myCatalog

Kamis, 27 Agustus 2020

US - ELEVEN



* US *

-

-

-

-

-










NEO CITY

2044

Jayden dan Lucas menuruni tangga dengan cepat melewati Jongdae dan Minseok yang saling melemparkan tatapan satu sama lain, mereka tak mengerti dengan ekspresi wajah Jayden yang tak dapat dibaca saat ini. Salah, mungkin maksudnya adalah ekspresi wajah Jayden yang terlalu dapat dibaca dan tak dapat menyembunyikan kekesalan di wajahnya, yang keduanya tak mengerti mengapa Jayden sampai seperti itu, padahal anak itu baik-baik saja tadi.

Kaki panjangnya melangkah menuju pemilik rumah tanpa ragu sembari mengeluarkan identitas miliknya "Tuan Han?" sapanya tanpa perduli si konglomerat tengah asik berbincang mengenai bisnis miliknya pada teman-teman sebayanya.

Ia memperlihatkan kartu identitasnya secara terang-terangan, jika biasa orang akan meremehkan aparat kepolisian negara tapi tidak dengan tim Jayden, mereka adalah tim elite khusus milik pemerintah, bermain-main dengannya maka habislah mereka semuanya.

Kini Jayden dan Lucas sudah berada didalam ruang kerja milik Tuan Han, hanya ada mereka bertiga didalam sana sedangkan Minseok dan Jongdae tetap dalam perannya untuk menyamar dan juga sebagai back up jika ternyata Tuan Han pun tidak dapat dipercaya.

Pria paruh baya itu menatap salinan berkas yang diberikan oleh Lucas kemudian membacanya dengan seksama, sesekali ia terkejut saat melihat beberapa profile korban, ia juga terkejut saat melihat salah satu koleksi mobilnya terekam oleh CCTV.

"Aku pernah melihat kedua gadis ini dan dua pria ini dibawa kemari.. Kupikir mereka akan menjadi pekerja paruh waktu dirumahku."

"Siapa yang membawanya? Kau tahu?"

"Salah satu anak buah dari anakku.. " pria itu menutup mulutnya dan segera berdiri "Hubungi bantuan lebih banyak lagi, kurasa anakku benar-benar membutuhkan bantuan."

Lucas dan Jayden menyipitkan kedua matanya "Apa maksudmu dengan bantuan?"

"Dia adalah salah satu pasien yang dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit jiwa. Kupikir dia benar-benar sudah sembuh.. tapi sepertinya.."

"Sial!" Lucas segera beranjak keluar untuk menghubungi Johnny agar meminta bantuan mungkin mereka akan menemukan sisa korban yang masih dinyatakan hilang hari ini juga.

"Dimana kamar anakmu? Aku harus segera menemukannya sebelum terlambat..."

"Dilantai teratas, dia memiliki 3 ruangan yang terhubung menjadi satu dengan kamarnya."

Jayden segera bergegas melesat cepat keluar dari ruang kerja milik Tuan Han dan menaiki tangga, isi kepalanya saat ini hanyalah ingin memastikan keadaan Jaemin dengan mata kepalanya sendiri.

Dalam sebuah ruangan besar dan gelap tubuh Jaemin sudah terbaring disebuah bed berukuran king size kedua tangannya terikat tali tambang plastik tepat di depan tubuhnya, darah segar masih mengalir dari pelipisnya yang terluka karena terkena pukulan kuat benda tumpul.

Namun walaupun ia lemah dalam pertarungan jarak dekat Jaemin tidak selemah yang terlihat, perlahan ia membuka matanya menatap sekeliling yang tampak gelap hanya ada cahaya temaram rembulan yang menyinari sebagian ruangan gelap tersebut.

Keningnya berjengit kala merasa kedua tangan dan kakinya kini terikat, belum lagi rasa perih dan pening yang mulai menjalar dari pelipisnya, tubuhnya bergerak berusaha mencari cela agar dapat melepaskan diri dari ikatan di tubuhnya.

"Aku menemukanmu Dok.."

Gerakan Jaemin terhenti, ia mengenali suara ini. Salah satu pasien yang pernah ia tangani saat bekerja di rumah sakit jiwa dahulu, pasien penurutnya yang selalu mau menjalani terapi dan meminum obatnya tepat waktu.

"H-Hwang Hyunjin?"

"Kau masih mengenaliku Dok?"

Jaemin meringis pelan ia ingin bergerak namun tubuhnya sangat sulit untuk digerakkan ditambah pening yang semakin menjadi dikepalanya "Tentu saja aku masih mengingatmu. Mengapa kau melakukan ini? Kau ingin membunuhku, eoh?"

Tidak, ada sesuatu yang salah disini.

Hyunjin memang memiliki penyakit mental, dirinya sangat suka menyiksa dirinya sendiri bukan menyiksa oranglain. Tidak mungkin pria yang sudah ia nyatakan sembuh 6 bulan lalu kini menyekapnya dan ternyata pelaku dari serangkaian pembunuhan yang terjadi.

"T-Tidak Dokter Na, a-aku, bukan aku yang melakukan ini padamu."

DUK!

Jaemin menoleh kearah sumber suara, ia tahu ada yang mencoba mendobrak pintu. Ekor matanya segera mencari dimana Hyunjin berada, dan nyatanya pria itu segera beringsut menghampiri Jaemin dan membuka ikatannya dengan tangan gemetar hebat.

Usai ikatan tersebut terbuka Jaemin segera mengenggam jemari Hyunjin "Tak apa, jelaskan nanti diriku percaya padamu. Sekarang apa rencanamu?"

"Kau percaya padaku Dokter Na?" anggukkan yang didapat sebagai jawaban atas pertanyaannya membuat Hyunjin semakin bergegas membuka ikatan pada kaki Jaemin.

"Baiklah, karena diriku mempercayaimu apa rencanamu?"

"Melarikan diri.."

Itu ucapan yang cukup mengejutkan, bagaimana cara mereka melarikan diri dari tempat ini? "Bagaimana caranya?"

Pria berkulit pucat itu menatap sekeliling namun sesekali berjengit saat mendengar suara dobrakan pintu. "Dimana kita sekarang sebenarnya?"

"Ruang bawah tanah milik ayahku.. Aku harus menyelamatkanmu Dok sebelum kau berakhir seperti orang-orang yang lainnya."

Ayah Hyunjin?

Orang-orang lainnya?

Apa maksudnya Tuan Han? Tapi bagaimana mungkin... "Apa tuan Han itu ayahmu?"

DUK!!

"Iya dia ayahku, ayah tirikuku. Kumohon Dokter Na, kita harus mencari jalan keluar a-atau kau akan tewas.."

Tidak ingin mudah percaya pada ucapan Hyunjin namun ia mengenal Hyunjin di rumah sakit jiwa sudah satu tahun lamanya, pria ini tidak pernah berbohong seumur hidupnya, dan kali ini Jaemin percaya pada ucapan pria dihadapannya.

Dirinya menoleh menuju jendela kecil satu-satunya pusat cahaya dari luar rumah. Dirinya mencoba mencari celah lain untuk mengikuti saran Hyunjin, mereka harus keluar setidaknya sebelum Jaemin menginterogasi Hyunjin lebih dalam tentang hal ini.

"Hanya ada 1 pintu Hyunjin-ah. Kita harus keluar dari pintu dimana kau masuk tadi.."

DDUUKK!!!

Hyunjin kembali berjengit takut, namun ia dengan cepat menghampiri sudut ruangan mencari benda apapun yang dapat mereka gunakan. Ia memberikan sebuah palu pada Jaemin namun pria itu menolaknya dengan gelengan keras.

"Apa kau pikir diriku selemah itu?" Jaemin meraih sebuah gergaji mesin dengan percaya dirinya, namun ia bukan berniat menggunakan itu. Jaemin hanya memindahkan gergaji mesin tersebut dan meraih tongkat baseball yang terbuat dari besi.

"Waw ini lebih berat dari bayanganku."

Keduanya sudah memiliki senjata masing-masing, Jaemin dengan tongkat baseballnya sedangkan Hyunjin dengan alat penyetrum ditangannya, Jaemin memberikan kode mengangguk pada Hyunjin agar pria itu membuka pintu yang dikuncinya dari dalam dalam hitungan ketiga.

".... Tiga."

Begitu pintu terbuka mereka bisa melihat 2 orang berpakaian pengawal terkejut melihat keduanya, namun terlambat rasanya untuk terkejut karena Jaemin dan Hyunjin menyerang kedua pengawal tersebut dengan brutal.

Pria bersurai auburn itu hanya ingin membalas luka dikepalanya, itu saja. Namun berlipat kali lebih menyakitkan.

BRAK!!

Jayden menendang satu-satunya pintu dilantai 3 dengan kuat hingga ia yakin engsel pintu tersebut terlepas dari tempatnya, dirinya segera menyusuri kamar lebar tersebut. Namun kamar tersebut hanya berisikan kasur, barang-barang kesenian dan beberapa lukisan dengan lampu temaram yang cukup terang. Sangat jauh dari kesan kamar milik seorang psikopat atau setidaknya seseorang yang memiliki hobi membunuh orang lain.

Ia tak menemukan keberadaan Jaemin sama sekali. Namun suara didekat jendela membuatnya segera melangkah kesana dengan cepat, tangannya bergerak mengeluarkan senjata api dari sakunya begitu melihat siluet seorang pria yang ingin melompat dari balkon.

"Siapa kau? Jangan bergerak atau akan kulubangi kepalamu."

Pria itu terpaksa mengangkat kedua tangannya karena tertangkap basah, dengan jelas Jayden bisa melihat kilatan silver baja dari tangan kanannya hingga pria tersebut menoleh dan melompat kembali memasuki balkon kamar berhadapan dengan Jayden.

Kedua tangannya masih terangkat karena pistol milik Jayden masih mengarah padanya, namun mungkin sulit baginya mempertahankan ekspresi dinginnya saat wajah pria dihadapannya adalah wajah orang yang sangat dikenalnya dahulu.

Lee Jeno, seseorang yang ia kira sudah tewas 15 tahun lalu.

"Jeno?"

Kedua matanya bergeming, memerah dan hampir menangis saat mengintip dari balik jendela kaca diruang kapel lantai 2. Ia melihat Jeno menjadikan tubuhnya sebagai tameng demi menyelamatkan Jaemin, ia pikir pria tersebut tewas malam itu tertembak dan tertimbun runtuhan bangunan seperti dirinya, Somi dan Mark serta Donghyuk.

"Apa kau anak Tuan Han? Dimana pria yang kau sekap?!"

Bentakan kasar dari pria bersurai terang dihadapannya membuat dirinya kembali pada kenyataan, kedua matanya terlihat terpaku pada sosok dihadapannya, namun ia mencoba untuk tetap menatap pria tersebut.

"Apa diriku terlihat seperti anak Tuan Han? Dirikupun mencari Jaemin disini." Susah payah pria itu menjawab sedatar mungkin, mengesampingkan ingatan lalunya tentang pria yang berdiri tepat dihadapannya.

"Kau mengenal Jaemin?"

Jayden meneliti pria dihadapannya namun tetap waspada, ia bahkan masih menodongkan pistolnya. Satu saja gerakan mencurigakan yang dilakukan oleh pria asing dihadapannya maka ia tak segan-segan menarik pelatuk dalam jangkauan jemarinya.

Kedua jemari pria berlengan metal itu mengepal perlahan mau tak mau menarik senyum kecutnya ".... Ya." Jawabnya singkat. "Dia berkata akan menjadikan dirinya umpan ditempat ini. Hingga kudengar dikeramaian bahwa ada pasukan elite yang membuka penyamarannya demi mencari seseorang."

Sulit percaya namun memang benar adanya seperti itu, Jayden pun menurunkan senjatanya dan kembali menyimpan pistol miliknya di balik saku belakang, bersamaan dengan pria berlengan metal tersebut yang juga ikut menurunkan tangannya.

"Lalu? Apa yang sudah kau temukan?"

"Nihil.."

PATS!

Keduanya berjengit terkejut karena tiba-tiba lampu didalam ruangan tersebut padam, bahkan bersamaan dengan lampu diseluruh rumah mewah tersebut pun padam.

Jaemin dan Hyunjin yang tengah berlari menuju pintu keluar dari lorong ruang bawah tanah pun terhenti, keduanya saling berpegangan tangan saat satu-satunya penerangan bagi mereka padam.

"Hyunjin-ah.. Tenang kau tidak sendirian."

Ia hafal dengan baik bahwa Hyunjin akan berteriak dan menjerit ketakutan ketika lampu padam, pasiennya itu sangat takut dengan kegelapan.

Minseok dan Jongdae segera saling menghampiri ketika lampu padam, bisik-bisik dari para tamu yang terkejut terdengar ricuh disana. Mereka menekan alat komunikasi yang terpasang di bawah kerah baju keduanya.

"Apa kalian melihatnya? Seluruh lampu padam." Bisiknya.

"Ini sinyal bahaya, keluar dari sana!!" Perintah Johnny, ini bukan sekali dua kali ia menangani kasus yang berhubungan langsung dengan seorang psikopat.

"Sial!! Jayden pasti masih mencari Jaemin!" Umpat Lucas, ia hendak kembali masuk kedalam namun kedua netranya justru melihat siluet beberapa orang yang terlihat melewati sisi bangunan megah tersebut dan tak menyadari keberadaan dirinya.

"Aku akan mengikuti beberapa orang dibagian belakang rumah ini, mungkin akan menuntunku pada Jaemin atau pada pelaku. Cepatlah kirim bantuan secepatnya.."

Johnny keluar dari mobil van hitamnya sembari memberi perintah pada Sehun yang sedari tadi berada didalam van bersama dengannya "Hubungi pusat, bertanyalah sudah sampai dimana mereka? Aku akan kesana sekarang." Usai memakai hoodienya Johnny segera berlari memasuki distrik 6 menghampiri dimana anak buahnya berada.

"Apa yang harus kita lakukan?" Jongdae mencoba meminta beberapa tamu untuk melangkah perlahan ke tepi bangunan dan tidak berada di tengah-tengah rumah dalam keadaan berkerumun.

"Jayden tidak menjawab, anak ini pasti mematikan alat komunikasinya."

Padahal yang terjadi sebenarnya adalah, alat komunikasi tersebut kini jatuh terinjak didalam kamar yang memang ditempati Hyunjin karena perkelahian yang terjadi disana.

Begitu lampu padam tiba-tiba mereka berdua diserang secara membabi buta dari arah pintu masuk kamar, Jayden yang sedikit lemah dalam gelap beberapa kali terhuyung kebelakang saat dirinya terkena pukulan atau tendangan dengan mudah.

Namun pria berlengan metal itu dengan cepat menolongnya, ia menggunakan crossbow yang disembunyikan di balik lengan kanannya untuk memukul dan menembakkan anak panah tepat mengenai bagian tengah kepala para penyerang yang ia yakini adalah anak buah dari pemilik tempat ini.

Satu, dua, tiga, empat tubuh tumbang begitu saja dihadapan Jayden karena tusukan dari anak panah milik pria berlengan metal tersebut, anak panahnya hanya tersisa satu ia tidak ingin membuangnya dengan sia-sia. Maka dirinya gunakan anak panah tersebut sebagai senjata mematikannya dengan hand combat.

"Sepertinya kau dijebak untuk masuk ketempat ini." Ucapnya, ia sempat mencuri dengar percakapan Jayden dan Tuan Han dari luar jendela tadi, maka dari itu dirinya lebih dahulu berada disini.

Memanjat menuju lantai 3 bukanlah hal sulit, namun sesampainya diatas ia hanya melihat kamar kosong yang rapi dan tak terdapat tanda-tanda kekerasan apapun disini.

"Sial!"

Jayden menyadari bahwa keraguannya pada Tuan Han lah yang membuat kejadian ini terjadi. Pria tua itu terlalu pandai mengelabui bahkan ia bisa menggunakan nama anaknya sebagai tameng dan jebakan untuk dirinya.

"Diriku terkecoh!" Ia segera bangkit berdiri sembari meremas lengannya yang terasa nyeri, ia melirik pada pria berlengan metal tersebut. Ada sedikit rasa iri dalam benaknya saat melihat dengan kepalanya sendiri bahwa pria itu terlihat lebih kuat daripada dirinya, bahkan dalam gelap sekalipun.

"Siapa kau sebenarnya?"

Pria itu menoleh pada Jayden usai menyimpan kembali crossbownya, ia menghela nafas berat "Diriku hanya salah satu teman Jaemin. Jika dirimu butuh waktu untuk istirahat, silahkan nikmati waktumu karena diriku harus menemukan Jaemin." Pria itu melangkah menuju balkon seperti tadi Jayden memergoki dirinya hendak kabur.

"Apa kau akan pergi dari sana orang asing? Kau akan mati jika melompat dari sana."

Sepersekian detik Jayden melihat wajah pria itu kembali saat dia berbalik badan menghadap Jayden ketika sudah berdiri diatas pagar balkon, pria itu menarik senyum miringnya sebelum merentangkan tangannya "Try me..." Ucapnya sebelum menerjunkan dirinya kebawah.

"HEI!"

Jayden segera berlari menuju balkon sembari mengulurkan tangannya berharap bisa menangkap sosok pria tersebut, namun begitu ia tiba di tepi balkon kamar Hyunjin yang ia lihat justru pria tersebut sudah mendarat diatas tanah dengan posisi setengah berlutut.

Benar-benar semakin membuatnya iri.

Apalagi ketika pria berparas dingin tersebut mendongak dan memberikan salam hormat dengan tangannya kemudian beranjak pergi meninggalkannya.

Merasa dirinya tersulut Jayden hampir memanjat pagar namun ia segera mengurungkan niatnya, jika dirinya melompat dari atas sini yang terjadi bukanlah ia menyelamatkan Jaemin namun dirinya yang akan dikuburkan esok hari.

"Sial!"

Dengan cepat Jayden bergegas keluar dari kamar Hyunjin, perlahan mencari letak tangga dengan meraba dinding dan segera menuruni tangga ketika menemukannya. Cahaya temaram dari lantai dasar yang di kelilingi oleh kaca terlihat dari netranya, langkahnya semakin cepat menuruni tangga.

"Jayden?"

"Hyung.. Dimana Lucas?" Ia menghampiri Jongdae dan Minseok yang sudah meminta seluruh lantai bagian tengah dikosongkan, merapat pada dinding atau celah diantara jendela kaca.

"Dia berkata akan mengikuti jejak beberapa orang menuju bagian belakang rumah."

"Kau tak menemukan Jaemin?" Kali ini Jongdae yang bertanya dengan khawatir karena melihat Jayden hanya turun seorang diri tanpa membawa Jaemin.

"Sepertinya diriku dijebak.. Sebaiknya kit-...."

Ucapannya terhenti, ia mendengar jelas suara langkah kaki dan suara tarikan lock dari beberapa buah senapan, segera ia mendongak keatas lantai 2 dan tiga "Kalian mendengarnya?"

"Mendengar apa?"

Ia segera sadar bahwa dirinya saja bisa dijebak apalagi para tamu undangan malam ini? Jika mereka semua tiada, siapa yang paling diuntungkan? Tentu saja keluarga Han, kerajaan kartel bisnis akan ada ditangannya. Jayden segera melangkah menjauhi tangga dan mendekati pintu, ia mencoba untuk membukanya namun nyatanya terkunci.

"Kalian menguncinya?"

"Tentu saja tidak.."

Jongdae mencoba untuk membuka pintu tersebut seperti apa yang akan dilakukan Jayden sebelumnya namun hasilnya pun sama, nihil. Pintu tersebut seperti terkunci dari luar, menimbulkan kepanikan dari pengunjung yang datang karena sadar bahwa mereka terkunci.

"Dimana Tuan Han? Dia masih di ruangannya?" Pertanyaan Jayden disambut gelengan oleh kedua seniornya.

Sial dirinya benar-benar dijebak, mungkin pesta hari ini pun sengaja dibuat untuk memancing rekan bisnis bahkan aparat pemerintah datang secara langsung. Jayden melayangkan pukulan dan tendangannya pada pintu dihadapannya melampiaskan emosinya.

Jaemin tak ditemukan, suara yang didengarnya dan kenyataan bahwa dirinya terjebak, benar-benar lelucon yang menguras emosinya.

Krak

"Kau menghancurkan engselnya?" Jongdae menyentuh bagian bawah pintu yang rusak karena pukulan dan tendangan Jayden.

"Lakukan lagi, jika pintu ini rusak kita bisa keluar. Johnny berkata bahwa ini bisa saja jebakan." Pinta Minseok lagi, ia segera menepuk lengan Jongdae agar mengikutinya menghampiri para tamu untuk tetap tenang sampai pintu tersebut terbuka.

Lagi, Jayden kembali menendang pintu besar tersebut tanpa ampun. Sesungguhnya ia ingin meremukkan kepala seseorang dengan kakinya namun saat ini hanya pintu tersebut objek pelampiasan terbesarnya.

Tendangan tersebut kian kencang hingga bagian kanan pintu tersebut rusak dan terlempar kedepan bersamaan dengan Jayden melihat siluet Johnny yang tengah berlari di pelataran rumah mewah tersebut.

"Keluar.." Jayden meminta seluruh tamu keluar dari bagian tengah rumah saat ia mendengar suara derap langkah kaki semakin dekat namun tidak semuanya dapat keluar ketika suara tembakan dengan tiba-tiba terdengar dari arah balkon didalam ruangan lantai 2 yang mengarah pada ruang tengah.

Suara tembakan dan sinar cahaya dari peluru yang berterbangan terlihat dengan jelas, seluruh tamu undangan panik sebagian dapat keluar dengan selamat sisanya ada yang tewas tertembak dan ada yang terluka termasuk Jongdae yang terluka dibagian lengan dan tengah dipapah oleh Minseok keluar dari rumah mewah tersebut.

"Benar-benar licik." Hampir Jayden melangkah masuk kembali kedalam, namun begitu tanah yang dipijaknya bergetar ia menahan langkahnya.

Lantai dirumah tersebut perlahan retak dan terbelah hingga para penembak dilantai 2 terjatuh begitu saja masuk kedalam retakan lebar dilantai tersebut karena getaran. Dirinya menoleh kembali keluar dan melihat para tamu sudah berlari menjauh ketakutan namun hanya ada Johnny yang tengah berdiri tidak jauh dari tangga rumah mewah dihadapannya tengah menatap kesal penuh amarah kearah rumah besar yang masih dipijaki Jayden sembari mengepalkan kedua tangan disamping tubuhnya seolah-olah tengah mengeluarkan energi dalam dirinya untuk menjawab pertanyaan dibenak Jayden atas apa yang terjadi dengan keadaan didalam rumah.

"Periksa apa yang terjadi diatas.." Titah tuan Han saat merasakan getaran hebat ditanah tempatnya tinggal, setahunya suara senapan tak akan membuat lahan yang dipijaknya bergetar hebat seperti saat ini.

4 dari 8 anak buah tuan Han segera beranjak pergi meninggalkan sang tuan yang mengeluarkan sebuah shotgun dari balik tubuhnya, ia membayangkan bahwa pria bernama Jayden itu pasti sudah menghabisi anak tirinya yang amat menyusahkan tersebut didalam kamarnya, kini ia hanya perlu membunuh Na Jaemin. Dokter bodoh yang menyatakan bahwa Hyunjin sembuh dan mengijinkannya untuk pulang.

"Sstt ssttt" Jaemin susah payah memeluk Hyunjin dan menenangkannya, ia mendengar suara langkah kaki yang akan mengarah kearahnya. Sedangkan tubuh Hyunjin justru semakin bergetar hebat didalam kegelapan.

"Dia akan memukulku Dokter Na, ayahku akan memukulku seperti dia memukul ibuku."
Jaemin memejamkan kedua matanya, ia tak pernah mendengar ucapan itu keluar dari bibir Hyunjin sebelumnya, rasa takut luar biasa saat ini membuat Hyunjin bahkan mengatakan ketakutan terdalamnya akan kegelapan.

Ia menangkup wajah Hyunjin agar menatapnya, keduanya sudah bisa membiasakan diri dalam gelap. "Dengarkan ucapanku baik-baik Hwang Hyunjin, kau adalah seorang pemberani. Kau keluar dari rumah sakit bukan untuk kembali terpuruk dibawah kaki ayah tirimu. Kau keluar karena dirimu sudah jauh lebih kuat daripada dirinya."

Mata sipit Hyunjin memicing ia mulai tenang secara perlahan getar hebat di tubuhnyapun berkurang, ia merasa ucapan Jaemin justru menekan rasa takutnya dan membangkitkan keberaniannya yang sudah terpendam jauh.

"Kau dengar bukan? Mereka, sama sekali bukan tandinganmu, bahkan hanya dengan sebuah benda kecil ini kau bisa membuat mereka berlutut dikakimu.." Jaemin mengangkat tangan kanan Hyunjin yang masih mengenggam erat alat penyetrum.

"........."

"Jawab pertanyaanku Hwang Hyunjin, siapa dirimu?"

".... Aku, seorang pemenang.."

Jaemin menarik sudut bibirnya, ia bisa memanfaatkan kekuatannya kali ini. Setidaknya ia dapat meredam ketakutan Hyunjin menjadi keberanian walau untuk sementara "Bagus.. Mulai saat ini, ingatlah terus hal tersebut.."

Sekarang hanya tinggal menunggu langkah kaki tersebut mendekat dan mereka akan menghadapinya berdua. Ia tak yakin Jayden tahu bahwa dirinya berada disini saat ini, lagipula Jaemin tak bisa berpura-pura tak merasakan tanah yang berguncang hebat diatas sana.
Sesuatu mungkin juga tengah terjadi diatas..

Lucas meraih kenop pintu yang ia yakini adalah pintu gudang belakang setelah menunggu cukup lama dan memastikan tidak ada yang keluar lagi setelah mereka masuk, namun bersamaan dengan itu pintu justru terbuka.

Beberapa anak buah Tuan Han terkejut melihat Lucas begitupun sebaliknya, mereka segera menyerang Lucas bersamaan dengan membabi buta. Bahkan pria tinggi yang sangat handal dengan hand combat itupun kualahan menghadapi serangan bertubi secara tiba-tiba tanpa persiapan apapun.

Sama seperti Jayden tubuhnya terhuyung kebelakang hinga terjatuh, Lucas mengangkat tangannya sebagai pertahanan akan serangan selanjutnya, namun sesosok pria melompati tubuh Lucas dan menendang salah satu penyerang Lucas hingga terpental.

Tangannya bergerak cepat mengeluarkan crossbow dari balik lengan kanan metalnya dan mengarahkannya tepat pada kepala salah satu dari mereka sedangkan tangan kirinya tengah mengenggam sebuah belati kecil milik Yuta yang dibawanya malam ini sebagai senjata tambahan.

Dengan gerakan cepat ia menggunakan crossbow miliknya sebagai alat pemukul kemudian menusukkan belati dalam genggamannya tepat di leher salah satu pria yang menyerang Lucas tadi, dan merobeknya hingga cipratan darah mengotori pakaian dan sedikit wajah dinginnya.

Dua diantara anak buah tersebut berlari kembali masuk kedalam pintu gudang menuju lorong menyisakan Lucas yang sudah bangkit berdiri dan memberikan perlawan pada satu-satunya anak buah yang tersisa, pukulan dan tendangan kuat Lucas berikan tanpa jeda membalas apa yang baru saja di alami oleh dirinya.

"Mereka berlari kedalam."

Lucas tak perlu repot-repot bertanya siapa pria itu, dia segera mengikuti pria berlengan metal tersebut kedalam gudang. Dan keduanya menemukan pintu memasuki lorong yang memiliki tangga kebawah, sepertinya sebuah ruang bawah tanah.

PATS!

Lampu kembali menyala kini pengelihatan semua mata yang berada di ruang bawah tanah sudah kembali, namun justru bagi Jaemin cahaya tersebut seperti mala petaka bagi dirinya dan Hyunjin.

"Aku akan melindungimu Dokter Na." Ucap Hyunjin, walau ia ragu namun ia yakin dokter baik itu disini karena menolongnya untuk sembuh dari penyakit mental miliknya selama ini, jadi ia akan melakukan apapun untuk menyelamatkannya.

Merasa getaran dibumi yang dipijaknya perlahan berkurang, Jayden kembali melihat kekacauan didalam rumah mewah tersebut, bagian tengah ruangan itu hancur dengan tanah yang retak dan mengangga lebar seolah-olah sebuah sink hole besar sudah bersembunyi disana selama ini.

Ia segera menghampiri Johnny yang hampir jatuh terduduk beruntung Jayden segera meraih tubuh besar dan tinggi Johnny sebelum tubuh pria itu benar-benar terhuyung menghantam tanah "Kau baik-baik saja Hyung?"

Johnny menganggukan kepalanya sebagai jawaban singkat, ia berusaha untuk duduk dengan tenaganya sendiri sembari memijit pelipisnya "Jika sudah tidak ada ancaman lagi, bawa para tamu ke kantor pusat dan lakukan investigasi pada mereka semua mengenai kejadian hari ini."

Dengan patuh Jayden menganggukkan kepalanya menurut, ia bangkit berdiri dan hendak menghampiri Minseok namun Johnny kembali menahan langkahnya "Rahasiakan apa yang kau lihat hari ini. Kau mengerti bukan?"

Kembali Jayden menganggukkan kepalanya, ia tak mungkin mengatakan apa yang dirinya lihat barusan. Johnny atasan mereka yang biasanya selalu bercanda dalam segala hal begitu murka dan dapat menciptakan sebuah lubang besar bahkan hanya dengan memperhatikannya saja.

"Siapa kau? Mengapa kau ada disini dan menolongku?" Tanya Lucas, mereka memasuki lorong panjang yang memiliki banyak cabang, keduanya hanya diam saja selama mencari keberadaan Jaemin terasa sangat membosankan.

"Huang Renjun." Jawabnya singkat, jemarinya sibuk membersihkan sisa darah di belati milik Yuta, ia harus mengembalikan belati tersebut dalam keadaan utuh dan bersih nantinya.

"Lalu? Apa yang kau lakukan disini? Ingin membunuh Tuan Han? Atau bagaimana?"

"Mencari Jaemin, aku tak memiliki urusan sama sekali dengan tua bangka psikopat itu." Renjun berhenti melangkah dan melemparkan belati kecilnya kearah lorong disebelah kirinya, belati tersebut menancap tepat dikepala salah satu anak buah Tuan Han yang tengah bersiap menyerang mereka.

"Bersiap-siaplah, mereka akan menyambut tamu.." Ucap Renjun sembari menghampiri pria yang sudah tak bernyawa tadi dan menarik belati milik Yuta dari kepala pria yang sudah menjadi korban atas ajang coba-cobanya menggunakan belati milik rekannya di sirkus, sepersekian detik ia menyesal mengapa hanya membawa 1 belati padahal Yuta memiliki banyak koleksi belati yang bisa ia pinjam.

Dan memang benar apa yang di ucapkan Renjun, tak lama beberapa pria bertubuh lebih besar dari keduanya sudah berada di ujung lorong guna menutup akses keduanya untuk mencari keberadaan Jaemin ditempat ini.

"Kau yakin bisa melawan mereka? Diriku tak masalah jika kau ingin berlindung at-..." Belum usai Lucas berbicara, ia melihat Renjun dengan lincahnya berlari dan melompat memijakkan kakinya pada dinding hingga melewati pria bertubuh besar tersebut menyerang mereka dari belakang secara tiba-tiba.

Untuk sepersekian detik dalam hidupnya Lucas merasa bahwa latihan yang dirinya dan Jayden lalui selama ini tak ada artinya sama sekali jika dibanding dengan pria bertubuh mungil tersebut. Namun sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu, tak mungkin ia membiarkan Renjun yang menghadapi mereka semua.

Lucas mendekat dan menepuk salah satu bahu dari pria bertubuh besar tersebut yang sibuk ingin menyerang Renjun, begitu pria itu menoleh Lucas segera memberikan bogem mentah pada wajah pria besar tersebut, tidak lupa dengan tendangan pada perut dada.

Kening Jaemin berkerut, langkah kaki yang ia kira akan segera mendekat padanya kini terdengar melangkah menjauh "Mereka menjauh, kita pergi sekarang Hyunjin-ah.."

Keduanya segera beranjak keluar dari persembunyian mereka dibalik sudut dinding, namun baru 3 langkah mereka melangkah meninggalkan tempat persembunyian keduanya merasa ada yang menempel dibelakang kepala keduanya secara bersamaan.

Sebuah shotgun dan pistol.

"Going somewhere?"

To Be Continued

Kim Jongdae, Senior Jayden dan Lucas berada di tim yang sama dengan mereka dibawah kepemimpinan Johnny. Dirinya memilih untuk berada ditim Johnny karena ia yakin bahwa Johnny bukanlah seperti pemimpin tim lainnya. Kelebihannya adalah dalam analisis dan mencari bukti, ia merupakan pria yang menyukai tantangan dalam setiap kasus.

Kim Minseok, sama seperti Jongdae ia memasuki tim Johnny awalnya karena tim tersebut baru terbentuk dan tidak memiliki seorang analis sebelum Jongdae masuk kedalam tim mereka. Jika tidak terpaksa Minseok tidak akan pernah turun kelapangan menjadi double agent seperti Jayden ataupun Lucas. Ia sangat teliti, sekecil apapun bukti yang dimilikinya akan ia buat bukti itu sebagai petunjuk utama.

Hwang Hyunjin, salah satu pasien yang pernah ditangani oleh Jaemin dan dinyatakan sembuh 6 bulan sebelum Jaemin pindah, ia akan menjadi partner tak tetap Jaemin setelah pria itu menyelamatkan Hyunjin dari ayah tirinya.

Crossbow yang digunakan oleh Renjun.

Belati milik Yuta yang dipinjam Renjun.

Shotgun milik Tuan Han.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar