* US *
-
-
-
-
-
NEO CITY
2044
Jisung mengikuti langkah Chenle dan Somi yang memimpin mereka kembali menuju tenda utama, mereka melihat ada beberapa pengunjung yang masih berkeliaran disekitar area sirkus seusai menikmati pertunjukan. Sesekali Jisung menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya agar tak terlihat oleh siapapun, bagaimanapun ia sadar bahwa dirinya adalah seorang buronan saat ini.
"Masuklah, Ten Oppa dan Renjun Oppa menunggu kalian didalam."
Ketiganya berhenti didepan tenda besar, Somi menunjuk tirai penutup pintu masuk tenda sebagai tanda bahwa kedua anak itu ditunggu oleh Ten dan Renjun didalam sana, kedua anak ini akan menetap disini dengan mereka maka setidaknya pemimpin mereka ditempat ini harus memberitahukan beberapa hal, khususnya pada Jisung yang seutuhnya manusia biasa.
"Kau akan kemana setelah menjewerku Noona?" tanya Chenle sambil mengusap telinganya yang sudah memerah, heran sekali ia pada wanita cantik yang kelebihan tenaga tersebut.
"Tentu saja kembali ke tendaku, diriku perlu tidur agar tetap terlihat cantik. Selamat malam untuk kalian berdua.." ucapnya sambil melambai dengan senyum ramah, hanya Jisung yang menyambut sapaan pamit tersebut dengan senyum canggung. Sedangkan Chenle berdecih namun menunggu Somi benar-benar menghilang dari pandangan baru dirinya berani berkomentar.
"Cantik apanya, percuma cantik tapi hobi nya mematahkan lengan pria yang mendekatinya." Chenle bergidik sendiri saat mengingat kejadian yang membuat seluruh otot ditubuhnya terasa ngilu.
Sedangkan Jisung menelan liurnya dengan susah payah saat mendengar ucapan Chenle, apakah benar Somi seperti itu?? Sama sekali tidak terlihat dari wajahnya jika gadis tersebut memiliki kekuatan semengerikan itu. Namun setelahnya ia segera mengekori Chenle untuk memasuki tenda utama saat pria sipit didepannya mengajak Jisung untuk masuk kedalam tenda.
Jisung mengerutkan kening saat aroma terbakar yang pertama kali tercium dalam indera penciumannya ketika ia menginjakkan kakinya kembali ketenda yang kini sudah kosong dari pengunjung.
Kedua netra coklatnya melihat masih ada benda berbentuk lingkaran besar dengan penopang di sisi kanan dan kirinya yang masih menyisakan asap berada ditengah-tengah tenda, bisa ia perkirakan alat itu digunakan untuk adegan klise dalam sebuah sirkus.
"Kau ingin mencobanya Park Jisung-ssi?" tawar Ten membuyarkan lamunan Jisung tentang adegan klise yang tergambar didalam otaknya.
"Agar kau tahu yang barusan Donghyuk kami lakukan bukanlah hal klise, there's no trick for this place." tambahnya, dan percayalah ekspresi wajah Jisung seketika berubah.
Bagaimana bisa pria itu tahu apa yang ada dalam pikirannya?
"Ah Hyungku ini dapat membaca pikiranmu Jisung-ah.." jelas Chenle, dia sepertinya lupa bahwa Jisung ini hanya manusia polos biasa yang tak mengetahui bahwa di dunia ini terdapat makhluk spesial seperti mereka semua.
Jisung bahkan lupa bertanya pada Chenle saat terbangun dipagi hari tadi bagaimana cara mereka berdua selamat dari begitu banyak aparat yang ingin menangkapnya, karena tiba-tiba saja pria bernama Jaemin memasuki kamarnya dan memberikannya pakaian ganti serta sarapan. Kemudian tak lama Chenle datang dengan riang mengajaknya mengobrol santai, benar-benar membuatnya melupakan banyak hal termasuk pertanyaan mengganjal dikepalanya kemarin malam.
"T-Tunggu.... Apa maksudya Chenle-ya?"
Melihat respon Jisung yang terkejut pria sipit itu segera menutup mulutnya dengan tangan, sial dia lupa bahwa tugas dari Jungwoo Hyung yang di berikan padanya untuk menjelaskan segalanya pada Jisung belum dilakukan olehnya, dia terlalu sibuk mengajak Jisung berbincang sampai melupakan banyak hal.
"Bukankah melihat lebih baik daripada sebuah penjelasan Park Jisung? Bukankah sudah kuajak kau berkeliling siang tadi? Apa itu kurang sebagai sebuah penjelasan secara visual?"
Jisung menatap sekeliling tenda tempatnya berada saat ini, perlahan Jisung mencoba untuk mengingat-ingat apa saja yang sudah ia lihat ditempat ini. Dirinya sempat melihat Somi yang berlatih gymnastics di dalam tendanya, tak lupa kedua netranya melihat bagaimana gadis tersebut latihan boxing hingga pukulan dari kepalan tangannya merusak kayu berukuran besar yang menjadi sasak tinjunya.
Iapun melihat tenda milik Lee Donghyuk yang terasa begitu panas saat melewatinya, iapun bisa melihat bayangan kobaran api dari dalam tenda sana entah apa yang dilakukan pria itu didalam sana namun Renjun mengatakan untuk tak menganggu Donghyuk saat dirinya tengah terbakar, jadi apa maksudnya dia benar-benar terbakar?? Terbakar? Seluruh tubuhnya?? Heol, ia pikir itu tidak mungkin tadi.
Tak lupa ia sampai tak dapat berkedip ketika melewati kandang hewan dibagian belakang sirkus, Mark sedang duduk bersama harimau betinanya ditemani beberapa hewan lainnya yang tak terkurung. Dengan jelas dirinya melihat Mark menggerakkan bibirnya seolah-olah tengah bercengkrama dengan para hewan tersebut. Ia ingat seekor gorila sampai tersenyum lebar sambil menunjuk Mark saat melihat tuannya bercerita.
Awalnya ia pikir Mark gila berbicara dengan Hewan namun sepertinya dirinya yang mulai gila karena melihat hal tersebut.
Tenda terakhir ia melihat 2 orang pria yang tengah berlatih trapeze, tubuh keduanya terlihat sangat ringan seolah-olah salah satu dari mereka memang tengah melayang bagaikan selembar bulu yang tertiup angin, keduanya melompat tanpa beban dari satu trapeze ke trapeze yang lain. Renjun berkata nama kedua pria tersebut Winwin dan Yangyang nama yang unik sama seperti apa yang mereka tampilkan.
Sedangkan ketika kembali menuju tenda utama ia sempat melirik kesebuah tenda namun belum dirinya mengintip sebuah pisau sudah melesat keluar dari celah tirai, karena takut iapun segera berlari kecil menyusul Renjun dan Chenle "Tenanglah, itu hanya Yuta Hyung yang tengah berlatih."
Latihan macam apa yang dilakukannya dengan menggunakan benda tajam seperti itu?
Dan saat ini dihadapannya tersisa Renjun, Ten dan Chenle. Jujur saja ia terkejut karena pria semulus porcelain dan bersurai hitam itu dapat membaca apapun yang terlintas dikepala dan benaknya, sedangkan Chenle ia ingat dirinya berpindah tempat dalam sekejap ke sebuah apartemen tempat pria itu tinggal bersama saudaranya.
"Kau... Bisa berpindah tempat?" Jisung menunjuk Chenle dengan telunjuknya.
"Bukankah itu terlalu kaku Jisung-ah, aku seorang teleporter anggaplah seperti itu." Chenle memberikan penjelasan dengan ceria serta tidak lupa disertai bumbu melebih-lebihkan kekuatannya dengan berpindah-pindah tempat dihadapan Jisung membuat pria itu hampir jatuh terduduk andai saja tidak ada Lolly dibelakangnya yang menopang tubuhnya.
"Haaaa!" Jisung menjerit terkejut begitu menoleh kebelakang untuk melihat apa yang menopang tubuhnya, harimau betina besar itu berada tepat dibelakangnya dan tengah menatapnya, ia melangkah maju secepat kilat dan menghampiri Chenle. Sepersekian detik ia lupa bahwa tadi dirinya sempat terkejut karena kekuatan milik pria itu, namun kini ia sudah bersembunyi di balik tubuh Chenle yang lebih kecil dari ukuran tubuhnya.
Kedua netra coklatnya menatap beberapa orang yang masuk kedalam tenda, selain Lolly dan Mark serta Donghyuk, tak lupa Somi serta si duo berkulit pucat Winwin dan Yangyang. Dan yang terakhir, wajahnya belum pernah dilihat olehnya namun melihat cukup banyak pisau belati yang bergantung di pinggangnya ia yakin bahwa dia adalah pria yang tak ingin diintip olehnya tadi.
"Kau masih memiliki pertanyaan?"
Jisung menganggukkan kepalanya bagus Ten bertanya jika tidak ia tak tahu sampai kapan dirinya akan terdiam dan tak bisa berbicara, tenggorokannya terasa kering saat ini.
"Apa hanya diriku dan Renjun-ssi manusia normal disini?" Tanyanya, semakin lama suaranya semakin mencicit karena seluruh mata kini memandang padanya, seolah-olah pertanyaannya terdengar salah.
"Secara teknis... Ya.." Ten mengangguk mengiyakan pertanyaan Jisung namun ia meminta Jisung untuk melihat Renjun baik-baik, wajah pria ini lembut namun datar, tangan kanannya terbuat dari metal namun bisa bergerak sesuai kemauannya. "Namun Renjun sepertinya tidak semanusiawi yang kau bayangkan Jisung-ssi." Lanjut Ten.
Renjun tersenyum miring pada Jisung dan hal itu berhasil membuat pria tinggi itu makin menciut dan makin bersembunyi dibalik tubuh Chenle, meminta perlindungan atau setidaknya bawa saja dirinya pergi dari tempat ini, kemanapun.
"Yak Hyungdeul bisakah kalian berhenti membuat Jisung ketakutan? Sebenarnya ada apa sampai meminta kami kemari? Aku benar-benar sudah mengantuk." Omel Chenle karena kelakuan Hyung-hyungnya benar-benar membuat Jisung terlihat seperti anak sekolah dasar yang akan di bully oleh anak sekolah menengah atas.
"Karena kedatangan Jisung dan rencana yang sedikit terganggu karena ulah superheromu.." Ten menatap Chenle yang menunduk tak enak hati, namun pria bermata kucing itu perlahan kemudian terkekeh "Mulai besok kau Chenle akan berlatih denganku dan Somi, sedangkan Jisung berlatihlah dengan Yuta dan Renjun. Pastikan kalian siap jika mereka datang untuk menjemput kalian berdua."
"T-tapi Hyung.."
"Sejujurnya kami bisa melindungi kalian, tapi.. Jika kami tak ada siapa yang akan melindungi diri kalian sendiri?" Renjun menambahkan, ia melirik kearah Jisung "Kau tak tahu seberapa kejinya dunia ini Park Jisung, jika kau tak memiliki sesuatu untuk menjaga dirimu sendiri maka kau akan menjadi orang pertama yang kalah." Ia melangkah mendekati Jisung dan menepuk bahu pria itu "Besok pukul 9 pagi." Ucapnya sebelum pergi dari tenda kembali menuju tendanya sendiri.
"Jika jadwal berlatihmu usai, datanglah menuju tenda binatang dibagian belakang mereka berminat untuk mengenalmu Park Jisung-ssi, Lolly sudah menceritakan banyak tentang mu pada semua hewan di belakang."
"Lolly?" Jisung sampai menyipitkan matanya, ia berpikir keras siapa Lolly yang dimasud oleh Mark. Seingatnya tak ada yang bernama Lolly diantara manusia-manusia spesial ditempat ini.
"Dia Lolly.." Mark menunjuk harimau kesayangannya yang segera merebahkan tubuhnya diatas tanah padat, seolah-olah malas diperkenalkan pada Jisung.
Sekali kucing tetaplah kucing, itulah mengapa Park Jisung tak suka kucing pemalas.
"Kau tak masalah bukan?"
"Tentu tidak, bukankah anak ini sudah mengintip kedalam tendaku? Sekalian saja kuperlihatkan isinya pada anak ingin tahu ini." Ujar Yuta pada Ten sembari mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum lebar sebelum beranjak menyusul Renjun keluar dari tenda.
Hal pertama yang terlintas dalam benak Jisung setelah Ten mengutarakan maksudnya memanggil dirinya dan Chenle adalah Matilah dirinya, mengapa yang akan menjadi pelatihnya berhati sedingin itu, keduanya?
⇨ Us ⇦
Jung Jaehyun menatap bangunan besar dihadapannya dengan seksama dan perlahan, ia tidak pernah menyangka seseorang akan memiliki rumah sebesar ini? Ada berapa kamar mandi didalamnya? Ada berapa jumlah ubin didalamnya? Apa semuanya berwarna sama?
Selama ini uang yang didapatkannya dari arena balap ilegal dia kumpulkan untuk kehidupannya dan Jisung kedepannya. Bagaimanapun anak itu adalah tanggung jawab terbesarnya setelah kakaknya dan kakak iparnya tiada, ia terpaksa berbohong tentang banyak hal pada Jisung tentang kematian orangtuanya bahkan tentang status dirinya yang mengaku saudara sepupu jauh Jisung, padahal pada kenyataannya dia adalah paman Jisung.
Jung yang tertinggal dan menghilang ketika mendengar permintaan sang kakak untuk pergi bersama Jisung bersembunyi di kabin rahasia mereka di tengah hutan, kakak iparnya berencana membawa dua anak lainnya untuk diselamatkan namun tak ada yang datang malam itu.
Hanya dirinya dan Jisung yang menunggu semalaman tanpa hasil hingga Jaehyun mendengar kabar bahwa kakaknya dan kakak iparnya tewas dalam sebuah kecelakaan maut, Jisungpun dinyatakan menghilang tanpa adanya pencarian terhadap anak kecil tanpa orangtua tersebut.
Sore itu kali pertama dirinya dan Jisung bertemu saat sang kakak Jessica memintanya menjaga sang anak hingga dirinya kembali, mereka dibawa kesebuah kabin ditengah hutan dengan persediaan makanan yang lengkap untuk setahun kedepan dan siperuntukan bagi 10 orang.
'Tolong jaga anakku Jaehyun-ah..'
Itu ucapan terakhir kakak wanitanya tersebut sebelum pergi dengan mobil bersama suaminya, ia tak tahu mengapa dirinya dipanggil pulang kembali ke Korea setelah 5 tahun bersekolah di LA ia tak akan pernah tahu apa yang terjadi andai saja...
Andai saja berita tentang pamannya tercinta tidak muncul di layar televisi menyatakan berbela sungkawa atas kepergian kedua keponakan dan keponakan iparnya bahkan hanya dengan selembar surat, bukankah itu jelas mengatakan bahwa dirinya juga tewas?
'Kami sedang berusaha mencari keberadaan anak Dokter Park. Kami akan menjaga satu-satunya anak yang memiliki darah Jung didalamnya.'
Dirinya sangat ingin menghancurkan televisi saat itu juga. Beberapa hari lewat ia mendapatkan kabar bahwa asrama tempatnya tinggal selama bersekolah di LA hangus terbakar dihari yang sama dengan hari kakaknya mengalami kecelakaan, menewaskan hampir seluruh teman-temannya.
Awalnya ia pikir ini adalah musibah yang menimpanya bertubi-tubi, namun saat mengetahui pamannya menjadi satu-satunya ahli waris sah di keluarga Jung padahal mereka tengah berbela sungkawa, ia yakin bahwa pria serakah itulah yang dengan sengaja membunuh kakaknya dan membakar asramanya.
"Kau baik-baik saja?"
Suara Taeyong mengembalikan kesadarannya, ia mengangguk dan kembali melangkah menyusul pria bersurai perak dihadapannya. Tak menyangka bahwa dirinya tadi sempat melamun dan berhenti melangkah karena memikirkan masa lalu.
"Rumah siapa ini? Besar sekali."
"Ini Mansion Kim, kau akan tinggal disini mulai hari ini."
Jaehyun kembali berhenti melangkah, sebentar, mengapa dirinya seperti barang yang dapat di oper kemana saja semau pria dihadapannya "Tunggu, kenapa diriku tidak tinggal saja denganmu? Atau dengan saudaramu?"
"Aku sudah mengatakan padamu, kami ber-3 bekerja pada pemerintahan, tak mungkin kau tinggal bersama kami."
"Kalau begitu aku akan kembali saja ke apartemen milikku."
"Itu tempat yang sangat berbahaya untuk saat ini, entah kapan mereka pasti akan mendatangi rumahmu untuk mencari petunjuk tentang keberadaan Jisung. Dan jika kau berada disana kau akan tertangkap, percayalah padaku."
Penjelasan Taeyong benar adanya, namun ia tak tahu tempat siapa ini? Rumah siapa ini? Siapa itu Kim? Apa mereka benar-benar orang baik?
Keduanyapun kembali menaiki tangga memasuki pintu utama mansion besar ini, begitu masuk beberapa pelayan membungkuk pada Taeyong seolah menyapa salah satu penghuni rumah, dan di balas oleh anggukan singkat dari Taeyong.
"Taeyong?"
Suara seseorang dari arah tangga membuat keduanya menoleh, 2 hari mereka tinggal bersama ini adalah kali pertama Jaehyun mendengar nama asli dari pria bersurai perak disampingnya ini.
"Hyung.."
Taeyong menundukkan kepalanya sebagai salam sapaan, begitupun Jaehyun yang membungkukkan tubuhnya karena melihat kode dari tangan Taeyong.
"Sudah lama kau tidak berkunjung, ada apa kau datang kemari?" Pria yang lebih tua hampir 5 tahun diatas Taeyong menghampiri dan memeluk pria bersurai perak itu sambil menepuk-nepuk punggung dari pria yang semasa kecilnya menghabiskan waktu untuk tinggal di mansion Kim seusai mereka yang selamat dibawa pulang secara diam-diam oleh Tertua mereka.
"Aku membawa seseorang, aku ingin kau menampungnya untuk sementara."
"Siapa dia?"
Usai melepas pelukan keduanya Taeyong mengenalkan Jaehyun pada pria dihadapannya "Jung Jaehyun, ini Himchan Hyung. Himchan Hyung ini Jung Jaehyun."
"Selamat siang, senang bertemu denganmu." Jaehyun kembali membungkuk usai diperkenalkan oleh Taeyong pada pria bermata sipit bergigi kelinci tersebut.
"Jung?"
"Ya.. Jung.."
"Sebaiknya kita rundingkan dengan Appa.." Ujar pria bernama Himchan tersebut sambil membenahi jas informal yang digunakannya. "Tunggulah diruang tengah.." Usai menepuk puncak kepala Taeyong pria itu segera beranjak pergi menyisakan Taeyong dan Jaehyun.
"Sepertinya mereka akan menolakku, mungkin seharusnya kau tidak memberitahu bahwa diriku seorang Jung."
"Tidak ada rahasia diantara kami, jadi jika diriku ingin kau tinggal ditempat ini maka aku harus berkata yang sejujurnya. Dan sekarang waktumu untuk bercerita tentang dirimu dan paman yang sangat ingin kau lenyapkan itu." Taeyong memberikan gesture pada Jaehyun agar pria tersebut melangkah terlebih dahulu menuju ruangan yang di maksud oleh Himchan tadi.
Keduanya menunggu dalam diam hingga pintu besar yang memisahkan pintu ruang tengah dengan bagian depan rumah tadi terbuka lebar, terlihat 3 orang melangkah masuk kedalam.
Salah satunya pria yang tadi berbincang dengan Taeyong, 2 lagi adalah seorang wanita anggun terlihat dari gaun putih tanpa lengan yang digunakannya membalut tubuh mungilnya, disisi kirinya melangkah bersama seorang pria bertubuh tambun. Dilihat dari perawakan pria itu terlihat berumur sama atau lebih tua beberapa tahun dari pamannya, walaupun terlihat berumur namun sangat terpahat jelas kharisma milik pria tersebut.
Tanpa menunggu diberitahu oleh Taeyong pria itu sudah bangkit berdiri dan membungkuk memberikan salam pada ketiga orang yang datang tersebut.
Jaehyun kembali duduk saat sang wanita menggerakkan tangannya sambil tersenyum ramah, kemudian duduk bersebelahan dengan Taeyong sedangkan pria yang lebih tua mendudukkan dirinya pada kursi single yang membuatnya terlihat seperti penguasa ditempat ini. Sedangkan Himchan berdiri dengan tangan berada di depan tubuhnya tepat disamping si penguasa rumah.
Bukan melebih-lebihkan karena memang begitu kenyataannya, dia adalah Kim Youngwoon pemimpin tertinggi dari Kim's.
"Kudengar Taeyong meminta kami untuk menampungmu? Bisa jelaskan padaku mengapa kami harus menerimamu dirumahku?" Youngwoon menyatukan kedua jemarinya didepan wajah, ingin dikatakan caranya bicara terdengar angkuh namun Jaehyun tak dapat mengatakan bahwa pria ini terlihat angkuh.
"Aku hanya mengikuti kemauan Taeyong untuk tinggal disini, jika kau tak menginginkan diriku berada disini aku bisa pergi ketempat lain."
Pria itu, Kim Youngwoon terkekeh "Sekali Jung tetaplah Jung.. Kau menjunjung tinggi harga dirimu ternyata."
Baiklah Jaehyun mulai tidak sabar, ia kembali berdiri membuat Taeyong terkejut "Aku akan kembali saja ke flatku."
Dengan cepet pria bersurai perak itu menahan Jaehyun hingga ikut berdiri dari duduknya membuat wanita anggun disebelahnya terlihat khawatir "Kau gila? Flatmu mungkin sudah porak poranda karena aparat mencari Park Jisung disana, dalam beberapa hari lagi mereka akan kembali dan mengecek flatmu memastikan bahwa tak ada seorangpun disana."
Raut wajah Kim Youngwoon terlihat sedikit terkejut saat mendengar nama yang disebutkan oleh Taeyong anak angkat tersayangnya "Siapa yang kalian sebutkan tadi? Park..?"
"Park Jisung.. dia keponakanku satu-satunya. Apa kau juga ingin menangkapnya?"
"Siapa nama orangtuanya?"
Dan arah pembicaraanpun berganti, baik Jaehyun ataupun Taeyong kini saling memandang satu sama lain, Himchanpun melirik sang ayah dengan kerutan dikeningnya, ia tak pernah melihat ayahnya seantusias ini menanyakan sesuatu pada orang lain.
"Jawablah.." Bisik Taeyong.
"Park Jungsoo dan Jessica Jung, Noonaku."
Youngwoon segera bangkit berdiri, Taeyeonpun terkejut dengan nama yang disebutkan oleh Jaehyun. Ia berharap salah mendengar namun rasanya tidak, pantas saja dirinya seperti sangat familiar dengan wajah Jaehyun sebelumnya.
"Kau.. kau Jaehyun kecil yang selalu merengek pada noonamu agar selalu membawamu ke festival setiap akhir pekan?" Taeyeon tak bisa menyembunyikan suaranya yang bergetar saat mengatakan hal tersebut. Sedangkan Youngwoon perlahan melangkah menghampir Jaehyun dan memeluk pria itu seolah-olah dirinya adalah orang lama yang hilang dan baru saja ditemukan setelah sekian lama menghilang.
"Kami pikir kau benar-benar tewas seperti Jessica dan Jungsoo Hyung.." Ucap Youngwoon, ia tidak bisa menyembunyikan betapa lega dirinya melihat kerabat Jessica, istri dari sahabatnya masih hidup.
"K-kalian mengenal mereka?"
Jangankan Jaehyun, Taeyong dan Himchanpun menanyakan hal yang sama, karena ini kali pertama ia melihat Youngwoon memunculkan sikap langkanya ini.
Pria bertubuh tambun tersebut melepas pelukannya ia menatap Jaehyun dari atas hingga bawah, kemudian menepuk-nepuk wajahnya dengan kedua tangan terlihat gemas pada Jaehyun, namun otomatis membuat Himchan meringis karena membayangkan bagaimana rasanya ditepuk oleh tangan besar sang ayah yang besar itu.
"Tentu saja, Jungsoo Hyung sahabatku dia teman terbaikku. 10 tahun yang lalu dia berkata akan datang dengan beberapa anak untuk bersembunyi sesaat, namun mereka tak kunjung datang hingga kami semua melihat berita di televisi."
Taeyong mengalihkan pandangannya, ia ingat hari itu ayah angkatnya ini menangis untuk kali pertama dipagi hari saat menonton siaran berita ditambah lagi asrama tempat tinggal adik dari temannya yang meninggalpun juga terbakar.
Ia ingat hari itu, Youngwoon menangis didalam pelukan istrinya Taeyeon yang juga ikut merasakan sesak luar biasa saat mengetahui sahabat wanitanya tewas begitu saja tanpa mengatakan apapun padanya, hanya sebuah senyuman singkat usai mereka bertemu 2 hari sebelum kecelakaan itu terjadi.
Youngwoon tidak bisa menyembunyikan matanya yang mulai memerah, ia ingat Jaehyun namun dulu ketika anak itu masih sangat kecil, saat Jungsoo masih menjalani pendekatan dengan Jessica. Oh betapa galaknya anak ini yang sangat senang menyiram keduanya ketika bertandang kerumah mereka.
"Hh.. Diriku benar-benar senang kau masih hidup Jaehyun-ah. Terima kasih untuk tetap hidup."
Ia melirik pada anak sulungnya dan tersenyum hingga kedua matanya melengkung menghasilkan eye smile yang sangat jarang terlihat "Siapkan kamar untuknya Himchanie, kita kedatangan tamu."
"Baik Appa." Jujur saja Himchan sudah ingin keluar sedari tadi sejak melihat adegan berlebihan ayahnya, bulu roma nya berdiri melihat sisi lain ayahnya yang terkubur sejak sahabatnya tewas.
"Lalu sebenarnya apa yang terjadi? Sampai kau akhirnya berakhir bersama dengan Taeyong kami?" Tanya sang puan ia masih terdiam dirinya bahkan tak bisa bangkit berdiri seperti suaminya.
"Park Jisung kini menjadi buronan negara, maka dari itu aku bisa meminta kalian menampungnya untuk sementara."
Sepasang suami istri itu saling melemparkan tatapan hingga mereka teringat akan berita menggemparkan beberapa hari lalu "Park Jisung yang kau maksud adalah pria yang berada di televisi waktu itu?" Taeyeon berdiri, kali ini ia terlihat kesal karena anak sahabatnya dijadikan buronan negara.
"Aku yakin Jisung tidak akan membunuh siapapun, sistemnya yang salah. Atau seseorang memang menargetkannya."
"Jung... Ini pasti ulah Jung sialan itu." Umpat Taeyeon kesal, dan berhasil membuat Jaehyun menelan liurnya dengan susah, bagaimanapun dia masih memiliki darah Jung bukan. Dirinya secara otomatis merasa bahwa yaa dirinya sialan.
"Bukan dirimu, pamanmu yang menyebalkan itu. Dia penyebab semua ini, ia penyebab Taeyong pun hampir tewas tertimpa reruntuhan bangunan andai saja anak ini tidak bersembunyi didalam bak sampah." Jelas Youngwoon berharap Jaehyun mengerti tentang emosi dari istrinya.
"Lalu dimana adikmu? Kau sudah menemukannya? Apa dia baik-baik saja?" Taeyeon begitu antusias bertanya membuat pria bersurai perak itu sangat gatal ingin menjawab. Namun karena yang ditanya adalah Jaehyun maka dirinya harus bersabar.
"Tidak, aku tak tahu dia dimana. Kamipun sedang berusaha mencari dimana Jisung berada.." Ucap Jaehyun sembari melirik Taeyong "Iya bukan?"
"I-iya Eomma.. Kami sedang berusaha menemukan tempat persembunyian Jisung dan Chenle."
"Pastikan mereka bersembunyi ditempat yang aman." Gumam Youngwoon, ia menepuk bahu Jaehyun sebelum melangkah mundur "Berbincanglah dengan Taeyong, aku akan pergi berdoa dengan istriku. Tak pernah kusangka hari ini tiba dalam hidupku." Ia segera meraih jemari Taeyeon dan beranjak keluar dari ruangan besar tersebut.
"Kita perlu bicara Jaehyun-ssi."
Taeyong segera beranjak keluar dan memimpin jalan menuju taman dibagian belakang mansion, keduanya melangkah dalam diam hingga Taeyong berhenti melangkah dan berbalik menatap Jaehyun yang sejak tadi hanya mengekor melangkah di balik tubuhnya dengan mulut yang terkunci rapat.
"Mengapa kau berkata tak tahu dimana Jisung berada?" Ia berbisik agar tidak ada yang mendengar pertanyaannya.
"Diriku memang tidak tahu bukan?" Jaehyun menggendikkan kedua bahunya kemudian memasukkan tangannya kedalam saku "Aku hanya paham kalian mengatakan dia berada ditempat seseorang bernama Ten."
"Kau bisa mengatakan bahwa aku yang tahu tempatnya, mengapa ka-.."
"Mereka bukan siapa-siapaku, mereka juga bukan siapa-siapamu walaupun kau hidup dengan mereka sejak kecil sekalipun." Potong Jaehyun "Kau sangat ingin membalas Jung Yunho atas apa yang sudah kau alami tapi kau terlalu munafik untuk tidak mengakui bahwa tidak semua orang dapat kau percayai."
Ucapan Jaehyun membuatnya terdiam seketika, jujur saja ia terkejut dengan cara pria tersebut berbicara. Sangat berbeda dengan 2 hari ini mereka bercengkrama santai "Lalu? Kau percaya padaku?" Tanyanya penasaran, karena pria itu selalu menuruti dan percaya bahwa adik kecilnya baik-baik saja.
Pria itu melangkah mendekat, tangannya terangkat untuk menepuk puncak kepala Taeyong, surai peraknya terasa sangat halus "Seharusnya tidak, aku tidak pernah percaya siapapun dalam hidupku. Namun..." Ia menatap kedua netra pria dihadapannya. "Kurasa kau berbeda Taeyong-ssi.."
"Ya.. Aku sangat yakin 1000% jika kau berbeda.."
Taeyong hanya dapat menutup rapat kedua mulutnya, hingga iapun hanya dapat diam saja ketika Jaehyun melangkah pergi meninggalkannya seorang diri ditaman belakang menghampiri Himchan yang berdiri di pintut taman dan berharap Jaehyun akan mengikutinya untuk menuju kamar yang akan ditinggalinya.
Perlahan Taeyong menoleh, ia menatap punggung Jaehyun yang semakin lama semakin melangkah menjauh dan akhirnya pergi bersama dengan Himchan. Ada rasa yang berbeda ketika Taeyong mendengar seseorang percaya padanya, ada oranglain selain Ten yang mempercayainya..
Sayangnya..
Mengapa harus pria itu?
Mengapa harus 'Jung?'
⇨ To Be Continued ⇦
Nakamoto Yuta, dia tidak ada hubungannya dengan kejadian lampau namun Ten memintanya bergabung dalam sirkus karena melihat Yuta hidup seorang diri dijalanan dengan menyandang status sebagai residivis maka dari itu ia lebih memilih mengajak Yuta bergabung dan mengasah bakatnya.
Dong Si Cheng (Winwin), mahir dalam Gymnastics dia seharusnya menjadi atlit Gymnastics namun seseorang menjebaknya hingga dirinya gagal dalam turnamen, dibalik terpurukannya Yuta dan Ten menemukannya dan mengajaknya untuk bergabung. Trapeze adalah keahliannya saat ini namun ia masih memiliki segudang bakat lainnya, parkour salah satunya.
Liu Yangyang, pria kelahiran China itu datang secara ilegal memasuki Neo City tanpa memiliki modal apapun kecuali nekat. Ia bisu sedari ibunya meninggal karena mengalami shock hebat namun ia memiliki banyak ekspresi, berbekal kenekatannya tersebut ia datang ke tenda sirkus dan meminta agar dirinya dapat bergabung apapun akan dilakukannya bahkan yang tersulit sekalipun.
Kim Himchan, anak tertua dari klan Kim. Ia hanyalah seorang anak sulung yang penurut dan sangat disayangi oleh ayahnya. Iapun juga mencerminkan contoh kakak yang baik bagi Taeyong dan salah satu adik kandungnya, namun dirinya adalah pemimpin dari sindikat narkoba nomor 1 di Korea ia bahkan bisa melakukan transaksi bisnis tanpa melibatkan masalah apapun menjamah keluarga yang amat cintainya.
Kim Youngwoon (Kangin), pemimpin tertinggi Kim's ia bersahabat baik dengan Jungsoo sedari menduduki sekolah dasar, ia mengenal dunia yang lebih beragam setelah mengenal Siwon dan Setelah Jungsoo sahabat masa kecilnya mulai bekerja di fasilitas keaman negara. Kini ia yang menyediakan fasilitas tersembunyi untuk menyelamatkan mereka yang spesial tanpa diketahui siapapun bahkan sang istri sekalipun.
Kim Taeyeon, istri Youngwoon ia adalah ibu dari 2 orang anak-anak hebat dan tentu saja ibu dari beberapa anak angkat yang mereka tampung dari House of Heaven. Namun yang terburuk dari dirinya adalah ia terlalu memanjakan anak-anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar