selamat selain mereka?
Udara semakin terasa panas dan pengap, terpaksa Mark dengan susah payah mendorong penutup peti mati yang menutupi mereka, dirinya terbatuk setelah membuka penutup peti saat mendapati asap sudah mengepung mereka.
Sepertinya gedung mereka dibakar dan diledakkan, bagaimana keadaan teman-temannya yang lain.
"Uhuukk.."
"Ggrrrrr pprrr.."
Donghyuk menahan tubuh Mark yang hampir ambruk saat tengah merambat di dinding, mereka tengah berusaha mencari jalan keluar atau mereka akan terpanggang hidup-hidup diruang bawah tanah.
"Kau baik-baik saja? Mark?" Donghyuk mendudukkan tubuh sahabatnya agar bersandar, ia berlari menuju kaca jendela berukuran persegi panjang yang menjadi ventilasi diruang bawah tanah namun letaknya ukup tinggi, tempatnya dapat melihat keadaan diluar sana dan meminta bantuan.
Ia mengumpulkan meja dan bangku untuk memanjat ke kaca ventilasi tersebut memastikan keadaan sekitar yang sudah cukup sepi dan hanya terdapat beberapa sisa mayat teman-temannya diatas tanah. Ingin rasanya Donghyuk menangis saat melihat genangan darah diluar sana.
Ia berusaha memecahkan kaca hingga tangan kecilnya terluka "Tolong!!! Tolong kami!!" dirinya berteriak dengan kuat agar ada yang menolongnya setidaknya tolonglah sahabatnya Mark dan Lolly ia tak masalah jika saat ini kepalanya akan berlubang, yang terpenting sahabatnya diselamatkan.
Namun tak ada satupun yang mendengar permintaan tolongnya.
Ia segera kembali turun dari atas bangku dan menghampiri Mark yang terlihat semakin lemas, tangan kecilnya yang terluka memukul wajah Mark agar pria itu tetap sadar dan menggendong Lolly "Bangun Mark, buka matamu. Jangan tertidur..."
Berhasil, Mark membuka matanya perlahan walaupun ia merasa pening luar biasa di kepalanya. Dengan bantuan Donghyuk ia kembali berdiri dan menyusuri lorong menuju pintu keluar yang mereka ingat saat Siwon membawa mereka masuk tadi.
Bruk!
"Mark!" kesadaran Mark benar-benar hampir menipis, Donghyuk tak tahu lagi apa yang harus dilakukan olehnya.
"Pergilah Donghyuk-ah.."
"Kau gila? Aku tidak akan meninggalkan sahabatku."
Suara ledakan terdengar kuat dari lantai atas dan dari bagian belakang ruang bawah tanah. Itu mungkin tempat Siwon menyimpan persenjataan namun tak sempat digunakan olehnya.
Booom!!
Tidak, tidak, Donghyuk tidak akan membiarkan sahabatnya berakhir disini ia kembali menarik Mark sembari menahan batuk dari asap hitam yang mulai memasuki paru-parunya. Kembali ia menyandarkan Mark dan menggendong Lolly agar berada dalam pelukan dan pangkuan Mark "Diamlah disini aku akan menyelamatkan kalian."
Ia berlari menuju lemari yang terlihat oleh ekor matanya mencari selimut atau apapun yang bisa ia gunakan untuk melindungi tubuh Mark. Setelah mendapatkan selimut tebal ia menggunakannya untuk membalut tubuh pria itu.
Tepat sebelum ledakan hebat dari ruang bawah tanah membakar seluruh tempat dalam waktu kurang dari 2 detik. Namun sebelum kobaran api dari ledakan hebat itu sempat menyentuh Mark, Donghyuk segera menjadikan tubuhnya sebagai perisai untuk melindungi Mark menggunakan kekuatannya.
Energy Absorbing.
Terlihat Donghyuk setengah mati menahan panas yang menyerang tubuhnya namun ia memaksa untuk menyerap seluruh energi panas dari ledakan di bawah tanah, hingga ia berteriak kuat karena tak kuat menahan begitu banyak panas api yang terserap kedalam tubuhnya.
Ia menyerap terlalu banyak hingga rasanya tubuhnya terbakar dan akan meledak.
"Aarrrghhhh!!!"
Dooooom!
Hempasan angin kuat dari tubuh Donghyuk membuat tubuh pria itu terkapar lemah diatas lantai bersamaan dengan seluruh api yang kini sudah menghilang terserap olehnya.
Mark pikir ia sudah mati, namun saat ia tersadar ia melihat dirinya tengah digendong oleh seseorang dengan Donghyuk yang tak sadarkan disebelahnya tengah digendong oleh orang lain. Ia tak lagi melihat Donghyuk yang ia kenal, surai hitam legamnya berubah menjadi merah menyala, apa yang sudah terjadi dengan Donghyuknya?
Namun tidak ada jawaban atas pertanyaan didalam kepalanya hingga kesadarannya kembali hilang.
"Kau melamun?"
Pertanyaan Yuta kembali mengusiknya, Markpun menoleh dan melihat jemari lebar Yuta bergerak didepan wajahnya, ia tersenyum dan menggeleng "Cukup sekali ia menyelamatkan dan melindungiku, saat ini dan seterusnya diriku yang akan menyelamatkan dan melindunginya."
Ia beranjak menuju tempat dimana hewan-hewan miliknya berada, ekor matanya tak lepas dari arena pertunjukkan untuk menatap Donghyuk yang tengah memainkan permainan api dengan mudah bersama Lolly.
Alasan mengapa Donghyuk tak pernah bisa mengontrol kekuatannya ketika emosi adalah karena api bukanlah kekuatan utamanya, ia menyerap seluruh energi panas malam itu. Terlalu banyak menyerap hingga dirinya memiliki kekuatan tersebut dalam tubuhnya.
Saat yang lain bisa melupakan sedikit tentang kebakaran dan ledakan malam itu tapi tidak dengan Donghyuk pria itu menyimpan api yang membakar rumah mereka dalam dirinya selamanya.
⇨ To Be Continued ⇦
Lee Taemin, tertua Lee setelah ayahnya tiada. Ia sangat dekat dengan Siwon, Yunho dan juga Youngwoon. Bahkan mungkin tak ada yang tahu bahwa dirinya adalah seorang yang spesial jika baru awal mengenal, dia adalah sulung dari kedua adiknya Lee Hyukjae dan Lee Jungwoo.
Choi Minho, adalah adik lelaki Choi Siwon. Ia seorang dokter disebuah rumah sakit, dan juga kekasih dari Lee Taemin. Namun ia dan kekasihnya meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis bersamaan dengan hari penangkapan di House of Heaven.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar